Natal dan Tahun Baru
Asal Muasal Pohon Natal dan Harganya di Kota Palu Sulteng
Pohon itu kemudian dihiasi dengan wafer sebagai simbol penebusan Kristus dan lilin yang melambangkan Kristus sebagai penerang dunia.
TRIBUNPALU.COM, PALU - Mendekorasi pohon Natal adalah tradisi yang banyak dilakukan oleh umat Kristiani sejak awal Desember.
Bahkan, menghias pohon Natal adalah hal yang dianggap serius oleh sebagian umat Kristiani.
Dikutip dari britannica.com, Sabtu (3/11/2022), tradisi pohon Natal dimulai dari Jerman pada abad ke-16.
Saat itu, terdapat pertunjukan medieval populer tentang Adam dan Hawa yang menggunakan pohon cemara sebagai pohon surga.
Akhirnya, setiap hari raya keagamaan Adam dan Hawa pada tanggal 24 Desember, penduduk Jerman memasang pohon cemara di rumah mereka.
Pohon itu kemudian dihiasi dengan wafer sebagai simbol penebusan Kristus dan lilin yang melambangkan Kristus sebagai penerang dunia.
Baca juga: Perkantas Sulteng Rayakan Natal Bersama dengan Khidmat
Pada tahun 1830, penduduk Jerman di Pennsylvania memajang pohon Natal.
Menurut sejarah, saat ini tercatat sebagai pohon Natal pertama di Amerika.
Namun, pohon Natal sendiri mulai populer ketika diperkenalkan oleh Pangeran Albert dan Ratu Victoria di Inggris pada abad ke-19.
Di era Victorian, pohon Natal dihiasi mainan, lilin, permen, serta kue yang digantung dengan pita dan rantai kertas.
Bukan cuma di Inggris dan daerah Eropa, pohon Natal pun mulai disebarluaskan oleh misionaris barat ke China dan Jepang di abad ke-19 dan 20.
Harga dan Ketinggian
Pohon Natal yang pada umumnya dari pohon cemara, sering berjalannya waktu orang-orang memakai pohon buatan dengan varian ketinggian.
Ketinggian pohon natal dari feet 2 hingga feet 12.