Jadi Negara Miskin, Kasus Pelecehan Anak dan Perempuan di Timor Leste Dibayar dengan Barang
Tak hanya dikenal sebagai negara miskin, ternyata kehidupan anak dan perempuan di Timor Leste juga sangat memprihatinkan.
Ini sering terdiri dari kompensasi dengan uang, hewan, atau perhiasan tradisional.
“Dulu kami memiliki banyak kasus pelecehan dan Kekerasan dalam rumah tangga di desa saya, dan kompensasi sepertinya merupakan cara keadilan yang tepat bagi kami,” kata Pak Dosantos, anggota Dewan desa.
Untuk mencegah Kekerasan terhadap anak Plan International bekerja dengan masyarakat dan otoritas lokal untuk membangun mekanisme perlindungan anak dan melatih anggota masyarakat tentang cara menggunakannya.
Dalam pelatihan tersebut, pejabat pemerintah daerah, orang tua dan anggota masyarakat lainnya belajar tentang hak-hak anak, pentingnya perlindungan anak dan bagaimana melaporkan Kekerasan terhadap anak kepada pihak berwenang terkait.
“Melalui pelatihan saya sekarang mengerti bahwa kasus-kasus HAM harus selalu diselesaikan melalui jalur hukum,” kata Bapak Dosantos.
“Sekarang orang-orang di komunitas saya sangat memperhatikan Kekerasan di sekitar mereka dan mereka melaporkannya ke jalur hukum yang telah ditetapkan pemerintah,”
Fokus khusus diberikan untuk mengikusertakan laki-laki, terutama ayah, dalam pelatihan dan proses perlindungan anak.
Penelitian menunjukkan bahwa biasanya perempuan yang membela hak-hak anak dan perlindungan mereka.
Namun, sangat penting laki-laki mengambil bagian mereka juga.
Itulah sebabnya Program Partisipasi dan Perlindungan Anak ini secara khusus menargetkan laki-laki di masyarakat pedesaan dengan mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam kegiatan.
Kegiatan ini berfokus pada peningkatan kesadaran dan pemahaman tentang konsekuensi Kekerasan dalam rumah tangga, pentingnya kesetaraan gender, dan hak-hak anak.
Dosantos yakin akan pentingnya setiap anggota masyarakat untuk terlibat dalam melindungi anak.
Dia sekarang menjadi koordinator kelompok perlindungan anak setempat, dan bersama dengan anggota kelompok lainnya, dia menyebarkan pelajaran yang didapat ke komunitas lain di dusun.
”Anggota komunitas kami terbuka dan berkonsultasi dengan kami ketika mereka melihat masalah dalam keluarga mereka”, jelas Dosantos.
“Kita beri mereka nasehat, mereka bisa mencari solusi tanpa Kekerasan dan mereka melaporkan kasus Kekerasan terhadap anak ke polisi,” pungkasnya. (*)