Kisah Perjuangan Greysia Polii: Gunakan Kardus Dibentuk Raket untuk Bermain Badminton saat Kecil
Masa kecil Greysia Polii tak mudah, untuk bermain badmintonpun, ia hanya memakai kardus yang dibentuk menyerupai raket.
“Greys satu tahun di kelas Henry satu tahun kemudian dia naik kelas. Setelah itu sempat pindah ke tangkas tapi tidak lama balik lagi ke Jaya Raya. Waktu mulai masuk asrama dari situ latihannya terlihat paling rajin, sering tambahan. Sering tanya sama yang lebih senior, dan anaknya kan pede banget dari kecil sampai sekarang kan terlihat juga,” sambungnya.
Kerja keras semasa kecil dan kesabarannya terus berlatih untuk mendapatkan prestasi tinggi akhirnya terbayar sudah.
Lanny pun menilai, pengalaman Greysia Polii sangat berbicara banyak di Olimpiade ini.

Salah satunya saat Greysia terus menenangkan Apriyani – yang masih muda untuk tak terbawa atau terpancing lawan.
“Saya lihat Greysia bisa bawa juniornya, kalau kemarin saya lihat di bisa bawa Apri main lebih tenang. Dia coba terus menenangkan Apri supaya tidak terpancing dengan teriakan lawannya yang memancing emosi,” nilai Lanny.
“Greys bisa menenangkan Apri sehingga tak terbawa strategi lawan, di situ lah peran seorang Greysia yang bisa mendewasakan Apri di dalam lapangan. Kalau dulu mainnya kalau orang jawa bilang grasa-grusu tapi kemarin lebih tenang, bersih, jadi bisa mengontrol bola untuk bisa menyulitkan lawannya,” katanya.

Perubahan Besar Apriyani
Ketua Harian PB Jaya Raya, Imelda Wigoeno juga menyoroti adanya perbedaan yang signifikan dalam permainan Greysia/Apriyani di turnamen Olimpiade 2020 Tokyo ini.
Lebih khusus penampilan Apriyani yang kerap membuatkan kesalahan sendiri tapi kali ini dia tampil sangat bagus.
Bahkan ia menilai di laga final ini, Apriyani bermain tanpa kenal lelah sehingga bisa menutupi kekurangan Greysia dan Greysia pun bisa fokus dengan permainannya.

“Jadi perbedaan yang saya lihat itu memang benar ada di komunikasi, dan yang paling mencolok itu menurut penilaian saya itu ada di Apriyani. Dia maju pesat. Dalam arti tidak mati-mati sendiri, biasanya kan suka mati sendiri, mimik wajahnya tadi juga terlihat bersemangat,” kata Imelda.
“Kemudian daya tahan tubuhnya itu kuat banget, lompat-lompat terus, itu dia kuat banget. Kalau sudah gitu kan Greysia tidak lagi mikirin Apri, dia jadi bisa fokus untuk permainan sendiri. Imbasnya rotasinya jadi bagus,” katanya.
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Kisah Greysia Polii Kecil, Gunakan Kardus Dibentuk Menyerupai Raket untuk Bermain Badminton