Virus Corona

Benarkah Pasien Sembuh Covid-19 Masih Tetap Berisiko Alami Pembekuan Darah? Simak Penjelasannya

Mereka menguji sampel darah dari 30 pasien sembuh dari Covid-19 ringan, sedang, dan berat diambil sebulan setelah mereka keluar dari rumah sakit.

southafricaadventures.com
Ilustrasi sel darah merah. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Singapura menunjukkan adanya risiko terjadinya penggumpalan atau pembekuan darah pada pasien Covid-19 bahkan setelah mereka sembuh. 

Namun, respon imun yang meningkat dapat memicu adanya badai sitokin yang dapat menyerang pembuluh darah dan secara otomatis meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.

Dalam studi lain yang dipimpin oleh Dr Eugene Fan, seorang peneliti di Departemen Hematologi Rumah Sakit Tan Tock Seng, Singapura ditemukan bahwa empat pasien yang telah pulih dari infeksi Covid-19 tanpa gejala mengalami pembekuan darah di arteri beberapa minggu setelah mereka menjalani pemulihan.

Keempat pasien, yang merupakan pekerja migran muda, didiagnosis Covid-19 dari April hingga Juli tahun lalu, dan ditemukan mengalami pembekuan darah parah beberapa minggu kemudian.

Dua di antaranya terkena stroke, satu terkena serangan jantung, dan satu lagi menderita iskemia ekstremitas akut, yang mengacu pada penurunan signifikan aliran darah ke tungkai.

Satu dari empat pasien menderita diabetes, sementara tiga lainnya tidak memiliki faktor risiko kardiovaskular, yang akan membuat mereka berisiko lebih besar mengalami pembekuan darah.

Temuan penelitian ini diterbitkan dalam Journal Of Thrombosis And Thrombolysis pada November tahun lalu.

"Ini bisa menjadi akibat dari beberapa mekanisme, salah satunya adalah peningkatan aktivasi trombosit, di mana trombosit darah lebih lengket pasca infeksi, dan dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah," kata dr Fan.

"Lainnya adalah peradangan kronis pada lapisan pembuluh darah, dikenal sebagai endotelitis."

Dikutip dari klikdokter,  dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, juga mengatakan penggumpalan darah bisa terjadi pada pasien Covid-19 meski mereka telah sembuh. 

“Memang kondisi ini tidak dialami oleh semua pasien. Mereka yang mengalaminya adalah yang punya faktor risiko, salah satunya angka D-dimer yang tinggi,” jelas dr. Astrid.

Bagaimana mekanisme Covid-19 menyebabkan penggumpalan darah masih belum diketahui pasti dan masih terus diteliti.

Hal tersebut dikatakan merupakan fenomena wajar, mengingat Covid-19 merupakan penyakit baru yang masih misterius.

“Namun, proses sistem imun melawan patogen seperti virus memang dapat memicu penggumpalan darah, meski belum bisa dipastikan mengapa proses ini masih berlangsung bahkan setelah pasien dinyatakan sembuh,” kata dr. Astrid.

“(Penggumpalan darah) di ginjal bisa menyebabkan penyakit ginjal. Kalau di kulit, bisa sebabkan ruam,” ujarnya. 

Ahli bedah vaskular senior Rumah Sakit Fortis Malar, dr. S Balakumar, mengatakan penggumpalan darah dapat terjadi di bagian tubuh mana saja.

Halaman
123
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved