Jokowi Terjebak , Jika Dukung Rusia Acara Besar Ini Terancam Bubar, Jika Tak Dukung Ini Ancamannya
Sikap Indonesia soal konflik Rusia dengan Ukraina menuai kritikan dan sorotan dari internasional.
TRIBUNPALU.COM - KTT G20 akan digelar pada Oktober mendatang.
Namun kini Indonesia sudah melakukan berbagai persiapan.
Panji berwarna maroon bertuliskan slogan "Pulihkan Bersama, Pulihkan Lebih Kuat" berbaris di jalan bebas hambatan yang akan membawa para pemimpin dan delegasi mereka melintasi perairan dari bandara Bali ke daerah kantong wisata mewah Nusa Dua untuk KTT G20.
Kru perbaikan sibuk mengecat dan menghias sisi rute tersebut, seperti yang mereka lakukan untuk konferensi World Bank-IMF 4 tahun lalu.
Di bawahnya, pekerja menanam bibit-bibit pohon mangrove muda di tanah lumpur, bagian dari program lingkungan yang ditunjukkan Indonesia.
Melansir Asia Times, Indonesia melakukan hal ini dengan baik.
Memang bahkan pertemuan masih tujuh bulan lagi, tapi Joko Widodo ingin semuanya siap untuk acara yang ia anggap sebagai kemajuan negara dan tonggak sejarah pada masa kepresidenan dua periode.
Baca juga: Setuju Pemilu 2024 Ditunda, Luhut Pertanyakan Alasan Jokowi Harus Turun: Kenapa Mesti Buru-buru?
Baca juga: Tokoh Pers Internasional Sentil Presiden Jokowi: Berhenti Sembunyi di Balik Omong Kosong
Namun di timur Eropa tepatnya di Ukraina, serangan Rusia yang brutal, dan riak yang dikirimnya ke seluruh dunia, mengancam untuk menjadi kegagalan tonggak sejarah keberhasilan dua periode Jokowi.
Tepat ketika turis asing mulai kembali berwisata ke Bali, seperti mengutip Asia Times.
Dengan krisis sudah menjadi awan hitam membayangi konferensi ini, Presiden Jokowi yang biasanya tidak begitu meributkan hubungan internasional kini dihadapkan dengan keputusan berat untuk tidak mengundang Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Jika Jokowi mengundang Putin, sebanyak 15 pemimpin dunia dipimpin oleh Presiden AS Joe Biden, tentu saja memilih tidak datang daripada berada di satu ruangan dengan orang yang mereka kecam dan sudah mereka tuduh menjadi kriminal perang.
Kemudian tanpa Putin dan delegasi Rusia, ada ancaman China dan India dapat memboikot pertemuan sendiri.
Keduanya adalah salah dua dari 23 negara yang abstain dalam pemungutan suara PBB yang membuat kewalahan bertujuan untuk mengecam serangan Rusia ke Ukraina.
Para diplomat tidak yakin mereka melakukannya, menyadari posisi sulit Jokowi dan mempertimbangkan dua kekuatan besar tidak ikut dalam pemungutan suara melawan resolusi itu, seperti yang dilakukan Korea Utara, Eritrea, dan Suriah.
Indonesia mungkin tergoda untuk abstain juga, mengingat status historis non-blok dan pernyataan asli atas krisis mengecam "setiap aksi yang merupakan pelanggaran integritas dan kedaulatan wilayah negara manapun".