Sulteng Hari Ini
AS Sebut Sulteng Berbahaya karena Teroris, Satgas Madago Raya Menjawab: 1 DPO MIT Poso Ditembak Mati
Amerika Serikat mengeluarkan larangan terhadap warganya untuk berkunjung ke Sulawesi Tengah.
TRIBUNPALU.COM - Amerika Serikat mengeluarkan larangan terhadap warganya untuk berkunjung ke Sulawesi Tengah.
Larangan itu berdasarkan beberapa hal, salah satunya Sulteng dinilai berbahaya karena terorisme.
Amerika Serikat menilai aksi terorisme di Sulteng bisa terjadi kapan saja dan dapat membahayakan warganya.
Hal itu disampaikan Amerika Serikat melalui rilis travel advisory atau saran perjalanan terbaru bagi warganya pada Senin (25/4/2022).
Namun hanya dua hari setelah larangan itu dikeluarkan, Satgas Madago Raya yang mengemban misi memberantas terorisme di Sulteng berhasil memberi jawaban.
Baca juga: Situasi di Sulteng Bikin Amerika Serikat Khawatir, Larang Warganya Kunjungi Palu dan Sekitarnya
Satgas Madago Raya berhasil menembak mati satu Daftar Pencarian Orang (DPO) Mujahidin Indonesia Timur (MIT) Poso, di wilayah Pegunungan Salubanga, Kecamatan Sausu, Kabupaten Parigi Moutong (Parimo), Sulteng.
Saat konferensi pers di Makopolsek Sausu, Kapolda Sulteng Irjen Pol Rudy Sufahriadi menegaskan, DPO tertembak mati itu ialah Suhardin alias Hasan Pranata.
Rudy juga menjelaskan, keberhasilan penyergapan itu, berdasarkan pengalaman bulan Ramadan tahun lalu.
Saat itu terjadi penyerangan aksi teror kepada masyarakat di wilayah Desa Kalemago, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso.
Sehingga berdasarkan pengalaman itu, pada bulan Ramadan tahun ini Satgas Madago Raya perketat pengamanan.
Selain itu juga dengan terus melakukan langkah-langkah pengejaran.
"Karena bulan Ramadan menurut mereka (Dpo, red) merupakan bulan Amalia. Untuk itu saya dan Danrem 132/Tadulako serta para personel jajaran bekerja dengan keras," kata Rudy, Kamis (27/4/2022).
"Yaitu dengan terus mencari, mencegah supaya para Dpo Poso itu tidak beraksi, sehingga usaha itu membuahkan hasil dan berhasil menembak seorang Dpo bernama Suhardin alias Hasan Pranata," tambahnya menuturkan.
Baca juga: KKB Papua Makin Brutal, Amerika Larang Warganya Kunjungi Papua: Teroris Dapat Menyerang!
Adapun informasi diterima TribunPalu.com, Rabu (27/4/2022), sebelum melakukan tindakan tegas terukur terhadap DPO tersebut.
Personel Satgas Madago Raya telah meminta kepada Suhardin alias Hasan Pranata agar menyerahkan diri.
Namun imbauan itu tidak dihiraukan, melainkan malah melakukan perlawanan yang membahayakan keselamatan petugas.
Anggota Dpo MIT Poso itu bahkan melakukan tindakan dengan melemparkan body vest berwarna loreng ke anggota pos sekat, yang diduga BOM.
Sehingga pasukan pemburu teroris itu melakukan tindakan tegas kepolisian, yang mengakibatkan DPO teroris itu meninggal dunia.
Diketahui, Satgas Madago Raya terus melakukan pengejaran terhadap tiga sisa anggota dari kelompok MIT Poso.
Ketiganya telah masuk ke dalam Daftar Pencarian Orang (DPO) antaranya, Askar alias Jaid alias Pak Guru, Nae alias Galuh alias Mukhlas, dan Suhardin alias Hasan Pranata.
Diberitakan sebelumnya, Pemerintah Amerika Serikat (AS) merilis travel advisory atau saran perjalanan terbaru bagi warganya pada Senin (25/4/2022).
Dilansir dari Bureau of Consular Affairs AS, dalam saran perjalanan itu AS menempatkan Indonesia pada level 2 yang berarti "meningkatkan perhatian".
AS mengatakan, kewaspadaan meningkat di Indonesia akibat terorisme dan bencana alam yang terjadi di beberapa daerah.
Untuk itu, pemerintah AS meminta warganya agar mempertimbangkan kembali perjalanan ke Sulawesi Tengah dan Papua.
Dalam keterangannya, AS mengatakan bahwa teroris merencanakan kemungkinan serangan di Indonesia.
"Teroris dapat menyerang dengan sedikit atau tanpa peringatan, menargetkan kantor polisi, tempat ibadah, hotel, bar, klub malam, pasar/pusat perbelanjaan, dan restoran," kata pemerintah AS dalam keterangan resminya.
Selain itu, demonstrasi di Sulawesi Tengah dan Papua juga dapat meningkatkan cedera atau risiko kematian warga AS.
Karenanya, pemerintah meminta warganya untuk menghindari demonstrasi dan keramaian.
"Pemerintah AS memiliki kemampuan terbatas untuk memberikan layanan darurat kepada warga AS di Sulawesi Tengah dan Papua karena pegawai pemerintah AS harus mendapatkan izin khusus sebelum bepergian ke daerah tersebut," jelas pemerintah AS.
Selain ancaman teroris, AS menyebut bencana alam seperti gempa, tsunami, dan letusan gunung berapi dapat mengganggu sejumlah layanan transportasi, infrastruktur, sanitasi, dan layanan kesehatan.
Sedangkan terkait pandemi Covid-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS menempatkan Indonesia sebagai negara dengan tingkat sedang.
Apabila warga AS tetap memutuskan untuk bepergian ke Indonesia, ada beberapa hal yang harus diperhatikan.
Pertama, warga diminta membaca informasi terkait Covid-19 pada laman Departemen Luar Negeri AS sebelum merencanakan perjalanan internasional apa pun.
Kedua, warga diminta memantau media lokal untuk menyesuaikan rencana perjalanan.
Ketiga, warga diminta mengunjungi laman Badan Geologi Indonesia dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana untuk informasi terkait kebencanaan.
Keempat, warga diminta memperhatikan saran CDC tentang persiapan menghadapi bencana alam.
Kelima, warga diminta waspada terhadap keselamatan dan keamanan masing-masing.
Keenam, warga harus mendaftar di Program Pendaftaran Wisata Cerdas (STEP) untuk mempermudah pelacakan dalam kondisi darurat.
Ketujuh, warga diminta memastikan paspor masih berlaku, setidaknya enam bulan setelah masa inap.(*)