Virus Corona

Benarkah Pasien Sembuh Covid-19 Masih Tetap Berisiko Alami Pembekuan Darah? Simak Penjelasannya

Mereka menguji sampel darah dari 30 pasien sembuh dari Covid-19 ringan, sedang, dan berat diambil sebulan setelah mereka keluar dari rumah sakit.

southafricaadventures.com
Ilustrasi sel darah merah. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Singapura menunjukkan adanya risiko terjadinya penggumpalan atau pembekuan darah pada pasien Covid-19 bahkan setelah mereka sembuh. 

TRIBUNPALU.COM - Penelitian yang dilakukan oleh peneliti di Singapura menunjukkan adanya risiko terjadinya penggumpalan atau pembekuan darah pada pasien Covid-19 bahkan setelah mereka sembuh.

Dilansir dari The Straits Times, disebutkan risiko pembekuan darah tidak hanya terjadi pada pasien gejala berat, namun bisa terjadi pada pasien Covid-19 gejala ringan. 

Penelitian tersebut dipimpin oleh Prof Cheung, dan terdiri dari peneliti dari Lee Kong Chian School of Medicine, Agency for Science, Technology and Research (A*Star) Singapore Immunology Network (SIgN) dan National Center of Infectious Diseases (NCID).

Studi mereka diterbitkan dalam jurnal ilmiah eLife pada 23 Maret 2021.

 

Baca juga: Sedang Isolasi Mandiri Covid-19? Ini Sederet Hal yang Perlu Anda Lakukan Setiap Harinya

Baca juga: COVID-19 di Palu Meningkat, Wakil Ketua DPRD Sulteng: Sebaiknya Pemerintah Lakukan Lockdown Parsial

Mereka menguji sampel darah dari 30 pasien sembuh dari Covid-19 ringan, sedang, dan berat diambil sebulan setelah mereka keluar dari rumah sakit.

Semuanya ditemukan memiliki kerusakan pembuluh darah, mungkin timbul dari respon imun yang bertahan lama, yang dapat memicu pembentukan bekuan darah.

"Sekitar setengah dari pasien memiliki risiko kardiovaskular yang sudah ada sebelumnya, seperti diabetes dan hipertensi, yang menempatkan mereka pada risiko pembekuan darah yang lebih tinggi," kata Florence Chioh, Asisten Profesor Christine Cheung dari Fakultas Kedokteran Lee Kong Chian Universitas Teknologi Nanyang, Singapura Selasa (13/4/2021).

Dia menjelaskan bahwa dalam temuannya itu pasien dengan penyakit penyerta di atas juga memiliki disfungsi pembuluh darah yang lebih jelas dibandingkan dengan kelompok yang tidak memiliki risiko kardiovaskular.

Selain itu virus Covid-19 juga dapat menyerang lapisan pembuluh darah dan menyebabkan peradangan dan kerusakan.

Kebocoran dari pembuluh yang rusak ini memicu pembentukan bekuan darah.

Para peneliti juga menemukan bahwa bahkan setelah pasien pulih dari Covid-19, mereka terus memiliki protein inflamasi tingkat tinggi yang dikenal sebagai sitokin.

Sitokin diproduksi oleh sel-sel kekebalan untuk mengaktifkan respons kekebalan terhadap patogen.

Namun, sel-sel kekebalan ditemukan tetap memproduksi sitokin bahkan tanpa adanya virus.

Jumlah sel kekebalan yang luar biasa tinggi, yang dikenal sebagai sel T, juga ada dalam darah pasien yang pulih, sehingga menunjukkan bahwa respons kekebalan mereka tetap aktif bahkan setelah virus hilang.

Baca juga: Tips Hilangkan Stres saat Hadapi Pandemi Covid-19, Lakukan Sejumlah Hal Berikut

Baca juga: Efek Dalam Tubuh Jika Terlambat atau Tidak Disuntik Vaksin COVID-19 Dosis Kedua, Apa Risikonya?

Pasien yang telah pulih dari Covid-19 sering memiliki sel T spesifik virus dalam aliran darah mereka, yang memberi mereka beberapa tingkat perlindungan terhadap virus.

Namun, respon imun yang meningkat dapat memicu adanya badai sitokin yang dapat menyerang pembuluh darah dan secara otomatis meningkatkan risiko pembentukan gumpalan darah.

Dalam studi lain yang dipimpin oleh Dr Eugene Fan, seorang peneliti di Departemen Hematologi Rumah Sakit Tan Tock Seng, Singapura ditemukan bahwa empat pasien yang telah pulih dari infeksi Covid-19 tanpa gejala mengalami pembekuan darah di arteri beberapa minggu setelah mereka menjalani pemulihan.

Keempat pasien, yang merupakan pekerja migran muda, didiagnosis Covid-19 dari April hingga Juli tahun lalu, dan ditemukan mengalami pembekuan darah parah beberapa minggu kemudian.

Dua di antaranya terkena stroke, satu terkena serangan jantung, dan satu lagi menderita iskemia ekstremitas akut, yang mengacu pada penurunan signifikan aliran darah ke tungkai.

Satu dari empat pasien menderita diabetes, sementara tiga lainnya tidak memiliki faktor risiko kardiovaskular, yang akan membuat mereka berisiko lebih besar mengalami pembekuan darah.

Temuan penelitian ini diterbitkan dalam Journal Of Thrombosis And Thrombolysis pada November tahun lalu.

"Ini bisa menjadi akibat dari beberapa mekanisme, salah satunya adalah peningkatan aktivasi trombosit, di mana trombosit darah lebih lengket pasca infeksi, dan dapat menyebabkan pembentukan bekuan darah," kata dr Fan.

"Lainnya adalah peradangan kronis pada lapisan pembuluh darah, dikenal sebagai endotelitis."

Dikutip dari klikdokter,  dr. Astrid Wulan Kusumoastuti, juga mengatakan penggumpalan darah bisa terjadi pada pasien Covid-19 meski mereka telah sembuh. 

“Memang kondisi ini tidak dialami oleh semua pasien. Mereka yang mengalaminya adalah yang punya faktor risiko, salah satunya angka D-dimer yang tinggi,” jelas dr. Astrid.

Bagaimana mekanisme Covid-19 menyebabkan penggumpalan darah masih belum diketahui pasti dan masih terus diteliti.

Hal tersebut dikatakan merupakan fenomena wajar, mengingat Covid-19 merupakan penyakit baru yang masih misterius.

“Namun, proses sistem imun melawan patogen seperti virus memang dapat memicu penggumpalan darah, meski belum bisa dipastikan mengapa proses ini masih berlangsung bahkan setelah pasien dinyatakan sembuh,” kata dr. Astrid.

“(Penggumpalan darah) di ginjal bisa menyebabkan penyakit ginjal. Kalau di kulit, bisa sebabkan ruam,” ujarnya. 

Ahli bedah vaskular senior Rumah Sakit Fortis Malar, dr. S Balakumar, mengatakan penggumpalan darah dapat terjadi di bagian tubuh mana saja.

Tingkat peradangan yang dialami setiap pasien pun berbeda-beda, untuk itu dia menyarankan untuk melakukan tes darah dan pemantauan meski pasien sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

“Deteksi dini gejala ini, pemantauan ketat dan tindak lanjut dari pasien yang pulih setidaknya selama satu bulan, akan membantu mengendalikan komplikasi terkait COVID-19, karena masalah dapat berulang dan berkembang,” katanya.

“Tes darah dapat membantu mendeteksi masalah sejak dini dan pengencer darah harus diberikan saat pasien dirawat,” tambahnya. (Tribunwow.com/Afzal Nur Iman)

Artikel ini telah tayang di TribunWow.com dengan judul Setelah Isolasi Mandiri atau Sembuh Covid-19 Masih Berisiko Alami Pembekuan Darah, Ini Penjelasannya

 
Sumber: TribunWow.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved