Sebut Isi Kritik BEM UI Bodoh, Ade Armando: Data-datanya Parah Sekali

Dosen Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando menyebut isi kritik BEM UI soal Jokowi King of Lip Service pandir atau bodoh

Handover
Ade Armando 

TRIBUNPALU.COM - Dosen Komunikasi Universitas Indonesia (UI), Ade Armando menyebut isi kritik BEM UI soal Jokowi King of Lip Service pandir atau bodoh.

Ade Armando menyatakan tidak pernah menentang segala macam kritik yang diarahkan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Namun dirinya mempertanyakan isi kritik BEM UI yang menyebut Jokowi King of Lip Service.

“Sangat jelas sejak awal saya katakan, saya tidak against (menentang) gambar itu, tidak against kritik, tidak against kecaman terhadap Jokowi. Jokowi mau dibilang ‘Presiden of Lip Service’ segala macam,” kata Ade Armando dikutip dari kanal Youtube tvOneNews, Selasa (29/6/2021).

“Tapi pada saat yang sama, kalau mahasiswa ini tiba pada sebuah kesimpulan yang mengatakan bahwa presiden ini ingkar janji, maka saya akan bilang, apa buktinya bahwa presiden ingkar janji?” tambahnya.

Baca juga: Pendaftaran CPNS Resmi Dibuka, Ini Formasi untuk Kabupaten Banggai

Baca juga: Daftar Formasi CPNS 2021 Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Lulusan SMK hingga S2

Baca juga: Prakiraan Cuaca BMKG 33 Kota Besok Kamis 1 Juli 2021: Kendari Hujan Seharian, Surabaya Cerah Berawan

Pernyataan Ade Armando tentang kririk BEM UI soal Jokowi King of Lip Service pandir sempat memancing reaksi besar dari netizen.

Ada yang kontra, namun tak sedikit pula yang setuju.

Ade Armando pun menjelaskan bukan tanpa alasan ia menyebut isi kritik BEM UI pandir.

Menurutnya, data-data yang digunakan untuk kritik tersebut sangat mudah dipatahkan.

“Justru data-data yang dia pakai itu parah sekali. Itu yang saya bilang pandir,” katanya.

“Karena Anda itu tiba pada kesimpulan tidak dengan menggunakan indikator yang kalau kita perdebatkan itu akan segera patah,” ucap Ade Armando melanjutkan.

Ade Armando memberi contoh soal revisi UU ITE.

Menurutnya, revisi UU ITE justru dibuat karena melihat banyaknya masyarakat yang terjerat undang-undang tersebut.

“Kan pemerintah bikin revisi UU ITE secara sangat jelas isinya adalah koreksi terhadap pelaksanaan undang-undang. Selama ini makan korban. Pemerintah itu berupaya agar melakukan revisi tersebut,” tuturnya.

BEM UI Tolak Hapus Postingan Jokowi King of Lip Service

Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia atau BEM UI menjadi sorotan setelah mereka menyebut Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai king of lip service. Kritikan itu mereka sampaikan melalui akun Instagram @bemui_official.

Akibat postingan itu, para pengurus BEM UI kemudian dipanggil oleh pihak rektorat UI.

Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra mengungkapkan pihaknya sudah dipanggil rektorat UI pada Minggu (27/6).

Dalam pertemuan tersebut, pihak rektorat UI sempat meminta agar BEM UI menghapus atau take down postingan tersebut.

”Sempat menanyakan apakah mungkin postingan itu di-take down. Tapi kami, BEM UI, menolak untuk take down," kata Leon kepada wartawan, Senin (28/6/2021).

Selain meminta postingan di-take down, pihak rektorat UI juga bertanya mengapa BEM UI membuat postingan propaganda seperti itu.

Pihak rektorat juga menyinggung pemanggilan dilakukan karena ada cuitan dari Jubir Presiden Fadjroel Rachman.

”Rektorat juga menyinggung kalau ternyata rektorat ikut menangani ini karena ada cuitan dari Fadjroel Rachman, jubir presiden, yang menyatakan bahwa BEM UI berada di bawah pimpinan UI,” ujarnya.

BEM UI sendiri berharap pihak UI dapat menanggapi kritikan secara ilmiah dan mendasar, bukan menuduh yang kemudian mengarah ke penyerangan.

"Saya berharap kritikan dosen UI selaku dosen bisa lebih ilmiah, ya, lebih mendasar dan bukan tuduhan-tuduhan yang kemudian menyerang," ujarnya.

Tanggapan Jokowi

Presiden Jokowi sendiri akhirnya merespons kritik yang dilontarkan oleh BEM UI itu. Ia menanggapi santai kritik tentang king of lip service itu.

Jokowi tampak melepas senyum saat ditanya wartawan soal kritik itu. Kepada awak media, Jokowi mengaku sudah terbiasa dikritik.

Dilansir dari TribunJateng.com, Ia menilai sebutan king of lip service sama seperti julukan plonga-plongo, klemar-klemer, otoriter, bapak bipang, dan sederet label lain yang pernah ia terima.

”Ya, itu kan sudah sejak lama ya. Dulu ada yang bilang saya ini klemar-klemer, ada yang bilang juga saya itu plonga-plongo, kemudian ganti lagi ada yang bilang saya ini otoriter," kata Jokowi dalam rekaman video yang disiarkan kanal Youtube Sekretariat Presiden, Selasa (29/6).

Tidak hanya itu, Jokowi juga ingat beberapa waktu lalu sempat mendapat julukan 'Bapak Bipang'.

Baca juga: BNN Sayangkan Masih Ada Kepala Daerah Belum Terapkan Program P4GN di Sulteng

Baca juga: Pendaftaran Seleksi CPNS dan PPPK 2021 Dibuka Hari Ini, Simak Jadwal Lengkap, Syarat dan Alurnya

Baca juga: Gempa Tektonik 2,7 Magnitudo Guncang Malei Donggala, BMKG: Dirasakan Sampai Desa Labean

Julukan itu buntut dari ajakan Jokowi yang mengajak masyarakat untuk membeli Bipang Ambawang dalam momen Hari Raya Idulfitri.

Sejumlah pihak menilai pernyataan Jokowi kala itu tidak elok. Sebab, Bipang merupakan singkatan dari babi panggang, makanan khas Ambawang, Pontianak, Kalimantan Barat.

"Kemudian ada juga yang ngomong saya ini bebek lumpuh, dan baru-baru ini ada yang ngomong saya ini Bapak Bipang, dan terakhir ada yang menyampaikan mengenai The King of Lip Service," tuturnya.

Jokowi mengaku tidak mempermasalahkan sejumlah julukan itu. Terkait julukan The King of Lip Service, ia menilai hal itu merupakan bentuk kebebasan berekspresi mahasiswa dalam negara demokrasi.

Karena itu ia meminta pihak universitas untuk tidak menghalang-halangi kebebasan berekspresi para mahasiswa itu.

"Ya saya kira ini bentuk ekspresi mahasiswa dan ini negara demokrasi. Jadi kritik itu boleh-boleh saja dan universitas tidak apa, tidak perlu menghalangi mahasiwa untuk berekspresi," kata Jokowi.

Namun, Jokowi juga mengingatkan agar dalam melontarkan kritik mahasiswa tidak lupa bahwa Indonesia punya budaya sopan santun.

"Tapi juga ingat, kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopansantunan," ujarnya.(*)

Sumber: Tribunnews.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved