Alasan Jokowi Tolak Gabung PPP, Lebih Tertarik ke PSI

Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) memutuskan menolak gabung ke Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Editor: Lisna Ali
TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN
JOKOWI - Presiden ke-7 RI Joko Widodo menaiki mobil usai memberikan pelaporan di Gedung Ditreskrimum Polda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (30/4/2025). Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) menolak dicalonkan menjadi ketua umum Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Menurut Jokowi, banyak tokoh-tokoh hebat di PPP. 

Sebelumnya, Gus Rommy mengungkap, dirinya telah memberikan masukan kepada DPP PPP untuk mempertimbangkan Amran sebagai ketum.

 Ia berdalih Amran memiliki kapasitas yang dibutuhkan partai untuk kembali berjaya.

"Apalagi dengan pak Amran, saya sudah berteman baik selama hampir dua dekade. Itu pun saya butuh berkali-kali meyakinkan beliau untuk bersedia maju, sampai saya harus ke Makassar meyakinkan beliau," ujar Rommy, Senin (26/5/2025).

Rommy bahkan mengaku telah beberapa kali berdiskusi dengan Jokowi mengenai nama Amran, termasuk dalam pertemuan di Solo.

Ia menilai dukungan Jokowi sebagai legitimasi tambahan.

"Beberapa kali diskusi saya dengan pak Jokowi, termasuk yang di Solo, memang salah satu sebab mengapa kemudian semakin fokus nama pak Amran."

"Karena pak Jokowi tahu persis kualitas dan totalitas pak Amran jika diberikan sebuah amanah," ungkapnya.

Meski begitu, hingga kini belum ada kepastian dari Amran.

Rommy menyebut Amran masih mempertimbangkan langkah politiknya sambil menjalankan tugas sebagai Menteri Pertanian.

"Sampai saat ini pun, pak Amran masih wait and see. Murni disebabkan kesibukan beliau yang memiliki beban berat sebagai tulang punggung program kedaulatan pangan pemerintah," kata Rommy.

Ia menambahkan, keputusan akhir tetap berada di tangan para muktamirin dalam Muktamar PPP yang dijadwalkan pada September 2025.

"Apakah pak Amran betul-betul akan menjadi Ketum PPP pada Muktamar September 2025 mendatang? Waktu masih cukup panjang untuk kejutan-kejutan lainnya.

Tugas saya dan para senior di DPP hanya menyajikan menu terbaik. Semua keputusan kembali kepada para pemegang suara, yakni muktamirin," tandasnya.

Sementara itu, publik menanti apakah PPP akan memilih jalan rasional berdasarkan kekuatan internal partai, atau tetap bergantung pada restu tokoh yang sudah tak lagi duduk di singgasana kekuasaan.

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul PPP Mau Bangkit, Tapi Masih Percaya Rekomendasi Jokowi? Romahurmuziy Dinilai Sedang Berkhayal.(*)

Artikel telah tayang di Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved