Banggai Hari Ini

Inovasi Prosista Ala Dinas PKH Banggai, Program Jitu Tingkatkan Populasi Sapi

Dinas Peterakan dan Kesehatan Hewan (PKH) Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah berinovasi untuk mengembangkan peternakan.

Penulis: Asnawi Zikri | Editor: Haqir Muhakir
Handover/Dok Pribadi
Kepala Dinas PKH Banggai, Ferlyn Monggesang 

“Kondisi hewan harus sehat, maka dilakukan pemeriksaan kebuntingan atau disebut PKB agar dapat diketahui sapi yang akan kita lakukan insiminasi buatan dalam keadaan produktif,” jelas Ferlyn.

Program ini mengalami berbagai kendala, terutama dari peternak sendiri.

Peternak biasanya lambat menyampaikan ternaknya dalam keadaan birahi, sehingga inseminasi dilakukan dalam keadaan ternak telah melewati masa birahi.

“Kadang bisa sampai dua tiga kali (inseminasi) baru bisa bunting,” kata dia.

Kendala lainnya kekurangan petugas insiminator. Dalam satu kecamatan, kata Ferlyn, hanya petugas.

Meski begitu, para petugas sudah bekerja maksimal di wilayah masing-masing. 

Selain itu keterbatasan straw juga punya kendala sendiri bila dilihat dari jumlah populasi yang ada di Kabupaten Banggai, terutama populasi betina produktif.

“Kami pun mendapat bantuan tapi itu juga masih sangat kurang. Mudah-mudahan dengan anggaran ke depan dapat mengakomodir kebutuhan yang ada di lapangan,” harap Ferlyn. 

Meski berbagai kendala dihadapi, program Prosista berhasil meraih penghargaan nasional.

Petugas insiminator Kabupaten Banggai meraih peringkat dua karena melampaui target yang diberikan sebanyak 4000 ekor sapi pada 2019.

“Tapi kita mencapai 8000 ekor sapi, bahkan kita bisa capai lebih lagi atas kerja insiminator,” kata dia.

Lalu di 2020, kembali diberi target 8300 ekor dan berhasil dilewati, sedangkan 2021 targetnya 6333 ekor dengan hasil yang sama.

“Target ini berupa insiminasi buatan, pemeriksaan kebuntingan, maupun kelahiran,” tuturya.

Dengan adanya inovasi Prosista, ada peningkatan populasi ternak. 

Pada 2019 tingkat kelahiran hanya 1515 ekor meningkat menjadi 5821 ekor di tahun 2021.

“Kendala kami kekurangan petugas inseminator. Karena satu wilayah mempunyai populasi 1000 ekor lebih. Kita hanya mempunyai satu insiminator dalam satu wilayah,” beber Ferlyn. (*)

 
 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved