Pimpinan PDIP DKI Jakarta Ungkap 7 Kebaikan Anies Baswedan, Padahal Selama Ini Rajin Mengkritik
Selama ini, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD DKI Jakarta Gembong Warsono rajin mengkritik Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
Kalau bidang transportasi sudah baik dan oke, karena sistem integrasinya sudah mulai membaik.
Sekali lagi dalam konteks transportasi ini adalah proses panjang yang sudah dilakukan oleh Gubernur sebelumnya.
Dia akhir ini, semua yang dilakukan oleh Pak Anies adalah melakukan integrasi terhadap seluruh moda yang ada di Jakarta.
Alhamdulillah di sisi itu saya pernah memberikan apresiasi cukup berhasil dalam melakukan integrasi dalam transportasi publik
Berarti sikap PDIP bukan sekadar keras saja, tapi tetap objektif?
Kami objektif saja, kalau baik saya katakan baik. Dalam konteks mengintegrasikan transportasi massal saya katakan Pak Anies jempolan.
Ya walaupun belum sempurna, dalam arti kata seperti kereta LRT kan belum terintegrasi tapi embrionya sudah terbangun.
Apakah sikap kritis PDIP akan tetap seperti sekarang terhadap sosok Pj Gubernur nanti?
Iya sikap kritiknya dalam mengemban tugas. Untuk kepentingan rakyat Jakarta sekalipun itu Gubernur usualan PDIP, kami tetap mengkritisi itu.
Ketika kebijakan yang dikeluarkan oleh Pj Gubernur tidak sesuai dengan warga Ibu Kota, tugas kami menyuarakan itu. Jadi karena sekarang Pak Anies bukan Gubernur yang diusung PDIP, lalu kemudian kami menyerang terus-terusan yah nggak juga.
Ketika Pak Anies membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat Jakarta pasti PDIP mendukung.
Tapi sebaliknya walaupun Pj Gubernur yang diusung PDIP, ketika dia membuat kebijakan yang tidak sesuai harapan warga sudah barang tentu kami akan berdiri bersama demi kepentingan warga Ibu Kota.
Tahun 2024 Ibu Kota tidak lagi di Jakarta tapi di Kalimantan Timur. Bagaimana Anda melihat kondisi seperti itu?
Pertama bahwa persoalan Jakarta tidak akan tuntas dengan pindahnya Ibu Kota. Persoalan kesemrawutan, kemacetan, persoalan banjir tidak akan selesai dengan kebijakan pemindahan IKN ke Kalimantan Timur.
Pindahnya Ibu Kota, tapi persoalan tetap ada di Jakarta. Persoalan itulah tugas kita untuk menyelesaikannya, bagaimana kita mengentaskan persoalan banjir, kemacetan dan sebagainya.
Itu menjadi pekerjaan rumah kita bersama pasca pemindahan Ibu Kota, selanjutnya bagaimana setelah Ibu Kota berpindah? kami Fraksi PDI Perjuangan yah berharap bahwa Ibu Kota pindah, tetapi pusat segala aktivitas bisnis, pariwisata dan sebagainya tetap di Jakarta.
Jadi, di Kalimantan hanya berbicara pusat pemerintahan tapi pusat bisnis, pariwisata dan sebagainya ada di Jakarta sehingga pendapatan asli daerah (PAD) tidak terlalu melorot ketika kepindahan Ibu kota ke Kalimantan.
Memang berkurang (PAD) tetapi dengan status Jakarta seperti itu saya yakin Jakarta masih memiliki kekuatan keuangan yang bagus karena PAD tetap tinggi.
Kalau nanti Jakarta sudah tidak lagi menjadi Ibu Kota, bagaimana sistem otonomi daerahnya apakah tetap berada di provinsi atau tidak?
Ya karena Jakarta jadi pusat bisnis saya berpikir ada dua.
Pemikiran saya sebagai orang partai, sudah tentu kami mengharapkan otonomi ada di tingkat kabupaten/kota, sehingga kami bisa mendistribusikan kader-kader yang selama ini kami didik dan rekrut untuk ditempatkan di sana.
Tetapi ketika bicara kepentingan Jakarta yang lebih besar, Indonesia yang lebih besar maka saya berpikir Jakarta statusnya memang harus seperti ini.
Artinya otonomi tetap berada di tingkat provinsi. Saya nggak bisa bayangkan kalau Jakarta Selatan menjadi daerah otonomi, Jakarta Timur juga demikian, dan sebagainya.
Jakarta Selatan membuat kebijakan A, lalu Jakarta Timur membuat kebijakan B yang jaraknya hanya sekian ratus meter.
Itu nggak bisa dibayangkan, maka saya secara pribadi tetap demi kepentingan Jakarta yang lebih besar maka otonomi daerah ada tetap di tangan provinsi. (*)
(Sumber: WartaKotalive.com)