Kelemahan Rusia Terbongkar, Pantas Saja Tak Mampu Taklukan Ukraina dalam Waktu Sebulan
Seperti diketahui, perintah invasi pertama kali dikeluarkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari 2022.
TRIBUNPALU.COM - Sudah sebulan lamanya Rusia melakukan invasi ke Ukraina.
Seperti diketahui, perintah invasi pertama kali dikeluarkan Presiden Rusia Vladimir Putin pada 24 Februari 2022.
Sejak perintah itu dikeluarkan, Rusia terus membombardir beberapa kota di Ukraina.
Termasuk pula Ibu Kota Ukraina, Kyiv.
Namun dalam waktu sebulan, Rusia tak kunjung mampu menaklukan Kyiv atau Ukraina secara keseluruhan.
Padahal Rusia sudah mengerahkan bom dan rudal pamungkas yang ada di arsenal Rusia, termasuk rudal hipersonik Kinzhal, mendukung pergerakan sekitar 190 ribu pasukan daratnya.
Baca juga: Ancaman Rusia Mengagetkan Amerika, Pesawat Kiamat Diterbangkan Respon Ucapan Presiden Putin
Lalu ada rudal jelajah Kaliber maupun rudal balistik Iskander yang harganya jutaan dolar per unit.
Siang malam Rusia membombardir kota-kota utama Ukraina hingga mengakibatkan kehancuran infrastruktur dan warga sipil.
Pejabat Amerika menyebutkan Rusia sudah menembakan 1.200 rudal ke sasaran Ukraina.
Ternyata satu pemicu kegagalan Invasi Rusia adalah tingginya tingkat kegagalan rudal berpandu ( precision-guided munition/ PMG ) Rusia yang mencapai 60 persen.
Padahal tingkat kegagalan 20 persen saja sudah dianggap tinggi.
Tingginya kegagalan rudal berpandu ( PMG ) Rusia inilah yang membuat Angkatan Udara Ukraina masih beraksi mengadang jet tempur Rusia.
Faktor ini juga yang membuat sistem pertahanan udara Ukraina masih beroperasi dan merontokkan helikopter serang Rusia.
Pejabat Pertahanan Amerika yang berbicara dalam kondisi anonim karena masalah ini sangat sensitif, menerangkan tingkat kegagalan rudal berpandu, mencakup rudal gagal ditembakkan/diluncurkan dan rudal yang gagal meledak meski mengenai target.
Namun pejabat AS tidak mengatakan berapa banyak rudal presisi Rusia yang mengenai target dan berapa banyak yang tidak mengenai target.
Mengutip intelijen AS, tiga pejabat AS mengatakan Amerika Serikat memperkirakan bahwa tingkat kegagalan rudal presisi Rusia bervariasi dari hari ke hari, tergantung jenis rudal, dan terkadang tingkat kegagalannya bisa melebihi 50 persen.
Dua pejabat malah mengatakan tingkat kegagalan rudal presisi Rusia mencapai 60 persen.
Seorang pejabat mengatakan intelijen menunjukkan bahwa rudal jelajah yang diluncurkan dari udara Rusia memiliki tingkat kegagalan dalam kisaran 20 hingga 60 persen.
Menurut Proyek Pertahanan Rudal, think thank Center for Strategic and International Studies, Rusia telah terlihat menerjunkan dua jenis rudal jelajah yang diluncurkan dari udara di Ukraina, Kh-555 dan Kh-101.
Amerika yakin Rusia menembakkan rudal jelajah yang diluncurkan dari wilayah udara Rusia ke pangkalan militer Ukraina di dekat perbatasan Polandia, awal bulan ini.
Pejabat AS mengatakan kepada Reuters, ada tingkat kegagalan yang sangat tinggi selama serangan yang menewaskan 35 orang.
Serangan rudal telah menjadi ciri Invasi Rusia, dengan dalih menyasar target instalasi militer termasuk depot senjata.
Rusia selalu membantah serangannya menargetkan warga sipil.
Tapi nyatanya serangan rudal presisi Rusia itu menewaskan ribuan orang Ukraina dan mengusir seperempat dari 44 juta penduduk Ukraina dari rumah mereka.
Pemboman telah menghantam daerah pemukiman, sekolah dan rumah sakit di kota-kota Ukraina termasuk Kharkiv dan pelabuhan Mariupol yang terkepung di Laut Azov.
Rusia, yang mengatakan militernya terlibat dalam "operasi khusus" di Ukraina, membantah menargetkan warga sipil.
Rudal Presisi Rusia Menipis
Selain bermasalah dengan tingkat kegagalan, pejabat Amerika juga menyebut stok rudal presisi Rusia juga sudah menipis.
“Kami berpikir bahwa Rusia mulai menghadapi beberapa masalah inventaris dengan amunisi berpemandu presisi, yang merupakan salah satu alasan mengapa Anda melihat peningkatan penggunaan dari apa yang kami sebut bom bodoh (dumb bombs).”
Itu juga yang menjadi alasan Rusia terpaksa menggunakan rudal hipersonik Kh-47M2 Kinzhal.
Saat tampil di "Face the Nation" CBS News, Minggu, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengisyaratkan bahwa kurangnya PGM yang tersedia mendorong peluncuran rudal hipersonik.
“Anda agak bertanya-tanya mengapa dia melakukan ini. Apakah dia kehabisan amunisi berpemandu presisi?” kata Austin.
Cynthia Cook, direktur Kelompok Inisiatif Industri Pertahanan di Group at the Center for Strategic and International Studies (CSIS), berpendapat Rusia bisa juga menggunakan senjata pemusnah massal senjata biologi/senjata kimia, di tengah kekurangan senjata presisi taktis.
“Penggunaan senjata kimia kemungkinan merupakan strategi hukuman yang dirancang untuk mematahkan keinginan kepemimpinan Ukraina dan menakut-nakuti warga sipil.”
Kekurangan rudal presisi Rusia lah juga yang mendasari Putin meminta bantuan China, saat Invasi Rusia berjalan dua minggu.
“Rudal presisi mahal, rudal Javelin tunggal saja sekitar $ 175.000, dan militer Rusia mungkin tidak dapat membeli amunisi yang cukup untuk mempertahankan kekuatan mereka pada intensitas ini selama berbulan-bulan,” ujar Cynthia Cook
Cynthia Cook mengutip Departemen Pertahanan, mengatakan Rusia kekurangan pasokan untuk PGM yang lebih besar seperti keluarga rudal jelajah Kalibr dan rudal balistik jarak pendek Iskander.
Dengan biaya masing-masing jutaan dolar ini, Rusia harus melakukan pengorbanan dalam memutuskan berapa banyak rudal yang akan dibeli dan disimpan.
Pihak Rusia kata Cynthia Cook memiliki masalah kapasitas produksi yang lebih mendesak.
Yang paling signifikan adalah kemampuan Rusia untuk mendapatkan peralatan elektronik canggih yang dibutuhkan untuk membuat amunisi presisi bekerja.
Banyak di antaranya berasal dari negara-negara seperti Jerman yang kini telah menghentikan penjualan sistem semacam itu kepada Putin.
“Industri senjata Rusia telah lama menyadari ketergantungannya pada Barat,” kata Cynthia Cook.
“Efek dari ketergantungan ini dan sanksi Barat perlahan akan mulai berdampak pada kemampuan Rusia untuk memproduksi PGM.”
Dia menambahkan bahwa Rusia kehabisan rudal presisi karena Ianvasi Rusia sudah berjalan sebulan.(*)
(Sumber: Tribun-Medan.com)
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/palu/foto/bank/originals/ilustrasi-perang-rusia-vs-ukraina.jpg)