Pernah Hidup Mewah dari Hasil Jualan Sabu di Palu, Pekerjaan Pria Ini Kini Sungguh Mulia

Pria berbadan kekar berkulit kecokelatan itu pernah merasakan dinginnya tembok penjara selama dua tahun.

Editor: mahyuddin
Kompas.com
Ilustrasi pengguna narkoba 

Selama di tahanan, Abeat kerap mendapat ancaman dari bandar besar.

Itu karena Abeat dianggap bernyanyi dan membeberkan jaringan narkoba di Kota Kaledo.

"Banyak yang kirim pesan ancaman lewat orang karena mereka kira saya melaporkan semuanya. Ancamannya simple, hanya sebut sekolah anak saya atau alamat keluargaku," papar Abeat.

Dia mengatakan, kekayaan dari hasil penjualan narkoba, hanya kekayaan fana semata dan tidak ada keabadian di dalamnya.

"Mengomsumsi narkoba tidak akan membuat keadaan berubah menjadi lebih baik yang ada setelah mengomsumsi barang haram tersebut tidak akan berhenti dan mengorbankan segalanya," ucap Abeat menggebu-gebu.

Baca juga: Cara Cek Penerima Bansos Tunai Rp 300 Ribu, Buka Laman dtks.kemensos.go.id, Masukkan NIK

Baca juga: Dua Kali Rayakan Nyepi di Tengah Pandemi Covid-19, Gadis Bali di Palu: Sedih Tidak Ada Ogoh-ogoh

Baca juga: Update Corona Sulteng, Minggu 14 Maret 2021: Kota Palu Catat Tambahan Kasus Terbanyak, 23 Orang

Dia menyarankan pemuda Sulteng, khususnya Kota Palu, untuk tidak mencoba narkotika jenis apapun.

"Sebisa mungkin untuk yang belum pernah mencoba lebih baik jangan sebelum segalanya hancur," ucap Abeat.

Setelah bebas dari penjara, Abeat bersama tiga sahabatnya membangun yayasan sunatan gratis, Yayasan Khitan Dzhofir Al-Qadum 

Melalui yayasannya itu, Abeat mengerahkan pikiran dan menghabiskan tenaganya hanya untuk meringankan beban orang lain.

Dia pun menargetkan yayasannya itu kelak dapat membuka lapangan pekerjaan bagi lulusan keperawatan ke depannya.

Di waktu lowong, Abeat mengais rezeki dengan menjadi driver ojek online.(*)

Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved