Bacaan dan Tafsir Surah Al Mursalat Ayat 31 hingga 35, Lengkap dengan Tulisan Arab, Latin & Artinya
Berikut ini bacaan dan tafsir Surah Al Mursalat ayat 31 hingga 35 lengkap dengan artinya.
Ayat 34
Kedahsyatan lain dari siksa neraka dijelaskan pada ayat ini,.Sungguh, neraka itu menyemburkan bunga api sebesar dan setinggi istana, seakan-akan iring-iringan unta yang kuning dalam bentuk dan warnanya. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran.35-37. Bagi yang mendustakan azab Allah tersebut, maka ayat ini menguraikan tentang kepastian datangnya azab tersebut. Inilah hari yaitu hari Kiamat, saat mereka tidak dapat berbicara pada waktu dan tempat-tempat tertentu, dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran.
Allah menyebutkan pula bahwa neraka itu selalu melontarkan bunga api sebesar dan setinggi istana ke seluruh penjuru. Allah mengumpamakan gejolak api neraka Jahanam yang sangat dahsyat itu dengan unta kuning yang sangat banyak dan bergerak cepat. Allah mengulangi lagi ancamannya bahwa kecelakaan bagi orang yang mendustakan karena mereka tidak dapat mengelakkan diri dari siksaan yang begitu hebat.
Ayat 35
Bagi yang mendustakan azab Allah tersebut, maka ayat ini menguraikan tentang kepastian datangnya azab tersebut. Inilah hari yaitu hari Kiamat, saat mereka tidak dapat berbicara pada waktu dan tempat-tempat tertentu, dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran.35-37. Bagi yang mendustakan azab Allah tersebut, maka ayat ini menguraikan tentang kepastian datangnya azab tersebut. Inilah hari yaitu hari Kiamat, saat mereka tidak dapat berbicara pada waktu dan tempat-tempat tertentu, dan tidak diizinkan kepada mereka mengemukakan alasan agar mereka dimaafkan. Celakalah pada hari itu, bagi mereka yang mendustakan kebenaran.
Dalam ayat ini, Allah menerangkan bahwa pada hari itu manusia tidak bisa berbicara dan hanya terpukau karena kedahsyatan keadaan. Mereka tidak diizinkan berbicara, dan andaikata diizinkan pun, hal itu tidak ada gunanya.
(TribunPalu/Hakim)