Pilpres 2024
Nasib Anies & Ridwan Kamil di Pilpres 2024, Belum Ada Partai Melirik, Pengamat: Capres Angin Surga
Nama Anies Baswedan dan Ridwan Kamil memang sering muncul sebagai tokoh dengan elektabilitas menjanjikan jelang Pilpres 2024.
TRIBUNPALU.COM - Nama Anies Baswedan dan Ridwan Kamil memang sering muncul sebagai tokoh dengan elektabilitas menjanjikan jelang Pilpres 2024.
Namun, nasib Anies Baswedan dan Ridwan Kamil di Pilpres 2024 nanti diprediksi akan rumit.
Pasalnya, hingga saat ini belum ada partai politik yang terang-terangan melirik Anies maupun Kang Emil.
Selain itu, ada beberapa faktor lain yang membuat peluang Anies dan Ridwan menjadi capres atau cawapres 2024 menipis.
Anies Baswedan disebut tidak bisa ikut kontestasi tanpa dukungan dari partai politik.
Sementara diketahui bahwa sejumlah partai politik saat ini sudah memiliki jagoannya masing-masing.
Baca juga: Anies Disebut Pembohong Buntut UMP DKI 2022 Hanya Naik Rp 37.749, Ketua KSPI: Halo, Jangan Retorika
Meski Anies Baswedan memiliki peluang besar untuk meraih suara dari masyarakat yang anti pemerintah, namun hal itu akan sia-sia jika tidak didukung oleh partai politik.
Dilansir dari tayangan Aiman Kompas TV, Selasa (23/11/2021), Direktur Parameter Politik Indonesia, Adi Prayitno mengatakan, nasib Anies Baswedan akan berbeda dengan Ganjar Pranowo yang akan diperebutkan oleh berbagai partai politik.
"Ganjar ini tren elektabilitasnya naik, dibandingkan dengan yang lain relatif dia agak stagnan. Makanya saya sebutkan ranking utama buruan tokoh yang akan dicari oleh berbagai parpol itu Ganjar Pranowo," kata Adi dilansir dari Youtube Kompas TV, Selasa.
Untuk itu, kata dia, tak heran kalau Golkar kemudian ingin menyediakan altar kuning bagi Ganjar seandainya tidak diusung oleh PDIP.
"Ini jelas dan tidak main-main tentu saja. Kalau melihat sikap partai secara umum belum ada, tapi kalau melihat posisi Nurdin Khalid, politisi senior, orang penting, wakil ketua, saya kira ini bukan candaan biasa di warung kopi," kata dia.
Pernyataan itu, lanjutnya, sebagai sebuah penegasan bahwa saat ini sebenarnya Golkar sedang meng-hunting sosok yang bisa menderek elektabilitas Airlangga Hartarto nantinya.
"Karena kan kemungkinan itu Ganjar akan diduetkan sebagai capres ataupun cawapresnya Airlangga," tandasnya.
Adi bahkan mengatakan, pendekatan Golkar terhadap Ganjar itu berbeda dengan Anies Baswedan ataupun Ridwan Kamil.
"Kita tahu Ridwan Kamil itu sedang istikharah, sedang diskusi dengan orangtuanya mencari partai politik."
"Golkar juga welcome, tapi soal pencapresan nanti dulu, segala sesuatunya ditentukan oleh Airlangga. Beda dong, ketika misalnya menawari Ganjar, ayo Ganjar capres ataupun cawapres, InsyaAllah akan disiapin, kan gitu statementnya Nurdin Khalid," bebernya.
Hal serupa juga menurut Adi berlaku pada Anies Baswedan.
"Kenapa Golkar tidak melirik? bukankah Anies juga barang buruan yang bagus? Tentu melihat stagnasi dari elektabilitas Anies itulah yang saya membacanya, kok rada-radanya membajak Anies dalam konteks saat ini agak kurang menguntungkan bagi Golkar.
Makanya kemudian Ganjarlah yang saat ini diburu banyak orang dan sepertinya Golkar tidak mau lepas juga itu tangkapan besarnya," bebernya.
Nasib Anies dan Ridwan Kamil
Kemudian ia juga memprediksi nasib Anies Baswedan dan Ridwan Kamil yang menurutnya agak rumit.
"Nah ini yang rumit, kalau Ridwan Kamil saya membacanya agak tanggung. Dari segi elektabilitas tanggung, dari segi partai politik sejauh ini belum ada orang yang tertarik, yang ingin mengusung Ridwan Kamil," kata dia.
Bahkan sekelas PAN sekalipun bahkan masih maju mundur untuk mendukung Ridwan Kamil karena pergerakan politiknya hanya di Jawa Barat.
"Itu pun basis pemilih Jabar harus berbagi tiga, dengan Ganjar Pranowo dengan Anies Baswedan, di luar itu Ridwan Kamil agak susah," ungkapnya.
Sementara untuk Anies Baswedan, kata dia, akan diuntungkan karena menjadi satu-satunya orang di luar kekuasaan.
"Di mana kelompok-kelompok masyarakat yang anti terhadap Jokowi, anti terhadap pemerintah, anti terhadap PDIP, ingin menjadikan Anies Baswedan sebagai satu-satunya orang yang bisa melawan siapapun nantinya yang diusung oleh kubu pemerintah," ujarnya.
Dalam hal itu posisi Anies Baswedan sudah kuat dan tinggal meningkatkan elektabilitas.
"Karena jika melihat ceruk pemilih yang anti pemerintah itu besar, dan yang kemudian sampai saat ini tidak dimaksimalkan oleh Anies," ujarnya.
Namun hal itu tentunya akan percuma kalau tidak ada dukungan dari parpol.
"Maka Anies hanya akan menjadi capres angin surga karena tidak ada dukungan politik," tandasnya.
Nasdem misalnya, kata dia, mungkin bisa jadi pintu bagi Anies, tapi masih maju mundur.
"(Nasdem) Tidak mau melakukan konfensi, karena belum ada satu pun partai politik yang lain yang mau diajak koalisi. Karena Nasdem tentu tidak mau konyol dong," katanya.
Kemudian untuk PKS jika misalnya mau mencoba menduetkan antara Anies dengan Sandiaga Uno, lanjutnya, tapi publik juga lupa kalau itu terjadi mungkin 2016 -2017 soal pilkada.
"Soal pilpres, saya kira Prabowo masih cukup determinan, PKS juga masih menganggap dewan suro mereka. Salim As Segaf itu adalah orang yang paling mungkin mereka usung. Mau dari demokrat itu ada AHY, mau dari PKB di situ mashab politiknya sudah beda, apalagi Cak Imin juga maju," tandasnya.
Sementara untuk partai besar seperti Golkar jelas akan mendukung Airlangga, kemudian Puan Maharani dan Ganjar Pranowo sudah mengkavling PDIP.
"Gerindra sudah Prabowo harga mati, kalaupun tidak masih ada Sandiaga Uno. Anies Baswedan ini jadi rumit sebenarnya membaca dukungan politik," ujarnya.
Jika Anies Baswedan dan Ridwan Kamil masih rumit, Adi menilai sosok Sandiaga Uno lah yang paling mungkin untuk maju jadi capres melawan Ganjar Pranowo.
"Ganjar dan kemungkinan Sandiaga Uno ini memang cukup agresif dia, hadir ke berbagai penjuru masyakarat, mengkapitalisasi posisinya sebagai Menteri Pariwisata," tandasnya. (*)
(Sumber: BangkaPos.com)