Hari Perempuan Internasional, Menag Ajak Semua Pihak Hentikan Diskriminasi Gender atas Nama Agama

perempuan memiliki peran kunci dalam membangun nilai-nilai toleransi dan kohesi sosial di masyarakat, yang berkontribusi secara signifikan.

Editor: Regina Goldie
HO/Istimewa/Kementrian Agama
HARI PEREMPUAN INTERNASIONAL - Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, bersama Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dan Wakil Direktur Voice of Istiqlal, Farid F. Saenong, dalam Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam rangka Hari Perempuan Internasional, Kamis (6/3/2025) malam. 

TRIBUNPALU.COM - Hari perempuan Internasional (International Women’s Day) dirayakan secara global setiap tanggal 8 Maret, menyoroti pentingnya perjuangan untuk kesetaraan gender sebagai hak asasi manusia yang esensial. 

perempuan memiliki peran kunci dalam membangun nilai-nilai toleransi dan kohesi sosial di masyarakat, yang berkontribusi secara signifikan terhadap pemeliharaan perdamaian dunia dan pembangunan yang berkelanjutan.

Hal itu terungkap dalam Webinar Internasional Seri Literasi Keagamaan Lintas Budaya dalam rangka Hari perempuan Internasional yang diadakan oleh Institut Leimena dan Masjid Istiqlal bertemakan “perempuan dan Pendidik sebagai Pilar Perdamaian: Kesetaraan Gender dalam Membangun Kohesi Sosial” pada Kamis (6/3/2025) malam.

Menteri Agama Republik Indonesia, Nasaruddin Umar, sebagai pemberi pidato kunci dalam webinar itu, menyatakan pemberdayaan perempuan yang telah dicapai saat ini masih belum cukup.  

Menag Nasaruddin menyebut laki-laki dan perempuan sama-sama sebagai khalifah di muka bumi atau sama-sama hamba Allah SWT, sehingga agama harus menjadi faktor penguatan martabat perempuan.

Baca juga: THR ASN Akan Cair Maret 2025, Presiden Prabowo Jamin Alokasi Anggaran Tersedia

“Pada kesempatan sangat penting ini, saya ingin mengimbau kepada kita semua, mari kita memperbaiki penafsiran-penafsiran Al-Qur’an yang bias gender. Mari kita memahami kembali redaksi yang dipahami melalui teks-teks hadits. Kita sangat yakin bahwa Allah SWT sama dengan Rasullulah tidak membedakan laki-laki dan perempuan,” kata Nasaruddin Umar, Menag RI sekaligus merangkap Imam Besar Masjid Istiqlal.

Nasaruddin mengatakan laki-laki dan perempuan mempunyai hak untuk aktif menjadi pemimpin baik dalam rumah tangga bahkan pemimpin publik atau negara. 

Dia menyebut banyak ayat Al-Qur’an menunjukkan kepemimpinan seorang perempuan, misalnya Ratu Balqis sebagai penguasa Kerajaan Saba yang kepemimpinannya meraih predikat yakni negerinya menjadi indah di bawah ampunan Tuhan.

Nasaruddin menambahkan kepemimpinan perempuan juga ditunjukkan oleh Khadijah, istri Nabi Muhammad SAW, yang merupakan bangsawan, menjadi kepala rumah tangga saat mereka berada di Mekah. Dalam salah satu ayat lainnya, laki-laki disebut sebagai pelindung bagi perempuan (QS An-Nisa ayat 34).

“Berhentilah mendeskriditkan perempuan atas nama agama. Saatnya sekarang kita berusaha mencari cara bagaimana mendayagunakan perempuan sebagai salah satu kekuatan bangsa, terutama untuk Indonesia,” katanya.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, mengatakan program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang dijalankan Institut Leimena bersama Masjid Istiqlal dan puluhan mitra lainnya berupaya memperkuat kohesi sosial, kerukunan, dan kedamaian dalam masyarakat majemuk. Dia mengatakan program LKLB yang dimulai akhir tahun 2021 telah meluluskan 62 angkatan diikuti lebih dari 9.000 guru termasuk 56 persen diantaranya adalah guru dan pendidik perempuan.

Baca juga: Polsek Biromaru Sigi Berbagi Takjil Gratis dengan Pengendara di Bulan Ramadan

“Peran guru amat penting sebagai agen-agen perdamaian dalam membina generasi masa depan agar mampu mengatasi ajaran-ajaran intoleran yang memecah belah masyarakat, serta meningkatkan saling percaya antar penganut agama dan kepercayaan yang berbeda,” kata Matius.

Matius melanjutkan tema “perempuan dan Pendidik sebagai Pilar Perdamaian” mengingatkannya akan 3 sosok perempuan dan pendidik dari kawasan timur Indonesia. Mereka adalah dua guru perempuan peserta program LKLB dari kota Ambon, Maluku, yaitu Kepala SMA Kristen Rehoboth dan Ketua Umum Yayasan Pembinaan Pendidikan Kristen Dr. JB. Sitanala, Sarlota Singerin. 

Keduanya menghubungi Kepala SMA AL HILAAL di bawah yayasan Islam Al Hilaal di Ambon, Jaleha Sangadji, untuk mengadakan deklarasi Sekolah Gandong, yang dalam masyarakat Maluku, “gandong” adalah sebuah ikatan persaudaraan dengan perjanjian adat yang amat dihormati.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved