Banggai Hari Ini

Makam Abdullah bin Abdul Kadir Djaelani, Penyiar Islam di Mendono Banggai

Kelurahan Mendono di Kecamatan Kintom, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menyimpan sebuah situs sejarah religi yang wajib dikunjungi oleh masyarakat

Penulis: Asnawi Zikri | Editor: Haqir Muhakir
TribunPalu.com/Asnawi Zikri
Kelurahan Mendono di Kecamatan Kintom, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menyimpan sebuah situs sejarah religi yang wajib dikunjungi oleh masyarakat. Situs ini adalah Cagar Budaya Makam Penyiar Islam, Abdullah bin Abdul Kadir Djaelani. 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri

TRIBUNPALU.COM, BANGGAI - Kelurahan Mendono di Kecamatan Kintom, Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah, menyimpan sebuah situs sejarah religi yang wajib dikunjungi oleh masyarakat. 

Situs ini adalah Cagar Budaya Makam Penyiar Islam, Abdullah bin Abdul Kadir Djaelani.

Abdullah bin Abdul Kadir Djaelani dikenal sebagai salah satu penyiar Islam pada abad 15 atau tepatnya tahun 1450.

Ia sangat berperan penting dalam penyebaran agama Islam di wilayah tersebut. 

Baca juga: Polres Banggai Raih Peringkat I Nilai IKPA Periode Triwulan I 2024 dari KPPN Luwuk

Makamnya kini menjadi salah satu cagar budaya yang dihormati dan sering dikunjungi oleh peziarah dan wisatawan.

Terletak di perbukitan yang masih rindang, makam ini tidak hanya menjadi tempat ziarah, tetapi juga tempat bagi masyarakat untuk mengenang jasa-jasa Abdullah bin Abdul Kadir Djaelani dalam menyebarkan agama Islam. 

Keberadaan makam yang disebutkan berada di kawasan benteng pertahanan warga Mendono melawan pasukan Tobelo ini juga menambah nilai historis dan budaya bagi Kelurahan Mendono.

Pemerintah setempat dan masyarakat sekitar terus berupaya menjaga dan merawat makam ini sebagai bagian dari warisan budaya yang berharga. 

Menurut cerita warga setempat, konon jasad Abdullah bin Abdul Kadir Djaelani tiba-tiba menghilang.

Sehingga hanya tikar pengalas jasad Abdullah bin Abdul Kadir Djaelani yang dikuburkan.

Selain itu, warga juga percaya jika terdengar dentuman meriam dari arah makam atau kawasan benteng, maka itu merupakan tanda datangnya bencana.

Kata warga, bencana banjir pernah melanda Kelurahan Mendono pada tahun 1983. Sebelum musibah itu, warga mendengar dentuman keras dari arah bukit.

Sehingga, warga setempat meyakini lokasi tersebut sebagai keramat yang patut dijaga. (*)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved