Kisah di Balik Harumnya Kopi Potorono, Konservasi Hutan dan Upaya Peningkatan Ekonomi Warga Sambak
“Kopi Potorono ada notes rasa dark chocholate, brown sugar sama sedikit aroma rempah yaitu kapulaga,” ujar Kurniadi menjelaskan.
Penulis: Imam Saputro | Editor: Imam Saputro
TRIBUNNEWS.COM - Aroma kopi mulai tercium ketika Muhammad Kurniadi membuka toples berisi biji kopi yang sudah di-roasting di Pondok Kopi Potorono, Desa Sambak, Kabupaten Magelang, Senin, 2 Desember 2024.
Aroma kopi makin tercium tajam ketika Kurniadi menggiling biji kopi kemudian meletakkan bubuk kopi ke dalam penyeduh V60.
Ketika air panas dituangkan dari teko leher angsa, aroma khas kopi menguar memenuhi ruangan dibarengi turunnya cairan kopi ke teko server.
Setelah kopi di teko server diputar agar tercampur rata, sang barista, Kurniadi menuangkan ke dalam cangkir-cangkir keramik.
“Kopi Potorono ada notes rasa dark chocholate, brown sugar sama sedikit aroma rempah yaitu kapulaga,” ujar Kurniadi menjelaskan.
Kurniadi mengatakan secangkir Kopi Potorno dengan metode seduh V60 hanya dihargai 10 ribu rupiah saja.
“Namun kami berani jamin kualitas yang ada di secangkir kopi yang disajikan adalah terbaik, karena dari awal tanam sampai disajikan itu ada standarnya sendiri,” kata dia.
Kopi yang disajikan di Pondok Kopo Potorono adalah kopi robusta panenan warga Desa Sambak, Kabupaten Magelang.
Kopi ditanam di Bukit Potorono dibawah naungan Pohon Pinus dan Mahoni juga dipercaya memperkaya cita rasa Kopi Potorono.
Selain itu, petani kopi Desa Sambak hanya memanen biji kopi yang sudah matang di pohon atau red cherry saja.
“Sejak awal kami diajari oleh Pak Kades, memang yang dipanen hanya red cherry saja, yang benar-benar sudah matang, sehingga kualitas bisa terjaga,” ujar Kurniadi.

Penjagaan kualitas juga terus dilakukan ketika pemilihan biji kopi sebelum kupas kulit.
Biji kopi merah direndam terlebih dahulu di dalam air untuk menyeleksi biji yang kopong, pecah atau tidak sempurna bentuknya.
Kemudian dalam proses penjemuran, petani kopi Desa Sambak selalu menggunakan para-para bambu agar kopi tidak langsung terkena tanah atau aspal.
“Proses penjemuran itu penting sekali dijaga kopi agar tidak terkontaminasi bau, karena kopi kan sensitif terhadap bau sekitar, kalau dijemur di atas aspal, nanti kopinya bisa bau aspal,” terang Kuniadi.
Kopi Potorono yang dinamai sesuai dengan lokasi penanamannya-Bukit Potorono-dijual dengan harga Rp 17.000/100 gram atau Rp170.000/kg-nya.
“Sekarang pesanan sudah sampai Kalimantan, hampir seluruh Jawa Bali juga sudah pernah kami kirim,” kata dia.
"Ekspor ke luar negeri juga pernah, tapi belum bisa rutin karena kami kewalahan melayani pesanan dalam negeri ," tambahnya.
Kurniadi menyatakan Kopi Potorono dikenal sebagai kopi robusta yang dijaga kualitasnya sehingga digemari banyak pecinta kopi.
Kopi Potorono juga sering mewakili Kabupaten Magelang di berbagai pameran bidang FnB (Food and Beverages).
Upaya pelestarian hutan hingga manfaat ekonomi
Di balik segarnya Kopi Potorono, ada peran Kepala Desa Sambak, Dahlan yang mengenalkan kopi kepada warganya.
Dahlan yang merupakan pria kelahiran Kabupaten Temanggung, daerah yang dikenal sebagai penghasil kopi di Jawa Tengah, merasa prihatin melihat ada hutan negara di Bukit Potorono yang menganggur.
“Tahun 2007 saya jadi kades, 2008 itu mulai berfikir, ini ada lahan 66 hektar tapi kok hanya ditanami rumput buat pakan ternak, akhirnya saya kepikiran untuk coba ditanami kopi, karena sudah ada pengalaman di kampung kelahiran saya, ketinggian tempat, curah hujan Sambak dengan Temanggung mirip,” kata Dahlan.
Dahlan kemudian bekerja sama dengan dinas terkait untuk mulai mengembangkan perkebunan kopi di hutan negara di Bukit Potorono yang dikelola Perhutani.
“ Kerja sama masyarakat dengan Perhutani ada yang namanya Lembaga Masyarakat Desa Hutan(LMDH), di Sambak namanya LMDH Wana Hijau Lestari,” beber Dahlan.
Tugas LMDH Wana Hijau Lestari adalah mengelola hutan untuk menghasilkan secara ekonomi maupun ekologis sosial untuk kepentingan masyarakat, dengan kewajiban menjaga hutan agar tetap terjaga dari pengerusakan.
Setelah berdiri, LMDH Wana Hijau Lestari menata lahan hutan negara seluas 96,4 Ha dengan memetak-metak lahan dikerjasamakan antara pengurus dengan petani.
“Petani dapat hak mendapatkan rumput tanaman hijauan untuk kebutuhan ternak mereka, sedangkan kewajibannya mengamankan petak lahan dari pengrusak yang tak bertanggung jawab,” ungkap Dahlan,
“Tapi kok hanya rumput pakan ternak, makanya saya mengajukan proposal penanaman kopi di bawah pohon tegakan di hutan negara tersebut,” tambahnya.
Penanaman kopi di hutan negara dilakukan sejak 2018 dengan tetap memperhatikan kelestarian hutan negara di Bukit Potorono.
“Itu tidak ujug-ujug berhasil juga, satu periode kepemimpinan saya belum ada yang berhasil panen, mulai bisa memetik hasil itu tahun 2014,” terangnya.
Dahlan menerapkan disiplin kepada petani kopi di Desa Sambak dengan hanya memanen buah kopi yang sudah matang di pohon atau red cherry saja.
“Itu sengaja dari awal saya ajarkan seperti itu biar kualitas Kopi Potorono bisa terjaga,” kata dia.
Petani Desa Sambak mulai bisa menikmati keuntungan ekonomi dari penjualan hasil kopi pada 2019.
Panenan biji kopi di Bukit Potorono mulai menunjukan bobot yang menggembirakan.
“Mulai 2019 sudah mulai banyak panenan kopi red cherry-nya, mulai 2,5 ton hingga puncaknya pada 2021 kami dapat 21 ton red cherry,” ujar Dahlan bangga.
Adapun red cherry yang diproses hingga menjadi bubuk kopi atau biji kopi roastingan biasanya menyusut diangka 4 banding 1.
“2021 itu red cherry-nya 21 ton, yang akhirnya dijual baik biji kopi atau gilingan itu berkisar di 6 ton, kami jual 170 ribu per kilonya,” kata dia.
Dahlan mengakui petani kopi Sambak kini sudah bisa menikmati hasil dari pengelolaan hutan negara yang dahulunya hanya ditanami rumput pakan ternak.
“Sekarang ya sudah Alhamdulillah, selain warga di Sambak adalah petani padi dan pembuat tahu, ada income tambahan di kopi, apalagi akhir 2024 ini harga kopi sedang bagus, jadi lumayan untuk penggerak ekonomi warga,” kata dia.
"Kalau perputaran uangnya ya bisa dihitung kalau tahun 2021 kopi ada 6 ton, sekilonya 170 ribu, tinggal dikali saja kan kan lumayan," kata Dahlan sembari tertawa.
Dahlan berharap Desa Sambak bisa menjadi percontohan desa lainnya dalam memanfaatkan Bukit Potorono.
“Lahan yang ditanami kopi saat ini masih terbatas di lahan Desa Sambak saja, sedangkan Bukit Potorono itu meliputi beberapa desa, harapannya desa lain bisa ikut memanfaatkan Potorono, karena iklim dan tanahnya cocok, kami sendiri sekarang kewalahan melayani pesanan kopi dari konsumen,” ujar kepala desa 3 periode ini.
Dapat kemasan baru

Kopi Potorono Desa Sambak juga baru saja mendapatkan kemasan baru berupa kemasan plastik dengan zip lock dan logo yang lebih modern.
“Kami baru saja dapat packaging baru, dulu masih pakai kertas ditempel stiker, kemarin dari BRI ada bantuan untuk kemasan plastik yang lebih modern dan lebih awet karena ada ziplock-nya,” kata dia.
Desa Sambak masuk dalam 15 Desa BRILian tahun 2021 sehingga mendapatkan perhatian lebih dari BRI sebagai desa binaan bank pelat merah ini.
Pada tahap awal, Desa Sambak mendapatkan 500 paket kemasan baru untuk menunjang Kopi Potorono ketika berpameran dan pengiriman ke luar kota.
Dahlan berharap Kopi Potorono bisa menjadi penghasilan tambahan bagi masyarakat Desa Sambak selain berpartisipasi aktif dalam pelestarian hutan negara di Bukit Potorono.
“Sekarang itungannya sudah mulai menikmati hasil, tinggal bagaimana kami mempertahankan agar produksi dan kualitas tetap terjaga,” pungkasnya.
Kemenperin Angkat Spesialti Kopi Indonesia
Perkembangan konsumsi kopi di Indonesia telah memasuki third wave atau gelombang ketiga, setelah melewati gelombang pertama yang ditandai dengan upaya mendorong peningkatan konsumsi kopi hasil industri secara eksponensial melalui hadirnya produk kopi kemasan, kemudian gelombang kedua dengan munculnya kafe-kafe jaringan global menggunakan mesin espresso.
Gelombang ketiga ini ditandai dengan semakin dikenalkannya konsep specialty coffee serta kedai kopi global yang mulai disaingi oleh kedai kopi lokal yang menyajikan kopi khas dari beragam daerah atau disebut single origin coffee dengan berbagai variasi teknik penyeduhan.
“Perkembangan tersebut menandakan bahwa Indonesia telah memasuki gelombang ketiga perkembangan konsumsi kopi, yang ditandai dengan semakin banyaknya konsumen kopi yang menjadi penikmat kopi,” ungkap Direktur Jenderal Industri Agro, Putu Juli Ardika saat mewakili Menteri Perindustrian pada pembukaan Kontes Kopi Spesialti Indonesia (KKSI) ke-16 di Kementerian Perindustrian, Selasa (15/10/2024) lalu.
Untuk mengoptimalkan potensi kopi spesialti Indonesia, salah satu langkah yang dilakukan Kemenperin adalah dengan berpartisipasi dalam penyelenggaraan Kontes Kopi Spesialti Indonesia. Kontes tersebut merupakan ajang pemilihan kopi yang memiliki kualitas biji dan cita rasa terbaik.
Diselenggarakan sejak tahun 2008, kegiatan ini bertujuan mendorong peningkatan kualitas bahan baku industri pengolahan kopi dan peningkatan konsumsi kopi di dalam negeri.
Ajang ini juga merupakan hasil kerja sama Kementerian Perindustrian, Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) dan Pranoto Soenarto Foundation (PSF).
Lebih lanjut, Dirjen IA juga menyorot potensi kopi di Indonesia. Saat ini, telah terdaftar 39 Indikasi Geografis (IG) jenis kopi dari berbagai daerah di Indonesia dan akan terus bertambah. Indikasi Geografis dapat mendorong pengembangan kopi spesialti yang telah tersertifikasi.
Sertifikasi IG juga bertujuan untuk menghindari praktek persaingan yang tidak sehat, memberikan perlindungan konsumen dari penyalahgunaan reputasi IG, dan menjamin kualitas produk IG sebagai produk asli, sehingga memberikan kepercayaan pada konsumen.
Industri kopi artisan Indonesia sendiri memiliki potensi yang sangat besar dalam pasar global. Sebagai contoh, pada pameran spesialti Coffee Expo (SCE) yang diselenggarakan April lalu di Amerika Serikat, sebanyak 12 pelaku industri kopi specialty Indonesia ikut mempromosikan produk kepada mitra potensial dari berbagai negara, dengan potensi transaksi sebesar USD27,1 juta.
Untuk memperluas pasar domestik, salah satu upaya yang dijalankan Kemenperin yaitu aktif mengadakan kegiatan pameran, salah satunya pameran produk artisan kopi, teh, kakao, buah dan susu yang dilaksanakan pada Agustus 2024 lalu. Program ini juga merupakan bentuk komitmen Kemenperin dalam memfasilitasi industri tersebut agar memacu serapan dan penjualan produk turunan dalam pasar domestik melalui pengenalan berbagai inovasi pengembangan produk-produknya kepada masyarakat.
Para pelaku industri kopi artisan juga bisa memanfaatkan program restrukturisasi mesin yang dijalankan oleh Kementerian Perindustrian. Industri yang berinvestasi di atas Rp10 Miliar dapat mengajukan pembaruan alat dan mesin produksi atau penggantian dana melalui Ditjen Industri Agro. Sedangkan pelaku industri dengan nilai investasi di bawah angka tersebut dapat mengajukan melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka (IKMA) Kemenperin.
Selain itu, Kemenperin juga secara konsisten menjalankan berbagai program kegiatan antara lain melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, penguji cita rasa (cupper), peningkatan standar dan kualitas produk melalui penguasaan teknologi roasting, pengembangan standar produk (SNI) dan standar kompetensi kerja (SKKNI), fasilitasi fiskal, mesin peralatan, perbaikan kemasan, serta sertifikasi produk dan kompetensi bagi IKM.
Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih mengungkapkan, potensi industri kecil dan menengah (IKM) olahan kopi di dalam negeri didukung dengan 13 sentra produksi kopi yang tersebar di berbagai wilayah di Indonesia, antara lain di Aceh, Sumatera Barat, Kepulauan Riau, Jambi, Bengkulu, Lampung, Jawa Tengah, Bali, NTB, NTT, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, dan Papua dengan total sebanyak 476 unit usaha.
“Oleh karena itu, produksi kopi nasional masih berpeluang besar untuk terus ditingkatkan, termasuk sektor IKM. Dengan potensi bahan baku yang sangat besar, perlu terus dikembangkan agar menghasilkan produk olahan yang bernilai tambah tinggi, termasuk untuk memenuhi pasar ekspor,” tegas Gati.
“Pemerintah terus mendorong diversifikasi produk industri untuk mengisi pasar ekspor produk olahan melalui penyiapan SDM kompeten serta meningkatkan penguasaan pengembangan inovasi teknologi pangan, efisiensi proses pengolahan dan penjaminan mutu produk,” tandasnya.
Indonesia dikenal sebagai penghasil kopi terbaik dunia berdasarkan keragaman indikasi geografisnya.
Saat ini, telah terdaftar 31 indikasi geografis kopi di Indonesia dan masih terus bertambah. “Indonesia juga dikenal sebagai negara yang membudidayakan kopi varietas arabika, robusta, dan liberika,” sebutnya.
Indonesia yang awalnya dikenal sebagai produsen kopi, perlahan berkembang menjadi negara konsumen kopi. Bahkan, industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, tetapi juga telah merambah sebagai pemain global.
Adapun kebijakan pengembangan industri pengolahan kopi di dalam negeri yang telah dijalankan, antara lain melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) seperti barista, roaster, penguji cita rasa (cupper). Kemudian, peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri dan peningkatan mutu kopi olahan utamanya kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting.
Arus Lalu Lintas di Jalur Kebun Kopi Kilo 8 Parigi Moutong Ramai Lancar Meski Jalan Berlumpur |
![]() |
---|
Satlantas Parimo Imbau Pengendara Waspadai Longsor dan Jalan Licin di Jalur Kebun Kopi |
![]() |
---|
Akses Palu-Parigi Moutong Kebun Kopi Sempat Terputus Akibat Longsor, Kini Sudah Normal Bertahap |
![]() |
---|
BPJN Sulteng: Evakuasi Tuntas, Lalu Lintas Trans Sulawesi Normal Kembali |
![]() |
---|
Longsor Timbun Kendaraan, Jalur Kebun Kopi Parigi Moutong Sempat Terputus Total |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.