Menegangkan, Densus 88 Tembak Terduga Teroris Setelah Aksi Kejar-kejaran dengan Mobil

Momen menegangkan terjadi ketika Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri menembak seorang terduga pada Rabu (9/3/2022) sekitar pukul 21.00 WIB.

handover
Ilustrasi Densus 88 

TRIBUNPALU.COM - Momen menegangkan terjadi ketika Detasemen Khusus (Densus) 88 Polri menembak seorang terduga pada Rabu (9/3/2022) sekitar pukul 21.00 WIB.

Peristiwa tersebut terjadi di Desa Gayam, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.

Adapun terduga teroris yang ditembak Densus 88 adalah SU (54) yang berprofesi dokter.

Kepala Biro Penerangan Masyarajat (Karo Penmas) Divisi Humas Polri, Brigjen Ahmad Ramadhan, mengatakan, terduga teroris SU kabur dengan naik mobil saat akan ditangkap.

Baca juga: Teknik Klasik Rusia Bikin Amerika Merinding, Perang Senjata Biologis Bisa Pecah di Ukraina

Dia juga berusaha melakukan aksi perlawanan yang bisa melukai petugas dengan menabrakkan mobil ke arah petugas yang berusaha menghentikannya.

Saat itu, seorang anggota polisi lain berupaya menghentikan SU dengan naik ke bak belakang mobil double cabin yang dikendarainya.

Namun SU tetap menjalankan mobilnya dengan cepat serta menggoyangkan stir ke kanan kiri atau melaju dengan gerakan zig-zag yang bertujuan menjatuhkan petugas.

Bahkan SU disebut menabrak kendaraan masyarakat yang melintas di jalan tersebut.

Petugas pun mengeluarkan tembakan untuk melumpuhkan dokter SU.

"Petugas melakukan upaya paksa dengan melakukan tindakan tegas terukur dengan melumpuhkan tersangka dan mengenai di daerah punggung atas dan bagian pinggul kanan bawah," kata Ramadhan.

Oleh petugas, dokter SU kemudian dibawa ke RS Bhayangkara Polresta Surakarta untuk penanganan medis.

Petugas juga mengevakusi anggota polisi yang terluka saat akan menangkap SU.

Saat dievakusi, Ahmad Ramadhan mengatakan, SU meninggal dunia.

Menurutnya, SU tergabung sebagai anggota jaringan JI.

Sang dokter pernah menjabat sebagai Amir Khidmat, deputi dakwah, dan juga sebagai Nasihat Amir JI serta penanggung jawab Ilal Ahmar Society.

Baca juga: Diam-diam Ahli Militer Taiwan Contek Taktik Ukraina Hadapi Rusia, Persiapan Perang Lawan China

Saat akan ditangkap, dokter SU menabrak pagar rumah milik DP (35), warga Kelurahan Sugihan, Kecamatan Bendosari, Kabupaten Sukoharjo.

DP mengaku ia baru tahu kejadian tersebut setelah baru pulang dari kerja.

"Saya itu pulang kerja, terus tahu-tahu di sini sudah ada mobil menghantam tembok, tapi kejadian yang seperti apa saya kurang tahu," kata DP kepada Kompas.com, Kamis (10/3/2022).

Dia bercerita, setiba di rumah, ia langsung diarahkan masuk ke dalam rumah oleh seseorang yang mengaku anggota polisi.

"Bilang kalau polisi gitu, terus saya suruh masuk. Saya lewatnya sebelah selatan gerbang, saya enggak tahu (kondisi terduga teroris) saya enggak lihat," ujar dia.

Namun, DP mengatakan, ia sempat melihat dua mobil yang berada di area halaman rumahnya itu.

Saat kejadian tersebut, di dalam rumah ada anak dan orang tuanya.

Mereka mengaku mendengar suara hantaman dari kendaraan yang dikemudikan oleh terduga teroris tersebut.

"Ada anak, bapak, dan ibu, setelah kejadian tapi enggak langsung keluar makanya. Karena tahunya kan tabrakan. Warga lain enggak ada, semua sudah tidur di belakang," ujar dia.

Terkait kerusakan pagar rumah, DP mengaku akan menerima ganti rugi dari pihak Polres Sukoharjo.

"Lima belas menit setelah kejadian, datang Kapolres Sukoharjo, terus bilang nanti akan diperbaiki. Yang memperbaiki nanti tanggung jawab dari Polres Sukoharjo," tutup dia.

Keluarga membantah

Perwakilan keluarga yang juga Sekretaris The Islamic Study and Action Center (ISAC) Surakarta, Endro Sudarsono, mengatakan, SU tewas dengan dua luka tembak.

Endro juga mengatakan pihak keluarga masih tak memercayai pernyataan kepolisian jika SU terlibat kasus terorisme.

"Sekali lagi pesan dari keluarga, keluarga sedikit pun tidak meyakini kalau Pak S itu terlibat kasus terorisme," terang dia rumah duka, Kamis (10/3/2022).

Selain itu, keluarga turut menyayangkan adanya tindak kekerasan yang dilakukan kepolisian hingga membuat SU kehilangan nyawa.

"Yang jelas kita menyayangkan sikap penegakan hukum yang kemudian ada sebuah kekerasan apalagi tembak mati," terang dia.

"Mestinya ada upaya paksa atau upaya hukum yang sifatnya melumpuhkan, bukan mematikan," tambah dia.

Juga fakta bahwa mobil yang dikemudikan SU mengalami oleng.

"Kemudian mobil oleng, apakah kemudian olengnya itu kemudian dalam keadaan tidak sadar atau sebuah perlawanan kita tidak tahu," kata dia.

Baca juga: Penghuni Kiev Mendadak Pede Hadapi Rusia, Sebut Tentara Putin Tak akan Bisa Tinggalkan Ibu Kota

Endro juga menyampaikan pihak keluarga meminta maaf jika selama hidupnya S melakukan kesalahan.

Dia juga meminta jika ada tanggungan sesuatu terkait S untuk segera menghubungi pihak keluarga.

Terkait kekecewaanya, keluarga masih belum akan menempuh jalur hukum karena masih berkabung dan fokus memakamkan S.

"Proses hukum sudah ada yang mendekati kami, cuma belum kami sampaikan kepada pihak keluarga, tak etis masih berkabung," jelas dia.

Jenazah dokter SU tiba di rumah duka di perumahan di Gayam pada Kamis (10/3/2022).

Setelah disemayamkan, jenazah dimakamkan di pemakaman TPU Muslim Polkarto pada Kamis malam. (*)

(Sumber: TribunJabar.id)

Sumber: Tribun Jabar
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved