Studi Sebut Vaksin Covid-19 Sinovac Dorong Respon Imun Tubuh dengan Cepat
Hasil studi vaksin Sinovac muncul tak lama setelah adanya berita optimis pada November ini dari perusahaan pembuat obat AS, Pfizer dan Moderna.
Dua vaksin lain dalam program darurat China, dikembangkan oleh institut yang masih berkaitan dengan Sinopharm, dan satu vaksin lain dari CanSino Biologics, juga terbukti aman dan memicu respons kekebalan dalam uji coba tahap awal dan menengah, menurut makalah yang sudah ditinjau oleh sejawat (peer-reviewed).
Gang Zeng, seorang peneliti Sinovac yang terlibat dalam studi CoronaVac, mengatakan vaksin tersebut bisa menjadi pilihan yang menarik karena dapat disimpan pada suhu lemari es normal.
Yakni, suhu 2 hingga 8 derajat Celcius dan dapat tetap stabil hingga tiga tahun.
"(Ini) akan menawarkan beberapa keuntungan untuk distribusi ke daerah yang sulit mendapatkan akses ke pendingin," kata penulis.
Sebaliknya, vaksin yang dikembangkan oleh Pfizer/BioNTech dan Moderna menggunakan teknologi baru yang disebut synthetic messenger RNA (mRNA) untuk mengaktifkan sistem kekebalan tubuh terhadap virus.
Namun, vaksin tersebut membutuhkan penyimpanan yang jauh lebih dingin.
Vaksin Pfizer harus disimpan dan diangkut pada suhu minus 70 derajat Celcius meskipun dapat disimpan di lemari es normal hingga lima hari, atau hingga 15 hari dalam kotak pengiriman termal.
Kandidat vaksin Moderna diharapkan dapat tetap stabil pada suhu lemari es normal selama 30 hari, tetapi agar dapat disimpan hingga enam bulan dibutuhkan suhu minus 20 derajat Celcius.
Sementara itu, CoronaVac juga sedang dipertimbangkan oleh Brasil dan Indonesia untuk inokulasi/vaksinasi dalam beberapa bulan mendatang.
Indonesia telah meminta otorisasi darurat untuk memulai kampanye vaksinasi massal pada akhir tahun ini dan vaksin yang diproduksi oleh Sinovac dan Sinopharm China dijadwalkan untuk digunakan pada tahap awal kampanye.
Sao Paulo Brasil juga berencana untuk meluncurkan CoronaVac pada awal Januari 2021 dan telah membuat kesepakatan pasokan vaksin dengan Sinovac.
SUMBER: Reuters via Channel News Asia
(TribunPalu.com/Rizki A.)