Touna Hari Ini

Cerita Nelayan di Pulau Batu Daka Touna Sebelum Ada BBM Satu Harga

Selain itu, mereka mendapat pasokan solar dari pengecer atau tengkulak dengan harga yang lebih tinggi, bahkan lebih dari Rp 10 ribu per liternya.

Editor: Haqir Muhakir
Alan
Seorang nelayan di Pulau Batu Daka, Kabupaten Tojo Una-una, Provinsi Sulawesi Tengah, bernama Faisal mengungkapkan kebahagiaannya yang kini lebih muda mendapatkan Bahan Bakar Minyak (BBM) dengan satu harga 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Alan Sahril

TRIBUNPALU.COM,TOUNA - Sebagian besar warga Pulau Batu Daka di Kabupaten Tojo Una-una, berprofesi sebagai nelayan.

Namun, ketersediaan BBM jenis solar sebagai bekal melaut kadang menjadi keluhan.

Selain itu, mereka mendapat pasokan solar dari pengecer atau tengkulak dengan harga yang lebih tinggi, bahkan lebih dari Rp 10 ribu per liternya.

Untuk itu, nelayan setempat, Faisal mengaku bersyukur dengan peresmian SPBU Kompak sebagai lembaga penyalur BBM 1 Harga di wilayahnya.

Faisal menceritakan, sebelum ada SPBU di Desa Kulingkinari, Kecamatan Batu Daka yang baru beroperasi empat bulan ini.

Ia harus bertarung nyawa menyebrang laut ke Kota Ampana menggunakan perahu tradisional demi mendapatkan BBM dengan harga normal.

Baca juga: Sabet 2 Penghargaan, Kakanwil Kemenkumham Sulteng Akan Permantap Pelayanan Kekayaan Intelektual

Saat menuju ke Kota Ampana, tidak jarang ombak besar dan badai menghantui para nelayan.

Sehingga mereka harus bersandar di pulau terdekat sembari menunggu ombak dan badai reda untuk melanjutkan perjalanan.

"Kalau torang dulu disini susah mendapatkan BBM. Harus mengambil di Ampana, tapi setelah ada SPBU disini sudah ringan sedikit bebannya nelayan," ungkap Faisal, Rabu (2/11/2022) pagi.

Faisal menyebutkan, Ia menuju Kota Ampana seminggu sekali untuk membeli BBM.

Kemudian Ia menyetoknya hingga beberapa jergen untuk digunakan melaut nanti.

"Karena kalau sehari melaut itu, bensin yang digunakan bisa sampai lima liter. Kemudian kalau katinting yang dipakai ke Ampana itu bisa sampai 10 liter bensin dipakai," sebut Faisal.

Alasan Faisal tidak membeli BBM eceran di Desanya, dan memilih menyeberang pulau ke Kota Ampana, karena harganya yang cukup tinggi.

Terlebih, pendapatan dari hasil melaut hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari keluarganya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved