3 Tahun Bencana Sulteng

3 Tahun Bencana Sulteng, Pemkot Palu Gelar Zikir Bersama

Memperingati tiga tahun pasca bencana yang melanda Palu, Sigi dan Donggala, Pemerintah Kota Palu menggelar zikir bersama.

Handover
Masyarakat saat zikir bersama di halaman Kantor Wali Kota Palu. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha

TRIBUNPALU.COM,PALU- Memperingati tiga tahun pasca bencana yang melanda Palu, Sigi dan Donggala, Pemerintah Kota Palu menggelar zikir bersama.

Kegiatan zikir bersama dipimpin Habib Sholeh bin Abu Bakar Alaydrus bertempat di halaman kantor Wali Kota Palu, Senin (27/9/2021).

"Zikir bersama ini sebagai wujud pengingat kedudukan kita sebagai manusia di hadapan Sang Pencipta pasca bencana 28 September 2018 silam,"ujar Wali Kota Palu Hadianto Rasyid.

Ia mengatakan, marilah bersama-sama senantiasa mengharapkan rahmat dari Sang Pencipta dan perbaiki niat, serta menjalankan kewajiban dengan sebaik-baiknya. 

Baca juga: Mengenang 3 Tahun Triobencana Palu, Pasha Ungu Jadi Kurir Antar Bantuan hingga Tidur di Pengungsian

Sebesar apapun amal dilakukan manusia tidak sebanding dengan nikmat yang diberikan oleh Sang Pencipta.

Kemudian ia menuturkan, dalam kurun waktu enam bulan menjabat, masih banyak yang belum dikerjakan dengan baik.

Bencana Sulteng Kejutkan Ilmuan NASA

Menurut data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebelum 2018 setidaknya pernah dua kali gempa besar terjadi di Kota Palu

Masing-masing pada 1 Desember 1927 dan 24 Januari 2005.

Pada 1927, gempa berkekuatan 6,5 magnitudo berasal dari aktivitas tektonik Kelurahan Watusampu dengan pusat gempa di Teluk Palu

Akibatnya peristiwa itu, 14 orang dilaporkan meninggal dunia dan 50 lainnya luka-luka. 

Kemudian gempa berkekuatan 6,2 magnitudo dengan pusat gempa 16 km arah tenggara Kota Palu pada 24 Januari 2005.

Adapun gempa 2018, BNPB mencatat peristiwa itu setidaknya telah mengakibatkan 1.772 warga Palu meninggal dunia. 

Peristiwa ini juga turut menggemparkan Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA. 

Para ilmuwan NASA memasukkan gempa Palu 2018 ke dalam kategori kejadian langka yang tidak seperti gempa pada umumnya.

Bahkan, NASA menyebut gempa ini sebagai supershear Earthquake atau gempa supershear dengan pergerakan sangat cepat.

gempa supershear adalah gempa bumi di mana penyebaran gelombang pecah di sepanjang permukaan patahan.

Peristiwa ini tergolong langka karena hanya terjadi sebanyak 15 kali dalam catatan sejarah geografi.

Mereka membuat penelitian gempa Palu berjudul "Early and Persistent Supershear Rupture of the 2018 Magnitude 7.5 Palu Earthquake" dan telah dipublikasikan di jurnal Nature Geoscience.

Dalam penelitian itu, NASA mengungkap adanya retakan yang bergerak di sepanjang sesar dalam kecepatan yang sangat tinggi.

Hal inilah kemudian memicu gelombang naik turun atau sisi ke sisi yang mengguncang permukaan tanah dan menyebabkan likuifaksi, seperti di Balaroa dan Petobo.(*) 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved