Bagaimana Hukum Seseorang yang Tidak Lancar Membaca Al Quran dan Masih Terbata-bata?
Kitab suci umat Islam, Al Quran ditulis berupa mushaf-mushaf yang pada saat seseorang membacanya akan mendapatkan pahala.
Bagaimana Hukum Seseorang yang Tidak Lancar Membaca Al-Quran dan Masih Terbata-bata?
TRIBUNPALU.COM - Al Quran merupakan wahyu yang diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW.
Kitab suci umat islam ini ditulis berupa mushaf-mushaf yang pada saat seseorang membacanya akan mendapatkan pahala.
Hal ini dikarenakan orang yang membaca Al Quran sama saja sedang beribadah.
Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Siapa saja membaca satu huruf dari Kitab Allah (Al Quran), maka baginya satu kebaikan, dan satu kebaikan itu dibalas dengan sepuluh kali lipatnya.” (HR. At-Tirmidzi).
Allah SWT juga akan selalu bersama dengan orang-orang yang mempelajari serta mengamalkan Al Quran.
“Sebaik-baik kalian adalah siapa yang memperlajari Alquran dan mengamalkannya.” (HR. Bukhari)
Namun tidak semua umat Islam mampu membaca Al Quran dengan lancar.
Banyak juga di antara mereka yang masih terbata-bata dan sering melakukan kesalahan saat membaca Al Quran.
Lalu bagaimanakah hukum seseorang yang membaca Al Quran, namun masih sering salah dan terbata-bata?
Baca juga: Nasihat Buya Yahya untuk Karyawan Bank Konvensional Terkait Riba dan Diterimanya Ibadah

Dalam tayangan YouTube Al-Bahjah TV, Buya Yahya menjelaskan hal tersebut.
Buya mengatakan jika seseorang yang tidak lancar dalam membaca Al Quran atau masih terbata-bata, maka ia akan mendapatkan dua pahala sekaligus.
Pahala pertama yang akan didapat ialah pahala saat membaca Al Quran.
Kemudian pahala yang kedua adalah pahala usaha orang tersebut dalam membaca Al Quran.
"Orang yang bacanya terbata-bata mendapatkan dua pahala. Pertama, pahala membaca Al Quran dan yang kedua pahala capeknya.
Tetapi itu hanya berlaku untuk orang yang memang tidak bisa membaca," ungkap Buya dalam menjawab pertanyaan jemaah terkait hal tersebut.
Hal itu juga selaras dengan sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi:
“Barang siapa membaca Al Quran sedang ia tidak hafal, maka ia akan memperolah pahala dua kali lipat.
Dan barang siapa benar-benar ingin menghafal Al Quran, sedang ia tidak mampu, namun ia terus membacanya, maka Allah akan membangkitkannya kelak di alam ma’syar bersama orang-orang yang hafal Al Quran." (HR. Thabrani dan Baihaqi).
Saat memberikan contoh untuk kasus tersebut, Buya menyebut hal itu sebagai kabar gembira bagi lansia yang baru saja belajar membaca Al Quran.
"Untuk ibu-ibu yang sudah pensiun baru belajar membaca Al Quran, ini merupakan kabar gembira.
Baca juga: Cara Menjaga Rumah Tangga Agar Tetap Harmonis Meskipun LDR, Begini Tips Buya Yahya
Tidak ada masalah sudah berusia senja baru belajar membaca Al Quran. Masih berantakan tidka masalah," sambungnya saat memberikan contoh.
Bagi umat Islam, ketika masih memiliki wkatu untuk belajar, maka harus mempelajarinya secara perlahan.
Namun bagi yang memiliki waktu belajar dan tidak mau belajar, maka akan mendapatkan dosa.
"Yang masih bisa belajar, dia wajib belajar. Kalau tidak mau belajar, maka akan berdosa," kata Buya Yahya.
Buya memberikan nasihat kepada umat muslim agar senantiasa belajar membaca Al Quran.
Untuk mempelajari Al Quran tidak membutuhkan tempat khusus seperti di pondok pesantren.
"Belajar itu semampunya dan tidak harus di pondok pesantren. Bisa seminggu sekali mengundang guru untuk belajar membaca Al Quran yang benar dan indah," lanjutnya.
Tips Membaca Al Quran
Qoriah muda dan Selebgram Mimi Jamilah, memberikan tips membaca Al Quran dengan baik dan merdu setelah mempelajari tajwid dan makhroj huruf.
Baca juga: Bagaimana Cara Tunangan dalam Islam? Berikut Penjelasan dan Nasihat dari Buya Yahya
Hal itu disampaikan Mimi Jamilah saat diwawancara Iffah, host dari Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) di IG live, Minggu (18/4/2021).
Menurut Mimi, napas sangat penting bagi seorang Qori.
Ibarat mobil jika bensinnya tidak diisi penuh jalannya akan tersendat dan was-was mogok di tengah jalan.
Sama seperti napas bagi seorang Qori, jika napasnya pendek akan terasa sulit untuk mengambil bagian dari ayat-ayat yang panjang.
“Jadi agak ribet untuk memotong waqof I’tida-nya,” katanya.
Napas itu menurut Mimi termasuk modal utama untuk belajar tilawah, yang kedua adalah mengenal lagu.
Mimi berujar dalam tilawatil Quran itu ada banyak lagu. Namun yang masyhur di Indonesia itu sekitar 7 lagu, yakni Bayyati, Nahawand, Shoba, Hijaz, Rost, Sika, dan Jiharka.
Qoriah Mimi mengaku tidak langsung menguasai lagu-lagu dalam tilawatil Quran tersebut, namun dengan proses dan terus belajar.
“Aku tuh sampe nangis-nangis dulu pernah ngerasain (untuk bisa menguasai lagu-lagu itu), tapi Alhamdulillah setelah belajar aku bisa mengenal lagu dan menerapkan lagu itu ke dalam ayat Al Quran,” katanya
Bagi yang ingin menjadi Qoriah namun terkendala napas, Mimi memberikan tips agar memulai dengan ayat-ayat Al-Quran yang tidak terlalu panjang.
Baca juga: Penjelasan Buya Yahya terkait Surga dan Neraka yang Tidak Akan Pernah Padam
Jika menjumpai ayat yang panjang, bagi yang napasnya pendek agar supaya diwaqaf sesuai kaidah tajwidnya agar tidak merusak arti dari bacaan ayat dimaksud.
“Memenggal ayat, waqof I’tidanya itu harus pas, terus memilih ayat yang tidak terlalu panjang. Kalau pun bertemu dengan ayat yang panjang supaya dipenggal (ayatnya) dan memenggalnya tidak asal-asalan supaya tidak merusak arti (dari bacaan ayat dimaksud). Takutnya kalau memotong ayatnya asal-asalan nanti akan merusak tajwid,” ujarnya.
Kendati demikian, Mimi menyarankan agar Qoriah dengan napas yang pendek terus berlatih agar bisa membaca ayat yang panjang.
“Tapi bukan berarti napas pendek, terus kita ngambil ayat pendek dan merasa aman. Itu harusnya jadi tantangan. Jadi gimana caranya napasnya lebih panjang dan lebih baik setiap harinya,” ujarnya.
Menurut Mimi bekal yang paling pertama dan utama untuk menjadi seorang Qori adalah niat dari dalam diri sendiri, selanjutnya mengerti nada.
Meskipun suara pada mulanya mungkin tidak terlalu bagus, jika mengerti nada menjadi modal untuk tidak fals saat membaca ayat suci Al Quran.
“Kalau dia nggak kenal nada, gimana bisa belajar. Misalnya disuguhin lagu dia bisa nggak langsung nangkap. Ada semangat, niat, dukungan juga,” ujarnya.
Mimi berujar mengejar mimpi untuk menjadi Qori diseimbangkan dengan patuh dan selalu meminta ridho dari orang tua maupun guru.
Berdasarkan pengalaman yang diceritakan gurunya dulu, anak atau murid yang memiliki adab atau akhlakul karimah terhadap orang tua maupun guru lebih sukses ketimbang anak atau murid yang pintar tapi tidak memiliki adab.
“Kunci kesuksesan itu kita taat kepada orang tua dan guru. Karena dalam kesuksesan kita bisa jadi juga berasal dari doa orang tua maupun guru kita,” ujarnya.
Ia berujar masih terus belajar hingga saat ini, dan tidak mau merasa bacaannya sudah bagus sehingga tidak mau belajar.
“Sampai sekarang, Alhamdulillah aku masih terus belajar,” ujarnya.
(TribunPalu.com/Hakim)