Bisnis Sulteng
Pangsa Pasar Bank Syariah di Sulteng Cenderung Rendah, Manager BSI Palu: Harapan Masih Terbuka
Meski BSI masuk 10 jajaran bank syariah terbesar di dunia, namun pertumbuhannya dari sisi simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga di Sulteng.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU - Sejak merger 1 Februari 2021, Bank Syariah Indonesia (BSI) Area Palu terus berupaya mendorong pertumbuhan keuangan syariah di Sulawesi Tengah.
Meski BSI masuk 10 jajaran bank syariah terbesar di dunia, namun pertumbuhannya dari sisi simpanan masyarakat atau dana pihak ketiga di Sulawesi Tengah cenderung rendah.
"Secara nasional, market share perbankan syariah baru mencapai 9,9 persen pada tahun 2020. Untuk Sulawesi Tengah, dari sisi dana pihak ketiga itu di angka 4 persen," kata Manager BSI Area Palu, Muhammad Arif Gunawan, Rabu (7/4/2021).
Artinya, 96 persen masyarakat Sulawesi Tengah masih mempercayakan dananya pada perbankan lainnya, seperti bank konvensional.
Meski demikian, Arif menilai prospek industri keuangan syariah di Sulawesi Tengah ke depan masih sangat terbuka lebar.
Tantangannya, kata dia, yakni pada aspek digitalisasi layanan.
Baca juga: Babak Baru Kisruh Partai Demokrat, Jokowi Dinilai Paling Diuntungkan, Citra SBY Memudar
Baca juga: Ungkap Alasan Bangun Tembok Pembatas Rumah dengan Desiree, Hotma Sitompul: Barang Saya Dibawa
Baca juga: HEBOH Pengakuan Santriwati Bikin Warga Naik Pitam, Tempat Ngaji Dibakar, Sang Guru Diburu Polisi
Arif menegaskan, sinergi sistem layanan digital ketiga bank pendahulu harus dilakukan dalam tempo secepat mungkin.
"Kami terus memperkuat sisi digital banking. Karena awalnya sistem layanan digital BRI Syariah, BNI Syariah, dan Bank Syariah Mandiri berbeda-beda. Kami targetkan integrasi operasional ini rampung awal November, tahun ini" ujar Arif.
Akan terapi, Arif menjamin layanan terhadap nasabah BSI akan tetap berjalan secara maksimal selama proses integrasi berjalan.
Di tahun 2021, pihaknya akan fokus untuk memperbanyak jumlah nasabah dan menyalurkan pembiayaan ke sektor-sektor produktif.
"Keuangan syariah mesti dibumikan, ini penting untuk memperkuat sisi likuiditas. Dari sisi bisnis, sesuai program pemerintah, kami akan menyalurkan pembiayaan yang sifatnya produktif, seperti ke sektor UMKM dan lainnya," ucap Arif. (*)