Diam-diam Ahli Militer Taiwan Contek Taktik Ukraina Hadapi Rusia, Persiapan Perang Lawan China
Konflik antara Rusia dan Ukraina telah menjadi pusat perhatian masyarakat dunia dalam beberapa pekan terakhir.
TRIBUNPALU.COM - Konflik antara Rusia dan Ukraina telah menjadi pusat perhatian masyarakat dunia dalam beberapa pekan terakhir.
Pasalnya, perang kedua negara telah memakan korban jiwa yang tak sedikit.
Banyak pula negara lain yang ikut terlibat dalam perang ini, sehingga dinilai dapat memicu World War II.
Dalam hal lain, perang Rusia vs Ukraina justru dilihat ahli militer Taiwan sebagai contoh apabila sewaktu-waktu mereka mengalami kondisi serupa.
Baca juga: Nyali Rusia Ciut karena Ancaman Perang Nuklir, Putin Lebih Pilih Perang Dingin dengan Amerika
Ya, ahli militer Taiwan diam-diam mempelajari taktik yang diterapkan Ukraina dalam menghadapi kekuatan militer raksasa Rusia.
Mereka mempelajari hal tersebut untuk mempersiapkan diri jika perang melawan China terjadi.
"Ukraina, di bawah kondisi yang tidak menguntungkan dari musuh yang lebih besar dari mereka, telah secara efektif menahan serangan militer Rusia," kata Kementerian Pertahanan Taiwan dalam laporan kepada parlemen pada Kamis (10/3/2022), seperti dilansir Reuters.
Baca juga: Baru 2 Hari Diajukan Anies Cabut Banding Vonis Kali Mampang, PSI: Plin-plan
Militer Taiwan telah "merujuk" pengalaman Ukraina untuk bisa memanfaatkan pertempuran di tanah airnya dan sudah memasukkan "perang asimetris" ke dalam perencanaan, Kementerian Pertahanan Tawian menambahkan.
Presiden Taiwan Tsai Ing-wen telah memperjuangkan gagasan "perang asimetris", untuk membuat pasukannya lebih mobile dan sulit diserang, misalnya, dengan memasang rudal di kendaraan.
Hanya, tidak peduli siapa yang menang dalam perang di masa depan antara Taiwan dan China, itu akan menjadi "kemenangan yang menyedihkan", Menteri Pertahanan Taiwan Chiu Kuo-cheng mengatakan pada Kamis (10/3/2022), laporan kontan.co.id.
Baca juga: Korban Indra Kenz Berpeluang Dapat Ganti Rugi, Polisi Ungkap Caranya
Menurut Chiu, kedua belah pihak akan membayar harga yang mahal jika terjadi konflik antara China dan Taiwan, dengan Beijing telah berjanji untuk merebut kembali pulau itu, dengan kekerasan jika perlu.
“Jika terjadi perang, terus terang, semua orang akan sengsara, bahkan untuk pemenangnya,” katanya, seperti dikutip Reuters.
"Seseorang harus benar-benar memikirkan ini," ungkap Chiu sebelum sesi parlemen Taiwan tentang implikasi keamanan dari invasi Rusia ke Ukraina. "Semua orang harus menghindari perang".
Sementara Taiwan telah meningkatkan tingkat siaganya sejak perang di Ukraina, Taipe melaporkan, tidak ada kegiatan militer China yang tidak biasa.
Baca juga: Bakal Dilacak, Polisi Peringatkan 4 Artis Ini Kembalikan Uang yang Pernah Diberi Doni Salmanan
Meskipun, Angkatan Udara China terus melakukan misi sesekali ke zona identifikasi pertahanan udara Taiwan.
"Kami melihat perubahan dengan tenang dan kami siap untuk itu," ujar Chiu tentang China.
Dewan Urusan Taiwan yang membuat kebijakan China mengatakan pada Rabu (9/3/2022) dalam sebuah laporan kepada parlemen, China terlalu sibuk dengan memastikan stabilitas untuk kongres Partai Komunis pada akhir tahun untuk tiba-tiba meningkatkan ketegangan dengan Taiwan. (*)
(Sumber: Tribun-Medan.com)