Sulteng Hari Ini
Memilih Relokasi Mandiri, Arkom Palu Bantu Penyintas Desa Tompe Bangun Huntap secara Gotong Royong
15 kepala keluarga korban gempa dan tsunami di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala mulai membangun dengan menggunakan dana sendiri.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Alan Sahrir
TRIBUNPALU.COM, DONGGALA - Sebanyak 15 kepala keluarga korban gempa dan tsunami di Desa Tompe, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah mulai membangun Hunian Tetap (Huntap).
Huntap ini dibangun di lahan 2.876 meter persegi di Desa Balentuma, Kecamatan Sirenja dengan menggunakan dana kelompok.
Belasan keluarga ini mendapat bantuan dan pendampingan dari Relawan Arsitek Komunitas (Arkom) Palu yang berada di bawah naungan Yayasan Arsitek Indonesia (YAI).
Membentuk Tim Pembangunan Kampung

Arkom bersama penyintas, bekerja bersama membentuk kelompok masyarakat sebagai Tim Pembangunan Kampung (TPK).
Ide pembentukan TPK yang diberi nama Mosinggani Mombangu Ngapa ini mendapat dukungan pemerintah Desa Tompe.
Tim Sosial (CO) relawan Arkom, Abdi Saputra mengatakan TPK ini bertugas sebagai motor penggerak dalam mengorganisir warga untuk melakukan pendataan, perencanaan, pembangunan termasuk kesiapsiagaan dan mitigasi bencana.
"Spirit dan semangat Mosinggani Mombangu Ngata atau bersama-sama kita membangun kampung menjadi semboyan dan penyemangat bekerja," tutur Abdi.
Baca juga: Bisa Perpanjang Masa Berlaku SIM dari Rumah dengan Aplikasi SINAR, Begini Caranya
Baca juga: 15 Penyintas Triobencana Sulteng di Birobuli Selatan Terima Bantuan Dana Stimulan Perbaikan Rumah
Abdi menambahkan, masyarakat mencari solusi bersama dalam meningkatkan kesadaran kolektifmasyarakat agar dapat bersaya.
Salah satu hasil dari kebersamaan tersebut adalah keberanian masyarakat memutuskan relokasi mandiri.
Masyarakat yang memutuskan relokasi mandiri bersama tim YAI selanjutnya merancang, mendesain dan membangun huniannya.
Peletakan batu pertama dilangsungkan Sabtu (10/4/2021) dengan mengundang Pemerintah Kabupaten Donggala, penyintas relokasi mandiri dari desa Wani Dua, Kecamatan Tanantovea dan Kelurahan Mamboro, Kota Palu.
Ide Pembangunan Huntap dengan Konsep RISHA

Pembangunan hunian tetap relokasi mandiri ini akan dibangun oleh para pemiliknya dengan teknologi Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), yaitu struktur Rumah Tahan Gempa (RTG) dengan model bongkar pasang.
Koordinator Arkom Indonesia, Yuli Kusworo menambahkabn, belasan penyintas bencana di Desa Tompe mendapat bantuan dari Arkom sebesar Rp50 juta untuk pembangunan rumah.
Dari Rp50 juta itu warga bisa menggunakannya untuk biaya material sebesar Rp40 juta dan Rp10 juta untuk upah tukang.
Dari biaya upah tukang ini, warga berkomitmen membaginya untuk membeli tanah dan pembangunan yang dilakukan secara swadaya tanpa dibayar.
Baca juga: Aturan Lengkap Pembayaran THR 2021, Ini Besaran yang Didapatkan Jika Bekerja 1 Bulan
Baca juga: Bahaya Konsumsi Kopi saat Berpuasa Ramadhan, Simak Penjelasan Para Ahli
"Dari Rp10 juta itu diambil warga masing-masing Rp5 juta dan mereka kumpulkan dari 15 kepala keluarga ini menjadi Rp75 juta dan mereka pakai untuk membeli tahan serta pengurusan sertifikat. Kalau harga tanah itu mereka dapat Rp60 juta," jelasnya.
Model rumah yang dibangun adalah model tapak sama seperti yang dibangun oleh pemerintah tipe 36 dengan sistem RTG, struktur RISHA.
"Panel sudah disiapkan kelompok sejak 2019 setelah pelatihan dan warga berkeinginan penyelesaian bangunan rumah selesai dalam waktu dua bulan," terangnya.
"Kalau sesuai schedule satu rumah bisa selesai satu bulan setengah tetapi karena gorong royong dan memasuki Ramadan maka mereka bisa kerja full setelah Ramadan," tambahnya.
12 Kali Gagal Pilih Lokasi Pembangunan Huntap

Ferdy, salah satu penyitas yang memilih relokasi mandiri binaan dari Arkom.
Ia mengatakan pada proses pencarian lahan, kelompok banyak mengalami kegagalan, mengingat lokasi pembangunan harus memperhatikan zona aman, aman dari banjir Rob, dekat dengan kegiatan ekonomi, dan terjangkau.
"Sudah 12 kali kelompok relokasi mandiri mengalami kegagalan dalam upaya mendapatkan lokasi yang cocok. Syukur kami dapat di Desa Balentuma bersebelahan dengan Desa Tompe," tutur Ferdy.
Baca juga: Resep Menu Restoran ala Rumahan untuk Berbuka Puasa Ramadhan, dari Appetizer hingga Dessert
Baca juga: Perang 20 Tahun Berakhir! Joe Biden Putuskan Tarik Tentara Amerika Serikat dari Afghanistan
Untuk pembangunannya, rencananya akan dilakukan secara gotong royong dan diharapkan bisa selesai dalam waktu yang cepat.
"Kalau untuk perubahan domisili nanti akan dibicarakan lagi dengan pemerintah desa dan di kecamatan," ucapnya. (*)