Indonesia Bakal Butuh 7 Tahun untuk Vaksinasi Jika Cuma Andalkan Vaksin Covid-19 dari Luar Negeri
Kepala LBM Eijkman mengatakan vaksinasi yang dilakukan Indonesia bisa memakan waktu hingga tujuh tahun jika hanya mengandalkan vaksin dari luar negeri
TRIBUNPALU.COM - Pemerintah RI sedang mengupayakan vaksin untuk menghadapi pandemi virus corona jenis baru penyebab penyakit Covid-19.
Sebagian vaksin Covid-19 yang diupayakan pemerintah rencananya akan didatangkan dari luar negeri.
Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Amin Soebandrio pun menyoroti upaya Indonesia mendatangkan vaksin Covid-19 tersebut.
Ia mengatakan, vaksinasi yang dilakukan Indonesia bisa memakan waktu hingga tujuh tahun jika hanya mengandalkan vaksin dari luar negeri.
Perhitungan ini diungkap Amin melalui asumsi kapasitas vaksin di dunia yang hanya akan mencukupi kurang dari setengah populasi manusia di bumi.
"Karena kapasitas produksi di dunia pun hanya kurang lebih separuh dari jumlah penduduk dunia, hanya sekitar tiga miliar vaksin untuk tujuh miliar penduduk," kata Amin dalam webinar "Vaksin Merah Putih: Tantangan dan Harapan", Rabu (14/10/2020).
Baca juga: Bank Dunia Setujui Dana 12 Miliar Dolar AS untuk Vaksin Covid-19 di Negara-negara Berkembang
Baca juga: Pandemi COVID-19: Bio Farma Sebut Harga Vaksin di Kisaran Rp200 Ribu
Baca juga: Penjelasan Pakar Soal Vaksin Covid-19 yang Tersedia di Indonesia Bulan Depan, Sudah Efektif?
Baca juga: Kabar Gembira! 6,6 Juta Vaksin Covid-19 Tersedia November 2020, Prioritas untuk 3 Golongan Ini
Dirinya memprediksi jika hanya ada satu juta dosis untuk Indonesia dalam seminggu, berarti butuh waktu 350 minggu untuk vaksinasi.
Sebab, ada 173 juta warga Indonesia yang harus divaksinasi.
"Memvaksinasi 173 juta orang ini, di mana satu orang harus divaksinasi dua kali, berarti butuh 350 juta dosis. Kalau satu minggu cuma ada satu juta dosis, maka kita butuh waktu 350 Minggu. Artinya tujuh tahun baru selesai program vaksinasinya. Itu kalau kita tergantung ke luar negeri," jelas Amin.
Menurut Amin, solusi paling tepat adalah mengembangkan vaksin di dalam negeri.
Baca juga: Fadli Zon dan Prabowo Subianto Beda Pandangan Soal UU Cipta Kerja, Pengamat Ungkap Alasannya
Baca juga: Peta Sebaran Virus Corona di Indonesia 14 Oktober: DKI Jakarta Catat 90.266 Kasus Konfirmasi Positif
Baca juga: Menangis Saat Berpidato, Kim Jong Un Diduga Takut Dilengserkan oleh Rakyatnya Sendiri
Saat ini, LBM Eijkman bersama sejumlah lembaga dan perguruan tinggi sedang mengembangkan vaksin Merah Putih.
Rencananya pada awal tahun depan, bibit vaksin merah putih bakal diserahkan kepada perusahaan Biofarma untuk uji klinis lanjutan.
Ada 6,6 Juta Vaksin Covid-19 dari China
Pemerintah Indonesia akan kedatangan 6,6 juta vaksin Covid-19 dari China. Rencananya distribusi vaksin dimulai pada November 2020 mendatang.
Seperti dikutip dari rilis Kemenko Maritim, Senin (12/10/2020), untuk tahun ini Cansino menyanggupi 100,000 vaksin (single dose) pada bulan November 2020, dan sekitar 15-20 juta vaksin untuk tahun 2021.
G42/Sinopharm menyanggupi 15 juta dosis vaksin (dual dose) tahun ini, dimana 5 juta dosis akan mulai datang pada November 2020.
Sementara itu, Sinovac menyanggupi 3 juta dosis vaksin hingga akhir Desember 2020, dengan komitmen pengiriman 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) pada minggu pertama November dan 1,5 juta dosis vaksin (single dose vials) lagi pada minggu pertama Desember 2020, ditambah 15 juta dosis vaksin dalam bentuk bulk.
Untuk tahun 2021, Sinopharm mengusahakan 50 juta (dual dose), Cansino 20 juta (single dose), Sinovac 125 juta (dual dose).
Single dose artinya satu orang hanya membutuhkan 1 dosis vaksinasi, sementara dual dose membutuhkan 2 kali vaksinasi untuk satu orang.
Baca juga: Adaptasi di Kala Pandemi Covid-19, 8 Restoran Cepat Saji Jualan di Tepi Jalan: Pizza Hut hingga PHD
Baca juga: Indonesia Masuk Daftar 10 Negara Pengutang Terbesar, Fadli Zon: Inilah Warisan Bagi Anak Cucu Kita
Tiga vaksin dari perusahaan Tiongkok itu kini sudah masuk pada tahap akhir uji klinis tahap ke-3 dan dalam proses mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) di sejumlah negara.
Cansino melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Arab Saudi, Rusia dan Pakistan.
G42/Sinopharm melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Uni Emirat Arab (UEA), Peru, Moroko dan Argentina.
Sementara itu, Sinovac melakukan uji klinis tahap ke-3 di Tiongkok, Indonesia, Brazil, Turki, Banglades, dan Chile.
Emergency Use Authorization (EUA) dari Pemerintah Tiongkok telah diperoleh ketiga perusahaan tersebut pada bulan Juli 2020.
Untuk melihat kualitas fasilitas produksi dan kehalalan vaksin produksi Sinovac, dan Cansino, tim inspeksi yang terdiri dari unsur BPOM, Kementerian Kesehatan, MUI, Bio Farma akan bertolak ke Tiongkok pada Rabu 14 Oktober 2020.
"Kehalalan vaksin Sinovac dan Cansino akan dijamin melalui partisipasi MUI dalam proses pengujian data, begitu juga dengan kehalalan vaksin G42/Sinopharm. MUI-nya Abu Dhabi sudah menyatakan no issue dengan kehalalan vaksin G42,” ucap Dirut Bio Farma Honesti Basyir.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul LBM Eijkman: Indonesia Butuh Waktu 7 Tahun Vaksinasi Jika Hanya Andalkan Vaksin Luar Negeri
Penulis: Fahdi Fahlevi