5 Fakta Kasus ART Lompat dari Lantai 2 karena Kelaparan, Kerap Disiksa hingga Gaji Ditahan Majikan

Kisah Pariyem, seorang asisten rumah tangga (ART) yang mendapatkan perlakuan buruk dari majikannya kini menjadi perbincangan publik.

KOMPAS.com/A. Faisol
Pariyem bersama putrinya yang berusia 12 tahun. 

TRIBUNPALU.COM - Kisah Pariyem, seorang asisten rumah tangga (ART) yang mendapatkan perlakuan buruk dari majikannya kini menjadi perbincangan publik.

Pariyem (44) yang menjadi ART di Kecamatan Kanigaran, Probolinggo itu akhirnya melaporkan majikannya ke kepolisian atas dugaan kekerasaan dalam rumah tangga (KDRT).

Tak hanya itu, warga juga pernah memergoki Pariyem mengais makanan di tong sampah saat dini hari.

Pariyem melakukan hal itu karena kelaparan.

Ternyata, gaji Pariyem juga sempat tak dibayarkan hingga menumpuk belasan juta rupiah setelah bertahun-tahun bekerja di rumah tersebut.

Alhasil, warga pun mengajak Pariyem untuk melaporkan tindakan majikannya itu.

Lantas bagaimana kelanjutan kasus Pariyem?

Baca juga: Usai Lumpukan 3 Anggota KKB Papua,TNI-Polri Ditantang Melalui Surat: Sudah Siapkan Medan Perang

Berikut TribunPalu.com merangkum dari Kompas.com, fakta-fakta kasus Pariyem yang sudah dilaporkan ke kepolisian.

Lompat dari lantai 2 rumah majikan karena kelaparan

Pariyem tinggal di rumah majikannya di Kelurahan Tisnonegaran, Kanigaran, Probolinggo bersama anaknya yang berusia 12 tahun.

Majikannya ialah pasangan suami istri U dan M.

Pada Selasa (16/2/2021) dini hari, Pariyem nekat melompat dari lantai dua rumah majikannya.

Sejumlah warga memergoki Pariyem melompat dari lantai dua rumah majikannya dan berjalan menuju tong sampah tak jauh dari rumah majikannya.

Dia mengais sisa makan dari tong sampah dekat Pizza Hut.

“Dia melompat karena mencari makanan dan kelaparan. Karena curiga, warga lalu menggali informasi kepada Pariyem. Pariyem menceritakan bahwa dia kelaparan saat bekerja di rumah majikannya sehingga kerap mencari sisa makanan di tong sampah. Serta gajinya sebagai pembantu salama bertahun-tahun juga lama tidak diberikan,” kata Suharsono, saat dihubungi Kompas.com, Rabu (17/2/2021).

Setelah itu, Pariyem dan anaknya berusia 12 tahun yang juga tinggal di rumah majikannya, pergi ke rumah anak tirinya di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan.

Baca juga: Pesan Haru Ayah Prajurit TNI yang Gugur Tertembak KKB: Cukup Anak Saya yang Terakhir Jadi Korban

Gaji tertahan hingga Rp 12 juta

Setelah kejadian tersebut, Babinkamtibmas dan Forkopimda kemudian memediasi Pariyem dengan pihak majikannya.

Ternyata diketahui pula jika gaji Pariyem lama tidak diberikan hingga menumpuk Rp 12 juta lebih.

"Gajinya sebagai pembantu selama bertahun-tahun juga lama tidak diberikan," tutur Suharsono.

Namun majikannya berdalih, gaji itu sengaja ditabungkan agar Pariyem memiliki simpanan uang.

Gaji Pariyem pun akhirnya dibayarkan setelah mediasi dilakukan.

“Kedua belah pihak sepakat, sudah tak ada masalah. Semuanya selesai saat mediasi itu. Ada hitam di atas putih,” kata Suharsono.

Kerap dipukuli majikan

Ditemui di rumah anak tirinya di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan, Kota Probolinggo, dia mengaku sering mendapatkan perlakuan kasar dari majikan, khususnya majikan perempuan.

“Dulu saya sering dapat perlakukan kasar. Dulu sering dipukul, tiap hari dipukul. Dipukul pakai sandal, kadang pakai sepatu. Dipukul seadanya sudah (pakai alat yang ada waktu itu). Bagian kepala yang sering dipukul,” kata Pariyem, Rabu (17/2/2021).

Dia biasanya dipukul majikannya ketika ada pekerjaan rumah tangga yang dinilai tidak cocok oleh majikannya.

Misalnya saat ngepel lantai, jika tidak cocok, Pariyem dipukuli majikannya.

Ditanya kenapa harus melompat dari lantai dua rumahnya, Pariyem mengaku terpaksa karena kelaparan.

Ketika melompat dan mengais makanan di tong sampah, warga kemudian mengikuti dan mengetahui kondisi Pariyem selama di rumah majikannya.

“Saya terpaksa (melompat ke luar), takut enggak dikasih makan keesokan harinya. Sengaja tidak lewat pintu, karena pintu dikunci. Ada anaknya yang jaga. Saya tak berani keluar. Saya keluar karena lapar. Kalau tidak minta, saya tidak dikasih makan. Sering tidak dikasih makan. Saya memang tidak mau minta makan sudah,” kata Pariyem.

Baca juga: Dipaksa Berhubungan Badan dengan Orang Gila, Ayah Ingin Hilangkan Jejak Setelah Hamili Anak Kandung

Selama bekerja sekitar delapan tahun, Pariyem mengaku tidak menerima gaji.

Dia juga tidak tahu berapa gaji yang mestinya diterima tiap bulan.

“Kemarin dikasih (gaji), sekitar Rp 12 jutaan. Saya baru tahu, bilangnya digaji Rp 300.000 per bulan. Baru tahu (digaji Rp 300.000/bulan). Memang enggak ada perjanjian dulu (waktu awal kerja),” imbuh Pariyem.

Sedangkan Candra, anak tiri Pariyem, mengaku sudah lama mencari keberadaan ibu tirinya itu.

Usai dipergoki warga mengais makanan di tong sampah setelah melompat dari rumah lantai dua, Candra membawa Pariyem ke rumahnya.

“Kata ibu, majikan nyonya itu yang jahat. Kerja di sana sekitar delapan tahunan. Enggak ada kontak sama sekali. Memang enggak pernah ketemu. Selama ini saya tidak tahu kalau di sana,” ujar Candra.

Majikan membantah tak beri makan Pariyem

Di tempat terpisah, U, majikan pria Pariyem, membantah Pariyem tidak pernah diberi makan.

Menurutnya, Pariyem tidak sampai kelaparan.

Selalu ada makanan di rumahnya yang bisa dikonsumsi Pariyem.

“Itu tidak benar. Semua kebutuhan dia, kami penuhi, termasuk makannya, sehari tiga kali. Kalau ada makanan, kue misalnya, kami kasih. Gaji bukannya tidak diberikan. Tapi, kami kasihkan tabungan. Kemarin uang gajinya kami tarik di tabungan dan diberikan sepenuhnya. Dan yang bersangkutan sudah buat surat pernyataan dan tidak akan menuntut, sudah klir semua,” terang U.

Baca juga: Kronologi Penangkapan 12 Anggota Polsek Astana Anyar, Dugaan Kasus Narkoba, Ini Sosok Kompol Yuni

Warga tak terima, laporkan majikan ke polisi

Meskipun kasus tersebut sudah diselesaikan secara kekeluargaan, namun, warga sekitar diketahui tidak terima dengan perbuatan majikannya tersebut.

Pada Selasa (16/2/2021), mereka lalu mendatangi kediaman Pariyem di Kelurahan Wiroborang, Kecamatan Mayangan.

Warga meminta Pariyem untuk membuat laporan kepada polisi atas perbuatan yang dilakukan majikannya tersebut.

Sebab, Pariyem juga mengaku mendapatkan perlakuan kekerasan ketika bekerja.

Bersama warga sekitar, Pariyem melaporkan kejadian itu ke Polsek Mayangan.

“Ketua RT yang laporan itu. Pariyem mengaku takut karena didatangi warga, sehingga berangkat dan laporan ke Polres. Yang dilaporkan kasus KDRT. Biasanya keluarga yang laporan, tapi ini warga yang laporan bersama Pariyem,” ujar Suharsono.

Polisi kini masih mendalami kasus tersebut.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Pilu Pariyem, ART Kelaparan yang Mengais Makanan Sisa di Tong Sampah, Diduga Alami Kekerasan", "Seorang ART Kelaparan Makan Sisa Sampah Dekat Pizza Hut, Keluar Rumah Majikan Lompat dari Lantai 2", "Pariyem Dipukul Majikan Tiap Hari, Kerja 8 Tahun Baru Tahu Digaji Rp 300.000 Per Bulan", dan "Seorang ART Kelaparan dan Makan Sampah karena Gaji Tak Dibayar, Majikan Beralasan sebagai Tabungan",

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved