UMKM Kota Palu
Sosok Subarkah, Pasarkan Kopi Binaan ROA dengan Volkswagen Combi Modifikasi
Kopi yang dijual pria dengan sapaan akrab Abal itu adalah biji pilihan dari Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Nur Saleha
TRIBUNPALU.COM, PALU - Muhammad Subarkah, memasarkan kopi racikannya menggunakan mobil Volkswagen (WG) Combi modifikasi.
Cafenya itu biasa parkir di Car Free Day Kota Palu, setiap akhir pekan.
Kopi yang dijual pria dengan sapaan akrab Abal itu adalah biji pilihan dari Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Kopi itu dari petani dampingan Relawan Orang dan Alam (ROA).
Subarkah adalah direktur pada lembaga yang bergerak pada isu lingkungan dan pemberdayaan ekonomi petani di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) serta nelayan tersebut.
Pengelolaan Kopi dari biji hingga menjadi minuman tak lepas dari sentuhan tangan Subarkah.
Pria kelahiran Palu, 28 Mei 1976 itu sebelumnya adalah Jurnalis.
Dia memulai karirnya pada media lokal sejak di bangku kuliah, tepatnya 2007.

Kemudian, ia kembali bekerja di Lembaga Kantor Berita Nasional (LKBN) Antara sebelum menjadi kontributor media Bisnis Indonesia.
Dia bekerja di Media Bisnis Indonesia hingga 2014.
Tahun itu juga, ia memilih memutuskan karir jurnalistiknya dan fokus menjadi relawan Roa.
Sepak terjangnya, membuat Muhammad Subarkah dipercaya memimpin ROA.
Sembari memberikan pendampingan kepada petani Kopi, Subarkah juga membantu pemasaran dari produk pedesaan binaan ROA.
Usaha kopi, gula aren, hingga olahan rotan dipilihnya.
Untuk olahan Rotan dan gula aren Subarkah memproduksinya di kantor Jl Dayodara nomor CPI 1 blok K nomor 2.
Sementara bisnis kopinya, dipasarkan di "Cafe Volkswagen Combi".
Kopi terbaik dari Sigi dipasarkan Subarkah berjenis arabika.
Nama Kopi tersebut yaitu Kamanuru Fully Washed Process, Kamanuru Natural Proces,
dan Kamanuru Honey Process.

Beberapa waktu lalu kopi itu juga dipamerkan dalam pameran hasil hutan bukan kayu yang digelar Lembaga ROA.
Kegiatan tersebut melibatkan kelompok usaha tani hutan dan kelompok usaha perempuan di Sulteng dan dalam wilayah kawasan Taman Nasional Lore Lindu.
Tujuan Pameran itu adalah mempertemukan konsumen dengan produsen.
Hal itu juga sebagai upaya membuka peluang kerja sama bisnis untuk produk hasil hutan bukan kayu dan pangan.
Serta mendorong peran pemerintah dalam membantu mengembangkan produk hasil hutan bukan kayu dan pangan sebagai industri kreatif potensial bagi Sulawesi Tengah.(*)