Pilpres 2024
Prediksi Pengamat: Jika Anies dan Ganjar Berpasangan di Pilpres 2024, Tidak Ada yang Bisa Melawan
Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo menjadi dua tokoh paling favorit di mata anak muda jika maju di Pilpres 2024 mendatang.
TRIBUNPALU.COM - Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo menjadi dua tokoh paling favorit di mata anak muda jika maju di Pilpres 2024 mendatang.
Hal tersebut berdasarkan survei Lembaga Indikator Politik Indonesia.
Anies Baswedan meraih suara terbanyak, yakni 15,2 persen sebagai pilihan anak muda di Pilpres 2024.
Sementara Ganjar Pranowo di posisi kedua dengan 13,7 persen suara.
Lantas bagaimana jika dua kepala daerah itu berpasangan di Pilpres 2024 mendatang?
Pengamat politik Zainul Abidin Sukrin menjelaskan bahwa pembelahan di masyarakat tidak akan tajam jika Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo berpasangan.
Baca juga: Live Streaming Persib Bandung Vs Bali United di Piala Menpora 2021: Duel 2 Tim Besar Indonesia
Baca juga: Jangan Telat atau Kena Denda, Kirim Laporan SPT Sebelum 31 Maret 2021, Simak Caranya Berikut Ini
Baca juga: 2 Toilet Masjid DPRD Sulteng Tak Terawat, Bandingkan dengan BPOM
"Pembelahan saya kira juga tidak akan tajam jika nantinya yang maju berpasangan itu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo atau sebaliknya," kata Zainul dikutip dari GenPI.co, Rabu (24/3/2021).
Menurut Zainul, hadirnya pasangan Anies-Ganjar akan menyatukan masyarakat pada Pilpres 2024.
Selain itu, keduanya dinilai bakal menjadi pasangan terkuat dan paling berpeluang menang.
"Saya kira jika kedua kepala daerah ini maju berpasangan, akan sangat kuat dan cenderung tidak ada yang bisa melawan," katanya.
Refly Harun sebut Anies Baswedan jadi musuh bersama
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menjadi pilihan favorit para anak muda di Pilpres 2024 nanti.
Hal tersebut berdasarkan survei Lembaga Indikator Politik Indonesia yang baru-baru ini dirilis.
Anies Baswedan meraih perolehan tertinggi dari 17 nama.
Di bawah Anies Baswedan, menyusul nama-nama lainnya seperti Ganjar Pranowo, Ridwan Kamil, Sandiaga Uno, Prabowo Subianto, dan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Pengamat politik Refly Harun menyampaikan analisa terkait hasil survei tersebut.
Baca juga: Persembahan 11 Tahun Tribunnews.com: Aku Lokal, Aku Bangga
Baca juga: Mirip Kasus Dimas Kanjeng, Viral di Bekasi Pria Gondrong yang Klaim Punya Ilmu Gandakan Uang
Baca juga: Polisi Razia Indekos dan Tindak Penjual Miras Cap Tikus di Banggai
Menurutnya, di antara 6 nama yang disebutkan di atas, Anies Baswedan akan tampil sebagai musuh bersama.
Pasalnya menurut Refly Harun, Anies Baswedan merupakan sosok yang dianggap bisa menggerakan arus kanan dalam politik Indonesia.
"Anies Baswedan ini ngeri-ngeri sedap, kenapa? Karena bagi kelompok arus kiri, dia adalah the common enemy, musuh bersama yang barangkali di antara calon-calon yang saya sebutkan enam itu inilah sosok yang paling dimusuhi, sebagai orang yang dianggap akan menggerakan arus kanan dalam politik Indonesia."
"Jadi bayangkan dari enam calon tersebut hanya satu yang dicurigai atau dikhawatirkan menggerakan arus kanan," kata Refly Harun dilansir dari chanel YouTube pribadinya Refly Harun (22/3/2021).
Selain itu Refly Harun membandingkan Anies Baswedan dengan nama-nama lain seperti contohnya AHY dan Ridwan Kamil.
Baca juga: Pembelajaran Tatap Muka Ditunda, Dikbud Palu: Kami Belum Bisa Pastikan Kapan Belajar di Sekolah
Baca juga: Ganjar Pranowo Ada di Bawah Anies Berdasarkan Survey Presiden, PDIP: Banyak Anak Muda Belum Memilih
Baca juga: Dua Pengendara di Palu Baku Tabrak, Salah Satu Diduga Menerobos Lampu Merah
Menurutnya, baik AHY maupun Ridwan Kamil tidak memiliki faktor yang lebih menjanjikan dari Anies Baswedan untuk dikhawatirkan bisa menjadi penggerak arus kanan dalam politik Indonesia.
"Sementara yang lain tidak ada seperti itu. Agus Harimurti Yudhoyono lebih karena faktor SBY yang kita tahu punya sejarah dengan PDIP. Ridwan Kamil menurut saya tidak cukup menendang kalau Ridwan Kamil maju tanpa pendukung yang kuat. Karena dibandingkan Anies Baswedan justru Ridwan Kamil lemah dari sisi fanatisme pendukung-pendukungnya," katanya.
Refly Harun kemudian menjelaskan bahwa akan selalu ada pertarungan dari arus kanan dan kiri dalam politik Indonesia.
Pertarungan itu menurutnya melibatkan kelompok Nasionalis dan kelompok agama.
"Saya bicara tentang sebuah spektrum luas dalam politik Indonesia antara kanan dan kiri, tengah, atau Nasionalisme dengan Islamisme, dan itu selalu akan bertarung kelompok Nasionalis dan kelompok agama terutama massa Islam," jelasnya.(*)