Tak Diketahui Warga, Gejala Alam Ini Jadi Tanda-tanda Bahwa Gunung Semeru akan Meletus
Ahli Kebencanaan membeberkan gejala alam yang merupakan tanda-tanda Gunung Semeru akan meletus.
TRIBUNPALU.COM - Meletusnya gunung Semeru kemarin sore, Sabtu (4/12/2021) membuat warga sekitar sangat kaget.
Banyak warga yang mengatakan bahwa meletusnya Gunung Semeru terjadi sangat tiba-tiba, bahkan tidak ada tanda-tanda yang dirasakan.
Hal ini seperti diungkap salah satu korban selamat dari ganasnya erupsi gunung Semeru Sinten (60), warga Dusun Curah Kobokan, Desa Supitarung, Pronojiwo, Lumajang.
Diberitakan Kompas.com sebelumnya, Sinten menceritakan tiba-tiba dusunnya diguyur hujan abu dan batu, ada suara gemuruh dari arah gunung.
Sinten yang ketika itu sedang bersantau di rumah tamu langsung terperanjat dan panik. Ia lantas menggedor pintu kamar cucunya, Dewi, dan menariknya untuk melarikan diri.
"Gunung Semeru meletus dengan cepat. Sebelumnya, tidak ada tanda-tanda erupsi. Saat erupsi seperti kiamat," kata Sinten saat ditemui di RSUD dr Haryato, Lumajang, Sabtu (4/12/2021) sebagaimana dilansir dari Surya.
Baca juga: Setelah Erupsi Gunung Semeru, Warga Kembali Dibuat Panik Turunnya Hujan Abu dengan Intesitas Sedang
Baca juga: Evakuasi Korban Erupsi Gunung Semeru, Relawan Temukan Jasad Ibu dan Anak Berpelukan
Benarkah tidak ada tanda-tanda dari erupsi Gunung Semeru?
Alam selalu memberi tanda jika gunung berapi akan meletus.
Disampaikan Ahli Kebencanaan UPN Veteran Yogyakarta Eko Teguh Slamet, tanda yang diberikan alam salah satunya adalah hujan dengan intensitas tinggi atau hujan di hari yang sama.
Seperti diberitakan sebelumnya, Eko menjelaskan bahwa fenomena gunung Semeru meletus kemarin merupakan erupsi sekunder. Dia berkata, erupsi sekunder selalu terjadi di musim penghujan.
Dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021), Eko mengatakan bahwa setiap gunung api memiliki kecenderungan yang berbeda ketika erupsi atau meletus.
"Kalau (Gunung) merapi (erupsi) berupa guguran kubah, kalau di semeru gugurannya kubah dan produk erupsi," ungkap Eko dalam wawancara dengan Kompas TV, Minggu (5/12/2021) pagi.
Seperti diketahui, Desember 2020 Gunung Semeru pernah erupsi dan di tahun ini Semeru meletus lagi.
Dia menjelaskan, dari erupsi yang pertama, material-material erupsi dapat berkumpul di puncak gunung karena hujan dan menyebabkan erupsi sekunder.
"Nah, gejala-gejala ini yang perlu dicermati kalau ada akumulasi kubah selama proses satu dua tahun sebelumnya dalam jumlah yang besar dan belakangan jumlahnya meningkat karena hujan deras, maka potensi erupsi bisa terjadi," jelas Eko.
"Seperti halnya yang terjadi pada Desember tahun lalu dan sekarang terjadi lagi, tapi dengan jumlah volume yang berbeda."
Dijelaskan Eko, tanda-tanda yang bisa dilihat adalah proses magmatisme, yakni perubahan di medan magma yang menginformasikan status gunung api ada di level normal, waspada, atau siaga.
"Sementara jika proses erupsi sekunder, gejalanya di guguran atau deformasinya," terang Eko.
Eko mengaku tidak tahu persis bagaimana gejala yang ditunjukkan guguran atau deformasi Gunung Semeru.
Namun dia berkata, meski tidak terlihat, sebenarnya alam sudah memberikan tanda-tanda.
"Seperti kalau gunung api sudah memiliki banyak material dan hujan intensif, maka itu sudah jadi warning dari alam sebenarnya," imbuh dia.
"Karena sebenarnya enggak ada erupsi saat musim kemarau untuk erupsi sekunder."
Dikatakan Eko, erupsi sekunder bisa disebabkan oleh hujan dengan intensitas tinggi pada hari-hari sebelumnya atau di hari saat meletus.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Ahli Kebencanaan: Sebenarnya Alam Memberi Tanda Semeru Akan Meletus",
Penulis : Gloria Setyvani Putri
Editor : Gloria Setyvani Putri