Viral
Detik-detik Pawang Ular Terkapar Usai Cium King Cobra, Nadi Bernardo Berhenti dan Lidahnya Menghitam
Bagi Bernardo Alvarez, pawang ular asal Kota Mangalda Provinsi Pangasinan di kawasan Filipina Utara itu bisa ular bukan apa-apa.
TRIBUNPALU.COM - King Cobra merupakan salah satu jenis ular berbisa paling mematikan di dunia.
Hanya beberapa tetesnya bisanya saja, King Cobra dapat membunuh seekor kerbau jantan dewasa.
Bahkan bisa King Cobra juga dapat membunuh manusia dewasa dengan seketika.
Tetapi citra King Cobra sebagai salah satu ular paling mematikan di dunia tak membuat nyali Bernardo Alvarez ciut.
Ia bahkan dikenal sebagai pawang ular yang kerap beratraksi dengan King Cobra.
Bagi Bernardo Alvarez, pawang ular asal Kota Mangalda Provinsi Pangasinan di kawasan Filipina Utara itu bisa ular bukan apa-apa.
Dilansir dari Sripoku.com, adik Bernardo Alvarez, Teresa seperti dilansir dari The Sun, Jumat (16/7/2021), sang kakak kebal bisa ular dan dijululi si manusia ular, karena kemampuannya menjinakkan dan menangkap serta menangkal bisa ular.
Namun, dia tewas karena ular kobra. Bahkan pihak medis di Filipina sudah berusaha menyelamatkannya. Akan tetapi Bernando tak tertolong.
"Kami sangat sedih, tim medis sudah berusaha menyelamatkannya, namun dia tetap diam dan tak ada denyut nadinya," ujar Teresa Sedih.
Atraksi
Seperti diketahui, Siang itu, Kamis (15/7/2021) Bernardo Alvarez sudah berada di lokasi dan menangkap ular kobra yang dilaporkan warga berkeluaran di lokasi tersebut.
Lalu, warga sudah mengelilingi tanah lapang tak berapa luas. Mereka tahu, Bernardo Alvarez akan melakukan atraksi terhadap ular yang baru ditemukannya.
Tak tanggung-tanggung, ular ini disebut-sebut adalah king kobra, maka tak heran warga penasaran. Maka itulah, pawang ular berusia 62 tahun itu mengenakkan baju khusus tengah memegang ular kobra dan mengalungkan di lehernya.
Beberapa orang yang berada di tanah lapang itu, memekik ngeri, sebab sudah beberapa kali ular kobra itu mendesis dan merasa terancam.
Namun, Bernardo cuek. Sebab dia memang kebal bisa ular. Bahkan dijuluki pawang ular atau sneakerman ( manusia ular ).
Ia tidak hirau sudah beberapa kali ular berbisa itu mematuk tubuhnya. Namun tak ada reaksi apapun setelah beberapa menit berlalu.
Orang sekitar tahu, bahwa Bernardo adalah pawang ular dan kebal terhadap bisa ular. Dia tidak pernah menemui ajalnya baik itu sangat menangkap ular liar maupun saat melakukan atraksi seperti hari Kamis tersebut.
Bahkan ada beberapa warga yag bertepuk tangan meski sedikit ngeri, karena pria bernama Bernardo Alvarez berusia 62 tahun asal Filipina ini memang dikenal sebagai seorang sneakerman alias si manusia ular.
Karena bisa menawar bisa ular kobra ganas yang menggigit dan masuk ke tubuhnya.
Namun, Kamis (15/7/2021) kemarin seperti menjadi hari nahasnya.
Bernardo Jatuh Semaput dan Tak Bergerak Sesuai Cium King Cobra.
Saat itu, Bernardo tengah atraksi, dan mendapati ular kobra melintas, lalu menangkap dan mengalungkan di lehernya.
Seperti biasa pula, dia kemudian membawa ular kobra yang baru ditangkap dan dijinakkan itu, keliling lapangan dan membiarkan sang raja ular itu mematuk dan meninggalkan beberapa bekas gigitan.
Bahkan, seperti yang sudah-sudah pula, Bernardo Alvarez akan mengakhiri atraksinya dengan cara mencium dan memasukkan kobra itu ke dalam mulutnya.
Tiba-tiba orang-orang terkejut, saat itu, Bernardo Alvarez seperti tercekik ular yang sudah masuk ke mulutnya itu seperti sulit keluarkan.
Mereka tak percaya dan heran, karena tak seperti biasanya dialami Bernardo jika digigit ular.
Seperti dilansir dari The Sun, Kamis (15/7/2021), Bernardo Alvarez yang memiliki kekebalan terhadap bisa atau racun ular kobra itu, jatuh terdiam dengan ular masih menempel di lidahnya.
Sempat Menjerit Kesakitan
Sementara menurut saksi mata seperti dilansir dari The Sun mengatakan, jika pria yang kerap disebut sebagai Snakermen itu, sempat menjerit kesakitan.
Kemudian terjatuh dan tak berkutik, dia berhenti bernafas, denyut nadinya hilang, lidahnya hitam bekas gigitan ular kobra.
Bernardo, si pawang luar atau kerap disebut sebagai manusia ular itu terkapar, berhenti bernafas untuk selamanya.
Dipastikan Bernardo sang pawang ular Filipina itu, meninggal pada Kamis (15/7/2021) karena keracunan akibat bisa ular.
Perbedaan Cobra dan King Cobra
Ketua Komunitas Pecinta Reptil Aspera, Roy Silalahi menjelaskan meskipun terlihat serupa, ular Kobra dengan ular King Kobra masih memiliki perbedaan.
Dilansir dari Tribunnews.com, Roy mengatakan Indonesia sendiri memiliki dua spesies ular Kobra.
Yakni ular Kobra Jawa dan Kobra Sumatra.
"Kita punya 2 spesies kobra, Naja Sputatrix dan Naja Sumatrana yang tersebar di Pulau Jawa dan Sumatra," kata Roy saat dihubungi via WhatsApp, Rabu (29/1/2020).
"Untuk Naja Sputatrix juga biasa disebut dengan Kobra Jawa," imbuhnya.
Ular sendok merupakan sebutan lain dari kedua ular ini.
Roy melanjutkan, baik Naja Sputatrix atau Naja Sumatrana memiliki panjang sekitar 1 hingga 2 meter.
Sedangkan warna hitam mendominasi di bagian sisik kedua ular tersebut.
Bagian yang paling membedakan ular Kobra dengan King Kobra adalah kemampuan yang dimiliki Kobra untuk menyemburkan bisanya.
"Dan bisa menyemburkan bisanya selain dengan cara disuntikkan," tutur Roy.
Biasanya ular Kobra akan menyemburkan bisa ke bagian vital musuhnya, yakni mata.
Bisa ini mampu membutakan mata musuh atau penganggu si ular Kobra ini.
Roy menjelaskan King Kobra sendiri mampu tubuh lebih besar dari Kobra.
King Kobra dewasa mampu mencapai panjang 5 hingga 6 meter.
"Trus bisa mengembangkan tudungnya dan berdiri hampir sepertiga dari badannya dia," kata Roy.
King Kobra tersebar di hampir seluruh wilayah Indonesia kecuali Papua.
Selain ukuran tubuh yang membedakan dengan Kobra, King Kobra tidak mampu menyemburkan bisanya.
"Dan king kobra nggak nyembur kaya kobra jadi dia menyuntikkan bisa dengan lewat gigitan aja," tandasnya.
King Kobra sesuai dengan namanya merupakan rajanya rantai makanan.
Dia merupakan predator puncak di ekosistem seperti persawahan.
King Kobra memiliki peranan yang viral dalam rantai makanan, yaitu menjaga populasi tikus supaya tidak meledak dan merugikan para petani. (*)