Pemilu 2024 Sulteng
Jelang Pemilu 2024, Sesepuh Alkhairaat Habib Ali Minta Warga Sulteng Pilih Sosok Pemimpin Ini
Islam telah mengatur secara detil dan jelas segala persoalan umat manusia termasuk dalam memilih seorang pemimpin.
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Fandy Ahmat
TRIBUNPALU.COM, PALU - Jelang Pemilu 2024, sesepuh Alkhairaat Habib Ali bin Muhammad Aljufri mengingatkan masyarakat agar memilih pemimpin amanah dan bertanggung jawab.
"Nabi katakan orang yang bahagia itu apabila dia bangun pagi diberikan kesehatan badan dan tersedia makanan pada hari itu di rumah. Artinya tugas pemimpin harus memastikan rakyatnya sehat dan bisa makan," kata Habib Ali saat ditemui TribunPalu.com, Rabu (11/10/2022) malam.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Sulteng itu menjelaskan, Islam telah mengatur secara detil dan jelas segala persoalan umat manusia termasuk dalam memilih seorang pemimpin.
Pemimpin mestinya mengutamakan kepentingan masyarakat luas ketimbang perorangan atau bersifat individual.
Baca juga: Alkhairaat Kembali Gelar Haul Habib Saggaf Bertepatan dengan Hari Kemerdekaan
Habib Ali kemudian teringat program swasembada pangan ala Soeharto ketika lebih dari 30 tahun memimpin Indonesia.
Program swasembada presiden kedua itu mampu menjaga stabilitas pangan dan barangkali menjadi kebanggaan tersendiri bagi bangsa Indonesia kala itu.
Namun kondisi tersebut seolah berbanding terbalik ketika Indonesia sebagai negara maritim tetapi harus mengimpor garam.
"Melalui swasembada pangan, beras tidak terlalu bergantung lagi dari luar (impor). Namun kita sebagai negara maritim tapi garamnya impor," ungkap Habib Ali.
Terlepas dari segala kekurangannya, Habib Ali menyebut kepemimpinan tidak terlepas dari nilai-nilai kehidupan sosial masyarakat.
Baca juga: Dilirik Anwar Hafid Jadi Pendamping di Pilgub 2024, Reny A Lamadjido: Saya Masih Mau Bekerja di Palu
Artinya, perlu ada rasa solidaritas, mengembangkan potensi serta saling mengisi dan membantu antarsesama.
"Kadang sebagian orang juga hanya pintar bicara. Seperti dalam sepak bola, penontonnya lebih ribut dari pada pemain. Penonton seolah lebih tahu dari pemain di lapangan," kata Habib Ali.
"Namun solidaritas kelompok itu penting. Dalam kepemimpinan ini dapat mendorong masyarakat bersatu aktif dalam proses pembangunan. Seperti hubungan Muhammad Ali dengan pelatihnya. Ali seorang petinju profesional dan badannya kekar. Tapi mengapa dia punya pelatih? Meskipun Ali pasti menang kalau bertarung dengan pelatihnya. Karena terdapat hal yang tidak bisa dilihat Ali tetapi bisa dilihat sang pelatih," tuturnya menambahkan.(*)
