Ancaman Keras Hamas kepada Israel, Perang Dimulai Jika Masjid Al-Aqsa Diganggu Sayap Kanan Yahudi
Kelompok penguasa Jalur Gaza mengirim ancaman keras kepada pihak Israel, Senin (8/6/2021).
TRIBUNPALU.COM - Kelompok penguasa Jalur Gaza mengirim ancaman keras kepada pihak Israel, Senin (8/6/2021).
Hamas menyatakan siap memulai perang terbuka dengan Israel jika Masjid Al-Aqsa diganggu oleh sayap kanan Yahudi.
Petinggi Hamas memperingatkan organisasi sayap kanan pro-pemukim Yahudi tidak boleh melakukan demo kontroversi hingga masuk ke kompleks Masjid Al-Aqsa.
Jika sampai peringatan tersebut diabaikan, Hamas tak segan-segan memulai kembali perang.
Baca juga: Penyerahan Aset Pemerintah Kabupaten Donggala Ke Pemkot Palu Akan Disaksikan Gubernur Sulteng
Baca juga: Teror Kejam KKB Papua Jadikan Pedatang Sebagai Sasaran, Polri Turun Tangan Hadapi Ancaman Perusuh
Baca juga: Babak Baru Kasus Sate Sianida, 35 Adegan saat Rekonstruksi Bikin Nani Bercucuran Air Mata
"Kami memperingatkan (Israel agar tidak membiarkan pawai mendekati Jerusalem Timur dan kompleks Masjid Al-Aqsa," kata tokoh senior Hamas, Khalil Al-Hayya.
“Kami berharap pesannya jelas agar Kamis tidak menjadi (baru) 10 Mei,” katanya.
Dia mengacu pada awal perang 11 hari bulan lalu antara Israel dan Hamas, kelompok Islam yang menguasai Jalur Gaza. .
Sementara, warga Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza yang diduduki menolak perubahan dalam pemerintahan Israel.
Mereka mengatakan pemimpin nasionalis yang akan menggantikan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu kemungkinan akan mengejar agenda sayap kanan yang sama.
Naftali Bennett, mantan pejabat di organisasi pemukim utama Israel di Tepi Barat, akan menjadi pemimpin baru Israel di bawah koalisi tambal sulam.
“Tidak ada perbedaan antara satu pemimpin Israel dan yang lain,” kata Ahmed Rezik (29), seorang pegawai pemerintah di Gaza.
“Mereka baik atau buruk bagi bangsa mereka dan ketika itu datang kepada kami, mereka semua jahat dan mereka semua menolak untuk memberikan hak dan tanah kepada orang-orang Palestina," tambahnya.
Bassem Al-Salhi, seorang perwakilan untuk Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan Bennett tidak kalah ekstrem dari Netanyahu.
“Dia akan memastikan untuk mengungkapkan betapa ekstremnya dia di pemerintahan," katanya.
Hamas, kelompok Islam yang menguasai Jalur Gaza, mengatakan tidak ada bedanya siapa yang memerintah Israel.