Perang Gaza

Drone Israel Tembakkan Rudal ke Rumah Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Gaza

Sebuah pesawat tak berawak (drone) Israel menembakkan rudal ke rumah pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Gaza, Sabtu (4/11/2023).

ANWAR AMRO / AFP
Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh melambai tangan saat tiba untuk pertemuan dengan perwakilan faksi Palestina lainnya di kedutaan Palestina di ibu kota Lebanon, Beirut pada 3 September 2020 

TRIBUNPALU.COM - Sebuah pesawat tak berawak (drone) Israel menembakkan rudal ke rumah pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Gaza, Sabtu (4/11/2023).

Radio Al-Aqsa yang berafiliasi dengan Hamas pada Sabtu, melaporkan belum jelas apakah serangan itu menimbulkan korban jiwa.

"Belum jelas apakah ada anggota keluarganya yang berada di rumah ketika serangan terjadi," tulis laporan tersebut.

Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, disebutkan sudah berada di luar Jalur Gaza sejak 2019, tinggal di antara Turkiye dan Qatar.

Saat Hamas menyerang Israel, mantan Perdana Menteri Palestina itu bahkan menyebutkan, warga Palestina tidak akan meninggalkan Gaza atau Tepi Barat.

"Keputusan kami adalah tetap di dalam tanah air kami," kata Haniyeh dikutip dari Reuters saat itu.

Lantas, siapa sebenarnya Ismail Haniyeh?

Profil Ismail Haniyeh

Ismail Haniyeh lahir di Al Shatu, Jalur Gaza, Palestina pada 29 Januari 1963.

Pria bernama lengkap Ismail Abdul Salam Ahmad Haniyyah merupakan keluarga keturunan Arab-Palestina yang mengungsi dari desa dekat Ashwelon (yang kini menjadi bagian dari Israel) pada 1948.

Masa kecil Haniyeh dihabiskan di kamp pengungsi Jalur Gaza. Sebagai anak pengungsi, ia menerima pendidikan di sekolah-sekolah yang dikelola oleh Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur (UNRWA)

Ismail Haniyeh merupakan sosok yang bukan berasal dari latar belakang militer. Bahkan kabarnya ia tidak pernah menempuh penidikan militer. Namun kini, ia menjadi orang nomor satu di Hamas.

Semasa kuliah ia juga aktif dalam politik mahasiswa, memimpin sebuah asosiasi mahasiswa Islam yang berafiliasi dengan Ikhwanul Muslimin.

Jejak Karier

Pada 1988, ketika kelompok Islam Hamas dibentuk, Haniyeh menjadi salah satu anggota pendiri dan segera mendapat perhatian karena hubungannya yang dekat dengan pemimpin awal Hamas, Syekh Ahmed Yassin.

Di mana kemudian Haniyeh menjadi pemimpin Hamas usai memenangkan Pemilu 2006.

Di tahun yang sama Haniyeh berhasil membawa Hamas ke dalam politik, di mana saat itu kelompok tersebut menjadi pemenang dalam pemilihan parlemen Palestina, setelah mengalahkan partai Fatah pimpinan Presiden Mahmoud Abbas.

Ismail Haniyeh kemudian diangkat menjadi Perdana Menteri Otoritas Nasional Palestina, sejak 19 Februari 2006 hingga 2 Juni 2014.

Sebagai Pemimpin Hamas, Haniyeh mengendalikan kegiatan politik kelompok itu di Gaza, Tepi Barat yang diduduki Israel.

Pada 2007, setelah ketegangan berkepanjangan dan bentrokan bersenjata antara Hamas dan Fatah, Presiden Palestina Mahmoud Abbas membubarkan pemerintahan Haniyeh dan mengumumkan darurat di Tepi Barat.

Meskipun tidak lagi menjabat sebagai perdana menteri, Haniyeh tetap menjadi pemimpin utama Hamas di Jalur Gaza. Pada 2017, Yahya Sinwar menggantikan Haniyeh sebagai pemimpin di Gaza, sementara Haniyeh pindah ke peran kepala biro politik Hamas, menggantikan Khaled Meshaal.

Pernah Diancam Dibunuh Israel

Saat menjadi Perdana Menteri, Ismail Haniyeh pernah mengalami ancaman pembunuhan dari Pemerintah Israel di tahun 2007.

Dilansir dari The Guardian, Wakil Menteri Pertahanan Israel, Ephiraim Sneh, berencana untuk membunuh ketua Hamas untuk mengakhiri serangan rudal dari jalur Gaza.

Menurut Sneh, tidak ada seorangpun dalam kepemimpinan Hamas yang kebal senjata. Ancaman pembunuhan itu muncul setelah seorang wanita Israel terbunuh oleh roket di kota selatan Sderot.

Namun, ancaman pembunuhan itu berhasil ditepis oleh Haniyeh yang membuatnya kembali terpilih menjadi Pemimpin Hamas pada 2017 lalu.

(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved