Teror Semut di Banyumas, Tim Entomologi Unsoed: Bersifat Karnivora, Diberi Gula Tidak Mau

Menurut tim Entomologi Unsoed, semut yang ditemukan di Desa Pageraji, Kabupaten Banyumas memiliki sifat cenderung karnivora.

TribunBanyumas.com
Semut dalam jumlah banyak muncul di permukiman warga Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020). 

TRIBUNPALU.COM - Kawanan semut yang jumlahnya mencapai ribuan ekor melanda permukiman warga di Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas

Tim Entomologi Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto ikut turun tangan atas teror semut di wilayah tersebut. 

Menurut tim dari Laboratorium Entomologi dan Parasitologi, Fakultas Biologi, Unsoed Purwokerto, semut yang ditemukan di Desa Pageraji, memiliki sifat cenderung karnivora.

Tim masih perlu membawa sampel semut tersebut untuk memastikan dan mengetahui jenisnya. 

"Ini lain daripada semut yang biasanya ada. Semut ini sangat tertarik sekali justru dengan hewan lain yang masih hidup seperti belalang," ungkap anggota tim ahli, Darsono kepada Tribunbanyumas.com, Selasa (17/11/2020).

Menurutnya, semut di Desa Pageraji ini tidak tertarik dengan gula.

"Saya beri gula, semut tersebut tidak mau."

"Setelah diberi belalang, langsung menggerumut."

"Ketertarikan pada serangga lain yang masih hidup, rupa-rupanya mungkin semut karnivora," jelasnya.

Baca juga: Teror Ribuan Semut di Pageraji Banyumas, Tak Hanya Menggigit Warga Tapi Juga Membuat Mata Pedih

Baca juga: Kasus Raibnya Uang Winda Earl, Tersangka Pembobol Rekening Akui Tak Berikan Buku Tabungan dan ATM

Menurut warga sekitar,  semut-semut ini tidak membawa pulang makanannya ke sarang dan makanan tersebut langsung dimakan di tempat.

"Harus dipelajari lebih lanjut terkait karakter semut untuk penanganan ke depannya," ungkapnya.

Darsono mengatakan, pada umumnya semut apabila makan selalu dibawa pulang ke sarang.

Jika semut membawa makanan pulang ke sarang, itu akan lebih mudah dalam hal penanganannya.

Di mana umpan diberi perlakuan, ketika makanan dibawa pulang dan diberikan ke kerabatnya di sarang, maka yang lain akan ikut terkena.

"Kalau semut yang ini saya belum tahu."

"Karena kami beri pakan itu saja tidak mau," katanya.

Pihaknya akan mempelajari terlebih dahulu karakter semut ini, karena untuk pengendalian maka harus melihat karakter bio-ekologi, seperti halnya rayap.

Seorang warga di RT 3 RW 3 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, saat menunjukan sekawanan semut yang menyerang perumahan warga pada Senin (16/11/2020).
Seorang warga di RT 3 RW 3 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, saat menunjukan sekawanan semut yang menyerang perumahan warga pada Senin (16/11/2020). (TRIBUNBANYUMAS/Permata Putra Sejati)

Kepala Laboratorium Entomologi dan Parasitologi, Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto, Dr
Trisnowati Budi Ambarningrum mengatakan, semut di wilayah RT 03 RW 03 Desa Pageraji sudah banyak.

Bahkan, di setiap pelepah batang pohon kelapa atau kulit pohon terlihat banyak anakan dari semut tersebut.

Ketika dibuka di masing-masing pelepah kelapa, di situ terlihat sekali ada anakan, ada telur dari semut itu.

Semut terlihat sangat agresif dan ini berkaitan dengan lingkungan sanitasi seperti terlihat banyak sekali tumpukan-tumpukan kayu yang diletakkan di dekat rumah.

Dalam hal penanganannya, seharusnya harus langsung ke sarang-sarang semut tersebut.

Dia menduga, saat ini sarang semut tersebut sudah membentuk sekitar ribuan koloni.

Baca juga: Buntut Panjang Acara Habib Rizieq, Anies Baswedan Terancam Denda Rp100 Juta dan 1 Tahun Penjara

teror semut banyumas 1
Tim ahli dari Laboratorium Entomologi dan Parasitologi Fakultas Biologi Unsoed Purwokerto, Trisnowati Budi Ambarningrum dan Darsono memeriksa serta mengambil sampel semut yang menyerang Desa Pageraji, Kec Cilongok, Kab Banyumas, Selasa (17/11/2020)

Menurut Trisnowati Budi Ambarningrum, yang harus ditangani adalah sarangnya.

Karena jika yang ditangani hanya yang terlihat, tidak akan memecahkan masalah.

"Yang ada di sini bukan hanya satu koloni, karena ketika populasinya sudah tinggi dia akan memisahkan diri dan membuat koloni baru."

"Dan di situ pasti ada ratu lagi," pungkasnya.  

Baca juga: Presiden Jokowi: Akhir November Vaksin Covid-19 Datang di Indonesia

Baca juga: Dirjen WHO: Vaksin Saja Tidak Cukup untuk Menghentikan Pandemi Covid-19

Asal Muasal Teror Semut

Dalam berita yang sebelumnya telah ditayangkan di Tribunbanyumas.com, teror semut meresahkan warga di RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas.

Diduga teror itu bersumber dari tempat penggergajian kayu.

Dari tempat itu, warga mendapati awal mula semut menyerang permukiman mereka.

"Berawal dari tempat gergaji kayu. Saya lihat, baris-baris nyeberangnya itu ke arah utara."

"Tetapi waktu itu saya tidak kepikiran akan sebanyak ini," ujar warga RT 03 RW 03 Desa Pageraji, Munjiat, kepada Tribunbanyumas.com, Senin (16/11/2020).

Menurutnya, lambat hari dan tahun selama tiga tahun lebih, semut-semut itu sudah mewabah satu RT.

Dampak keberadaan semut tersebut sudah sangat menganggu.

Bahkan, semut selalu menyerang ketika warga sedang beraktivitas.

"Saat kami tidur, kadang kejatuhan semut dan digigit. Mengganggu orang ibadah, ya pada gatal-gatal kegigit, orang masak, pada keganggu semua," imbuhnya.

Baca juga: Jadwal Belajar dari Rumah di TVRI, Rabu 18 November 2020: SMA/SMK Mengenal Kain Tenun Pringgasela

teror semut banyumas 2
Semut dalam jumlah banyak muncul di permukiman warga Desa Pageraji, Kec Cilongok, Kab Banyumas, Jawa Tengah, Minggu (15/11/2020).

Warga lalu berupaya melakukan penyemprotan secara mandiri menggunakan sabun dan bahan kimia untuk tanaman, hingga penyemprot nyamuk.

Namun, semut-semut tersebut masih terus muncul dan makin banyak.

Beberapa warga membasmi semut menggunakan disinfektan pembasmi nyamuk.

Sayangnya, harganya yang mahal membuat pemberantasan semut ini tidak tuntas.

Ada juga yang menggunakan bedak bayi untuk meminimalkan supaya tidak menyerang.

Karakter semut diakui warga sangat agresif dan menyerang, bahkan selain mengigit juga menyebabkan mata pedih.

Semut keluar saat musim penghujan seperti sekarang ini, dan aktif pada malam hari.

Dimana jumlahnya bisa mencapai 20 kali lipat dibanding saat siang hari.

Cara membasmi semut di rumah dengan bahan alami
Cara membasmi semut di rumah dengan bahan alami (freepik.com/jcomp)

Pemilik tempat penggergajian kayu tidak mengetahui jenis kayu apa yang membawa semut-semut tersebut.

Apalagi, tempat tersebut sempat dikontrakkan kepada orang lain.

"Kalau bertanya ke pemilik gergajian, jawabannya 'tidak tahu' karena waktu itu pernah dikontrak ke orang lain. Jadi, dia yang punya tidak tahu, sementara orang yang mengontrak sudah tidak disini," tambahnya.

Ketua RW 03, Desa Pageraji, Slamet Sunardi mengatakan, serangan semut tersebut terjadi di sebagian wilayah RT 03.

"Setidaknya, ada 30 rumah tempat semut-semut tersebut muncul. Bahkan semut yang ada di wilayahnya sudah merambat hingga Desa Langgongsari yang berbatasan dengan RW," jelasnya.

Pihak desa telah meminta bantuan dari Dinas Pertanian untuk mengecek jenis semut ini dan membasminya.

Bantuan juga datang dari BPBD Kabupaten Banyumas.

Artikel ini telah tayang di Tribunbanyumas.com dengan judul Teror Semut di Pageraji Banyumas, Tim Entomologi Unsoed: Tidak Suka Gula dan Cenderung Agresif

Sumber: Tribun Jateng
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved