Strategi Perang Putin Berhasil Bikin Eropa Terpecah Belah, UE Jadi Mlempem dan Lunakkan Sanksi

Strategi perang yang diterapkan Presiden Rusia Vladimir Putin sepertinya berhasil.

Sky News
Vladimir Putin 

TRIBUNPALU.COM - Strategi perang yang diterapkan Presiden Rusia Vladimir Putin sepertinya berhasil.

Soal sanksi embargo minyak asal Rusia membuat Eropa sedang terpecah.

Karena sanksi untuk membeli minyak dari Rusia bisa mengerek negara di benua biru krisis energi hingga resesi.  
Sebelumnya Rusia memang terus menekan negara Eropa untuk membayar dalam mata uang rubel dalam transaksi minyak. Hal ini membuat Uni Eropa berang. 

Namun bukannya membahas perlawanan ke Rusia, Uni Eropa sedang mempertimbangkan aturan terbaru soal larangan ekspor minyak asal negara bekas Uni Sovyet itu.

Komisi Uni Eropa bakalan memasukkan klausul pengecualian larangan itu terhadap negara yang sedang waspada soal krisis energi. Komisi dapat menawarkan Hungaria dan Slovakia pengecualian atau masa transisi yang panjang - dengan larangan keseluruhan kemungkinan akan bertahap pada akhir tahun, kata para pejabat, Senin.

Baik Hungaria dan Slovakia sangat bergantung pada minyak mentah Rusia. Nah, sebelumnya Hungaria memang telah mengatakan akan menentang sanksi energi karena ketergantungan mereka.

Komisi Eropa diperkirakan akan mengusulkan paket keenam sanksi UE minggu ini terhadap Rusia atas invasinya ke Ukraina, termasuk embargo pembelian minyak Rusia.

Baca juga: Eropa Gelagapan Dengar Ancaman Nuklir Putin, Sanksi Baru Siap Dijatuhkan

Namun alih-alih, sanksi ini bakalan mengurangi devisa negara Rusia, sejauh ini malahan telah memecah belah negara Eropa.  

Nah, untuk menjaga agar blok 27 negara tetap bersatu, memang UE bakalan lebih fleksibel soal beleid baru soal larangan ini.

Perlawanan dari negara terhadap embargo minyak memang tampaknya memudar menjelang pertemuan pada hari Rabu ketika para duta besar akan membahas sanksi.

Menteri iklim dan energi Austria Leonore Gewessler mengatakan Wina akan menyetujui sanksi minyak jika negara lain melakukannya.

Namun asal tahu saja, negara-negara Uni Eropa memang telah membayar lebih dari 46 miliar euro ($ 47,43 miliar) ke Rusia untuk gas dan minyak sejak menginvasi Ukraina pada 24 Februari, menurut organisasi penelitian Pusat Penelitian Energi dan Udara Bersih.

Menteri energi Uni Eropa juga akan berusaha pada hari Senin untuk membentuk tanggapan bersama terhadap permintaan Rusia agar negara-negara secara efektif membayar gas dalam rubel, setelah Rusia memotong pasokan gas ke Bulgaria dan Polandia pekan lalu karena meminta keduanya membayar dalam mata uang Rubel.

Bulgaria dan Polandia telah merencanakan untuk berhenti menggunakan gas Rusia tahun ini dan mengatakan mereka dapat mengatasi pemutusan, tetapi langkah itu telah menimbulkan kekhawatiran bahwa negara-negara Uni Eropa lainnya bisa menjadi yang berikutnya.

"Permintaan Rusia atas pembayaran dalam rubel adalah upaya nyata untuk memecah Uni Eropa. Jadi kita harus menanggapi dalam persatuan dan solidaritas," kata komisaris energi UE Kadri Simson saat tiba di pertemuan itu, seraya menambahkan bahwa para menteri akan membahas rencana darurat untuk pasokan gas.

Sumber: Kontan
Halaman 1 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved