Kunci Jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Topik 1 PPG 2025: Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Kunci jawaban cerita reflektif Modul 3 PPG 2025 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN).
TRIBUNPALU.COM - Kunci jawaban cerita reflektif Modul 3 PPG 2025 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN).
Mulai dari Latihan Pemahaman Modul 3 soal Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 1 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Mengenal Diri Sendiri - Siapa Dirimu sebagai Guru? di Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK).
Setelah menelaah infografis mengenai Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional, temukan keterkaitan antara Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional dengan konsep pendidikan budi pekerti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Pertanyaan ini muncul saat bapak/ibu guru selesai mengerjakan Latihan Pemahaman Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 1 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Menyikapi Keberagaman di Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK).
Kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 FPPN Topik 1 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara ditujukan bagi bapak/ibu guru peserta program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025
Bagi bapak/ibu guru peserta PPG 2025 yang kesulitan mengerjakan Cerita Reflektif Modul 3 dapat menggunakan kunci jawaban di bawah ini sebagai referensi.
Sebagai catatan, kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 FPPN topik Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.
Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Mengenal Diri Sendiri
Berikut kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 FPPN Topik 3 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Mengenal Diri Sendiri - Siapa Dirimu sebagai Guru? di Ruang GTK dalam PPG 2025.
Cerita Reflektif
(1) Apakah tujuan Bapak/Ibu menjadi guru sudah tercapai? (2) Apa yang Bapak/Ibu harapkan dengan mengikuti mata kuliah Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Indonesia ini?
Kunci Jawaban:
1. Tujuan saya menjadi guru belum sepenuhnya tercapai karena menurut saya tujuan menjadi guru adalah membantu siswa belajar untuk menggali potensinya secara optimal dan mampu berkontribusi positif dalam pembentukan karakter, sementara saat ini masih sering saya lihat karakter siswa disekolah memiliki penurunan karakter.
2. Harapan mengikuti mata kuliah Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai adalah dapat meninjau kembali niat awal menjadi guru, bisa memaknai dan menghayati diri sendiri sebagai manusia merdeka untuk terus belajar.
Kunci Jawaban Alternatif:
1. Sebagai guru, saya memandang tujuan ini sebagai perjalanan berkelanjutan, bukan titik akhir. Tujuan utama saya adalah melihat siswa tumbuh holistik—tidak hanya pintar, tetapi juga berkarakter dan mandiri.
Saya merasa tujuan ini tercapai setiap kali melihat siswa berbinar saat memahami hal baru, berani berpendapat, atau menunjukkan empati. Saya juga bertujuan menjadi inspirasi dan menciptakan lingkungan belajar positif di mana setiap anak merasa aman dan dihargai. Meskipun belum sepenuhnya sempurna, saya bersyukur telah membuat banyak kemajuan dan terus beradaptasi.
2. Dengan mengikuti mata kuliah Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Indonesia ini, saya punya beberapa harapan besar:
Pertama, saya ingin memperdalam pemahaman fondasi filosofis dan historis pendidikan kita. Ini akan memberi konteks lebih kaya mengapa kita mengajar dengan cara tertentu.
Kedua, saya berharap dapat mempertajam visi pribadi saya sebagai pendidik, menyelaraskannya dengan tujuan pendidikan nasional. Ini penting untuk memastikan praktik saya relevan dan berdampak.
Ketiga, saya ingin mengembangkan kemampuan berpikir kritis terhadap sistem pendidikan yang ada, serta menemukan inspirasi untuk inovasi yang lebih baik di kelas.
Akhirnya, saya berharap mata kuliah ini akan memperbaharui semangat dan motivasi profesional saya, mengingatkan kembali akan mulianya profesi ini dalam membentuk masa depan bangsa.
Kunci Jawaban Alternatif:
1. Sebagian dari tujuan saya menjadi guru sudah mulai tercapai, terutama ketika melihat murid-murid saya mulai tumbuh menjadi pribadi yang lebih percaya diri, berkarakter, dan berpengetahuan.
Namun, saya menyadari bahwa menjadi guru bukanlah tujuan yang selesai dalam satu titik, melainkan proses panjang yang terus berkembang.
Saya masih memiliki harapan untuk lebih menginspirasi, membimbing dengan lebih sabar, dan menciptakan pembelajaran yang bermakna bagi setiap anak. Jadi, meskipun sebagian telah tercapai, perjalanan saya sebagai guru masih terus berjalan.
2. Saya berharap melalui mata kuliah ini, saya dapat memperdalam pemahaman tentang hakikat pendidikan secara filosofis dan menemukan kembali akar-akar nilai pendidikan Indonesia yang sejati.
Saya ingin menjadi guru yang tidak hanya mengajar, tetapi juga memahami esensi mendidik: membentuk manusia seutuhnya.
Selain itu, saya ingin mampu merefleksikan kembali praktik mengajar saya berdasarkan landasan filosofis yang kuat, agar setiap tindakan dalam kelas memiliki makna, bukan hanya rutinitas.
Setelah membaca naskah dan melihat video di atas, tuliskan minimal 3 pokok-pokok pikiran Ki Hadjar Dewantara yang berkaitan dengan tujuan pendidikan, peran guru, serta prinsip pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.
Berikut kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Pendidikan dan Memerdekakan dan Berpihak pada Peserta Didik di Ruang GTK dalam PPG 2025.
Cerita Reflektif
Setelah membaca naskah dan melihat video di atas, tuliskan minimal 3 pokok-pokok pikiran Ki Hadjar Dewantara yang berkaitan dengan tujuan pendidikan, peran guru, serta prinsip pembelajaran yang berpihak pada peserta didik.
Kunci Jawaban:
Pokok-pokok pikiran Ki Hadjar Dewantara yang berkaitan dengan tujuan pendidikan, peran guru serta prinsip pembelajaran yang berpihak pada peserta didik yaitu:
- Pendidikan dibentuk berdasarkan keinginan dan potensi masing-masing siswa.
- Peran guru dan orang tua selanjutnya adalah memberikan dukungan dan tuntutan.
- Peserta didik harus diberikan kebebasan dan kemerdekaan untuk berkembang disesuaikan dengan bakat dan minat mereka.
- Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.
Kunci Jawaban Alternatif:
Ki Hadjar Dewantara memiliki pemikiran revolusioner tentang pendidikan yang berpusat pada anak. Berikut adalah tiga pokok pikirannya yang utama:
1. Tujuan Pendidikan: Memerdekakan Kodrat Anak
Ki Hadjar Dewantara meyakini tujuan pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak, agar mereka mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya, baik sebagai individu maupun anggota masyarakat.
Pendidikan harus memerdekakan anak, bukan memaksa mereka menjadi sesuatu yang bukan kodratnya. Anak memiliki kodrat alam (bakat, minat, potensi) dan kodrat zaman (perkembangan waktu dan lingkungan).
Tugas pendidikan adalah membantu mereka mengembangkan potensi ini secara harmonis, sehingga mereka bisa hidup selaras dan berbudaya.
2. Peran Guru: Penuntun dan Teladan (Trilogi Pendidikan)
Peran guru sangat krusial, bukan sebagai penguasa, melainkan penuntun (among). Ki Hadjar Dewantara mengibaratkan guru seperti petani yang merawat tanaman.
Guru hanya bisa menuntun dan memelihara agar tanaman (anak) tumbuh subur sesuai bibitnya, bukan mengubah bibitnya. Konsep Trilogi Pendidikan-nya sangat terkenal:
- Ing Ngarsa Sung Tuladha: Guru di depan memberi teladan. Perilaku positif guru jadi contoh.
- Ing Madya Mangun Karsa: Guru di tengah membangun kemauan/semangat. Guru memotivasi dan menciptakan suasana belajar yang kondusif.
- Tut Wuri Handayani: Guru di belakang memberi dorongan. Guru mendukung dan memberi kepercayaan agar siswa mandiri.
3. Prinsip Pembelajaran: Berpihak pada Anak dan Kontekstual
Prinsip inti pembelajaran adalah berpihak pada peserta didik. Pembelajaran harus disesuaikan dengan minat, bakat, dan cara belajar anak, bukan sebaliknya.Guru harus menciptakan suasana merdeka belajar di mana anak merasa aman, nyaman, dan bebas bereksplorasi.
Selain itu, Ki Hadjar Dewantara menekankan pendidikan yang berbasis kebudayaan nasional. Artinya, pembelajaran harus mengakar pada nilai-nilai luhur budaya bangsa, relevan dengan kehidupan nyata dan budaya lokal, sehingga anak memiliki identitas dan karakter kebangsaan yang kuat.
Kunci Jawaban Alternatif:
Berikut tiga pokok-pokok pikiran Ki Hadjar Dewantara yang berkaitan dengan tujuan pendidikan, peran guru, dan prinsip pembelajaran yang berpihak pada peserta didik:
1. Pendidikan adalah upaya menuntun segala kekuatan kodrat anak
Menurut Ki Hadjar Dewantara, tujuan pendidikan adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.
Ini menunjukkan bahwa pendidikan harus selaras dengan potensi dan perkembangan alami anak, bukan memaksakan kehendak orang dewasa.
2. Guru sebagai pamong: Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani
Ki Hadjar menekankan bahwa guru memiliki peran sebagai pembimbing yang memfasilitasi, bukan mendominasi.
Guru harus memberi teladan di depan (ing ngarso sung tulodo), memberi semangat di tengah (ing madya mangun karso), dan memberi dorongan dari belakang (tut wuri handayani).
Peran guru adalah membangun kemandirian dan karakter peserta didik, bukan sekadar mentransfer ilmu.
3. Pendidikan yang berpihak pada anak (student-centered learning)
Ki Hadjar menolak metode pengajaran yang otoriter.
Ia percaya bahwa pembelajaran harus menghormati hak dan martabat anak, memperhatikan kebutuhan, minat, dan potensi mereka.
Prinsip ini mengedepankan kemerdekaan belajar, di mana anak diberi ruang untuk berpikir, bertanya, dan berkembang sesuai dengan jati dirinya.
Materi Pancasila sebagai Landasan Filosofi Pendidikan Nasional
Setelah menelaah infografis mengenai Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional, temukan keterkaitan antara Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional dengan konsep pendidikan budi pekerti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Berikut kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Pancasila sebagai Landasan Filosofi Pendidikan Nasional di Ruang GTK dalam PPG 2025.
Cerita Reflektif
Setelah menelaah infografis mengenai Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional, temukan keterkaitan antara Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional dengan konsep pendidikan budi pekerti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara.
Kunci Jawaban:
Setelah menelaah infografis mengenai Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional, saya semakin memahami bahwa nilai-nilai dalam Pancasila bukan hanya menjadi dasar berbangsa dan bernegara, tetapi juga menjadi ruh utama dalam dunia pendidikan di Indonesia.
Nilai-nilai tersebut sangat erat kaitannya dengan konsep pendidikan budi pekerti yang diperjuangkan oleh Ki Hadjar Dewantara. Beliau menekankan bahwa pendidikan adalah proses tuntunan untuk menumbuhkan kodrat anak sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat.
Ki Hadjar Dewantara juga sangat menekankan pentingnya budi pekerti atau akhlak yang luhur sebagai hasil utama dari proses pendidikan. Di sinilah saya menemukan keterkaitannya dengan Pancasila.
Kunci Jawaban Alternatif:
Keterkaitan Pancasila dan Pendidikan Budi Pekerti Ki Hadjar Dewantara
Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional dan konsep pendidikan budi pekerti Ki Hadjar Dewantara memiliki keterkaitan yang erat. Keduanya menekankan pembentukan karakter dan moral peserta didik untuk menciptakan manusia Indonesia seutuhnya. Meskipun pendekatannya berbeda, tujuan akhirnya selaras: membangun individu yang berakhlak mulia dan bertanggung jawab.
Nilai-nilai Pancasila dalam Pendidikan Budi Pekerti
Pendidikan budi pekerti Ki Hadjar Dewantara, yang menekankan pentingnya ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, sejalan dengan nilai-nilai Pancasila. Konsep ing ngarso sung tulodo (di depan memberi contoh) merefleksikan sila ke-4 (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan), dimana pemimpin harus menjadi teladan.
Ing madyo mangun karso (di tengah membangun semangat) mencerminkan sila ke-5 (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia), dengan penekanan pada kolaborasi dan keadilan. Tut wuri handayani (di belakang memberi dorongan) menunjukkan pengasuhan dan bimbingan, sesuai dengan semangat sila ke-2 (Kemanusiaan yang adil dan beradab) .
Lebih lanjut, nilai-nilai Pancasila lainnya juga terintegrasi dalam pendidikan budi pekerti. Sila ke-1 (Ketuhanan Yang Maha Esa) diwujudkan melalui pembentukan spiritualitas dan moralitas. Sila ke-3 (Persatuan Indonesia) diwujudkan melalui rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Semua sila ini saling melengkapi dan mendukung pembentukan karakter yang utuh.
Implementasi dalam Sistem Pendidikan
Penerapan nilai-nilai Pancasila dan pendidikan budi pekerti dalam sistem pendidikan nasional dapat dilakukan melalui berbagai cara. Kurikulum pendidikan harus mengintegrasikan nilai-nilai tersebut ke dalam setiap mata pelajaran, bukan hanya sebagai mata pelajaran tersendiri. Guru berperan sebagai fasilitator dan teladan, menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi pengembangan karakter.
Metode pembelajaran yang efektif berfokus pada praktik dan pengalaman langsung, bukan hanya teori. Aktivitas ekstrakurikuler dan kegiatan sosial dapat meningkatkan pemahaman dan penerapan nilai-nilai tersebut.
Pancasila dan pendidikan budi pekerti Ki Hadjar Dewantara merupakan dua pilar penting dalam membangun karakter bangsa. Keterkaitan keduanya sangat erat, dengan tujuan bersama untuk membentuk individu yang berakhlak mulia, berkepribadian luhur, dan bertanggung jawab terhadap masyarakat dan negara. Integrasi yang harmonis antara keduanya dalam sistem pendidikan sangat penting untuk menciptakan generasi penerus bangsa yang berkualitas.
Kunci Jawaban Alternatif:
Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional memiliki keterkaitan yang sangat erat dan fundamental dengan konsep pendidikan budi pekerti Ki Hadjar Dewantara. Keterkaitan ini berakar pada tujuan akhir yang sama: membentuk manusia Indonesia yang utuh, berkarakter, dan beradab.
1. Nilai Ketuhanan (Sila 1) dan Budi Pekerti (Cipta, Rasa, Karsa):
Sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, menjadi fondasi moral dan spiritual. Ini sejalan dengan konsep budi pekerti Ki Hadjar Dewantara yang menekankan pentingnya cipta (pikiran) yang jernih, rasa (perasaan) yang halus, dan karsa (kemauan) yang kuat, yang semuanya harus dilandasi oleh spiritualitas dan moralitas. Ketaatan pada nilai-nilai agama membentuk dasar akhlak dan budi pekerti luhur.
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab (Sila 2) dan Keselarasan Hidup:
Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab sangat relevan dengan ajaran Ki Hadjar Dewantara tentang keselarasan hidup (harmonisasi). Pendidikan budi pekerti bertujuan membentuk manusia yang menghargai sesama, berempati, dan menjunjung tinggi keadilan, baik dalam hubungan antarmanusia maupun dengan alam. Ini mencerminkan upaya menciptakan keseimbangan antara cipta, rasa, karsa, dan raga, sehingga melahirkan manusia yang beradab.
3. Persatuan dan Keadilan Sosial (Sila 3 & 5) dan Konsep Keluarga:
Pendidikan budi pekerti Ki Hadjar Dewantara sangat menekankan peran keluarga sebagai pusat pendidikan pertama dan utama dalam menanamkan nilai-nilai luhur dan kebersamaan. Hal ini selaras dengan sila Persatuan Indonesia dan Keadilan Sosial. Pembentukan budi pekerti melalui keluarga dan komunitas adalah kunci untuk mewujudkan persatuan dan keadilan sosial, di mana setiap individu memiliki rasa tanggung jawab dan kepedulian terhadap kebaikan bersama.
Dengan demikian, Pancasila memberikan kerangka nilai yang kokoh, sementara konsep budi pekerti Ki Hadjar Dewantara menawarkan pendekatan pedagogis dan praksis untuk mewujudkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap pribadi peserta didik, membentuk generasi yang cerdas dan berkarakter.
Kunci Jawaban Alternatif:
Pancasila sebagai landasan filosofi pendidikan nasional memiliki keterkaitan yang erat dengan konsep pendidikan budi pekerti yang dikemukakan oleh Ki Hadjar Dewantara. Kedua-duanya menekankan pentingnya pembentukan karakter, moral, dan kepribadian luhur dalam diri peserta didik sebagai tujuan utama pendidikan.
Ki Hadjar Dewantara menjelaskan bahwa pendidikan harus menuntun segala kekuatan kodrat anak agar tumbuh secara lahir dan batin menuju kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Ini selaras dengan nilai-nilai Pancasila, khususnya sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab) dan sila kelima (Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia), yang menekankan penghormatan terhadap harkat dan martabat manusia serta semangat gotong royong dan keadilan.
Pendidikan budi pekerti menurut Ki Hadjar bukan sekadar pengajaran kognitif, melainkan penanaman nilai-nilai kehidupan, seperti rasa hormat, tanggung jawab, kejujuran, dan cinta tanah air. Hal ini sejalan dengan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa), yang mengajarkan pengembangan spiritual dan etika dalam kehidupan sehari-hari.
Selain itu, prinsip “Tut Wuri Handayani” mencerminkan semangat demokratis dan pembebasan dalam pendidikan yang sesuai dengan sila keempat (Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan). Anak didik diberi ruang untuk tumbuh sesuai kodratnya dalam suasana yang menghargai pendapat dan kebebasan berpikir.
Dengan demikian, Pancasila dan konsep pendidikan Ki Hadjar Dewantara memiliki keterkaitan filosofis yang kuat dalam membentuk manusia Indonesia yang merdeka, berkarakter, dan berkepribadian luhur.
Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Dari tayangan video-video di atas, kita menyadari pentingnya mendidik secara kontekstual dengan menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan zaman peserta didik berada. Berikan contoh bagaimana Bapak/Ibu dapat menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran dengan konteks peserta didik berada.
Berikut kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Mendidik Sesuai dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman di Ruang GTK dalam PPG 2025.
Cerita Reflektif
Dari tayangan video-video di atas, kita menyadari pentingnya mendidik secara kontekstual dengan menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran sesuai dengan kodrat alam dan zaman peserta didik berada. Berikan contoh bagaimana Bapak/Ibu dapat menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran dengan konteks peserta didik berada.
Kunci Jawaban:
Dalam melaksanakan pembelajaran dikelas saya berusaha untuk dapat menyesuaikan materi dan strategi yang dipilih sesuai kodrat peserta didik.
Mulai memanfaatkan teknologi dalam pembelajaran, memanfaatkan lingkungan sekolah untuk belajar dan berusaha menyajikan materi yang kontekstual dengan kehidupan peserta didik.
Kunci Jawaban Alternatif:
Mendidik secara kontekstual berarti menjadikan lingkungan dan realitas hidup peserta didik sebagai "laboratorium" pembelajaran. Saya akan menyesuaikan materi dan strategi dengan kodrat alam dan zaman mereka melalui cara-cara berikut:
1. Memanfaatkan Lingkungan Lokal sebagai Sumber Belajar:
- Materi IPA/IPS: Jika materi membahas ekosistem atau sumber daya alam, saya akan mengajak siswa mengamati ekosistem sawah atau sungai terdekat (jika ada), bukan hanya dari buku. Mereka bisa mencatat jenis tumbuhan/hewan, mewawancarai petani/nelayan setempat tentang tantangan lingkungan, atau mengidentifikasi masalah kebersihan. Ini membuat konsep ekosistem menjadi nyata.
- Materi Bahasa Indonesia: Daripada hanya menganalisis teks dari buku, siswa bisa menulis laporan observasi tentang kegiatan di pasar tradisional lokal, mewawancarai tokoh masyarakat (misalnya, ketua RW, pengrajin lokal) untuk membuat teks wawancara, atau menciptakan cerita rakyat modern yang berlatar tempat-tempat ikonik di daerah mereka. Hal ini menumbuhkan rasa memiliki dan relevansi bahasa.
2. Mengintegrasikan Isu Kontemporer dan Digital:
- Materi Kewarganegaraan/IPS: Jika membahas hak dan kewajiban warga negara, kami tidak hanya menghafal pasal. Kami akan mendiskusikan isu-isu aktual yang terjadi di sekitar mereka (misalnya, pentingnya menjaga kebersihan lingkungan setelah ada tumpukan sampah, atau bagaimana berita hoax memengaruhi kerukunan).
- Strategi Pembelajaran: Memanfaatkan platform digital dan media sosial yang akrab bagi siswa sebagai alat belajar. Misalnya, membuat proyek vlog singkat tentang cara menjaga kebersihan lingkungan (aplikasi materi IPA/IPS dan keterampilan TIK), atau membuat poster digital kampanye anti-bullying (materi PKN dan desain grafis sederhana). Diskusi bisa dilakukan melalui forum daring yang dipandu.
Dengan pendekatan ini, pembelajaran menjadi lebih hidup, relevan, dan bermakna. Siswa tidak hanya menghafal, tetapi juga merasakan langsung keterkaitan antara materi pelajaran dengan kehidupan sehari-hari dan lingkungan di sekitar mereka.
Kunci Jawaban Alternatif:
Sebagai guru di wilayah perdesaan, saya menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran dengan lingkungan alam dan kehidupan sehari-hari peserta didik. Misalnya, saat mengajarkan teks prosedur dalam pelajaran Bahasa Indonesia, saya meminta siswa menulis langkah-langkah membuat pupuk kompos dari sampah organik di sekitar rumah mereka. Ini relevan karena banyak keluarga siswa berprofesi sebagai petani atau berkebun.
Strategi pembelajarannya menggunakan pendekatan proyek (project-based learning) yang melibatkan observasi langsung dan praktik di lingkungan sekitar. Dengan begitu, siswa merasa bahwa apa yang mereka pelajari berguna dalam kehidupan nyata. Pembelajaran menjadi lebih bermakna dan membangkitkan rasa percaya diri mereka karena berkaitan dengan pengalaman hidup mereka sendiri.
Kunci Jawaban Alternatif:
Menghadapi peserta didik yang tumbuh di era digital, saya menyesuaikan strategi pembelajaran dengan teknologi yang akrab bagi mereka. Contohnya, saat mengajarkan tema "cerita rakyat" di kelas Bahasa Indonesia, saya tidak hanya menggunakan buku cetak, tetapi juga memanfaatkan media digital seperti video animasi cerita rakyat dan membuat tugas membuat sinopsis dalam bentuk vlog pendek.
Strategi ini memanfaatkan kodrat zaman peserta didik yang sangat lekat dengan teknologi dan media sosial. Selain itu, pembelajaran jadi lebih menarik dan interaktif. Saya juga mengajak siswa membuat konten edukatif sederhana menggunakan aplikasi yang mereka kenal seperti Canva atau CapCut, sehingga mereka tidak hanya menjadi pengguna pasif teknologi, tetapi juga kreator yang cerdas dan bertanggung jawab.
Kunci Jawaban Alternatif:
Untuk menyesuaikan materi dan strategi pembelajaran dengan konteks peserta didik, saya akan berfokus pada keterlibatan aktif dalam komunitas mereka dan penerapan pembelajaran berbasis proyek yang relevan dengan kodrat alam dan zaman.
1. Keterlibatan Komunitas dalam Pembelajaran:
- Materi Bahasa Inggris: Jika materi adalah deskripsi tempat, daripada hanya membaca, siswa bisa mendeskripsikan tempat-tempat penting di desa/kota mereka (misalnya, balai desa, toko kelontong, lapangan bermain) dalam Bahasa Inggris. Mereka bahkan bisa mengundang tokoh masyarakat setempat yang menguasai Bahasa Inggris untuk berbagi cerita tentang sejarah atau keunikan daerah tersebut.
- Materi Seni Budaya: Siswa tidak hanya belajar tentang seni tari atau musik daerah lain, tetapi diajak mempelajari dan mempraktikkan seni atau permainan tradisional yang masih ada di komunitas mereka (misalnya, permainan engklek, gasing, atau lagu daerah setempat). Mereka bisa mengundang sesepuh atau seniman lokal sebagai narasumber langsung. Ini menghidupkan kembali warisan budaya lokal.
2. Pembelajaran Berbasis Proyek (PBL) Kontekstual:
- Proyek "Solusi Masalah Lokal": Siswa mengidentifikasi masalah sederhana di lingkungan sekolah atau sekitar rumah mereka (misalnya, sampah berserakan, kesulitan menanam pohon di lahan kering). Mereka kemudian merancang solusi konkret sebagai proyek. Contoh: membuat sistem pengomposan sederhana untuk sampah organik sekolah, atau membuat panduan menanam sayuran di pot untuk lahan terbatas. Proses ini melibatkan riset, perencanaan, pelaksanaan, dan presentasi.
- Pemanfaatan Teknologi Sehari-hari: Proyek-proyek ini akan melibatkan alat atau aplikasi yang akrab dengan dunia anak sekarang. Misalnya, mereka bisa merekam video tutorial (sesuai kodrat zaman) hasil proyek mereka, membuat presentasi digital, atau menggunakan platform kolaborasi online untuk kerja kelompok.
Melalui pendekatan ini, pembelajaran tidak terisolasi di dalam kelas. Siswa mengalami langsung aplikasi ilmu, berinteraksi dengan komunitasnya, dan menggunakan alat-alat modern yang akrab bagi mereka untuk memecahkan masalah nyata, sehingga pembelajaran menjadi sangat relevan dan bermakna.
Koneksikan permasalahan Ali dengan konsep...
Koneksikan permasalahan Ali dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya mengenai peran guru, konsep Catur Pusat Pendidikan, dan Pendidikan yang menyesuaikan dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman.
Susunlah rencana aksi dan rancangan pembelajaran untuk Ali. Diskusikan rencana yang dibuat dengan teman sejawat, mintalah masukan dari teman sejawat untuk merancang pembelajaran yang tepat. Catatlah semua masukan dan sempurnakan rencana yang telah dibuat.
Berikut kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Bagaimana Mendidik secara Kontekstual di Ruang GTK dalam PPG 2025.
Cerita Reflektif
Koneksikan permasalahan Ali dengan konsep-konsep yang telah dipelajari sebelumnya mengenai peran guru, konsep Catur Pusat Pendidikan, dan Pendidikan yang menyesuaikan dengan Kodrat Alam dan Kodrat Zaman. Susunlah rencana aksi dan rancangan pembelajaran untuk Ali. Diskusikan rencana yang dibuat dengan teman sejawat, mintalah masukan dari teman sejawat untuk merancang pembelajaran yang tepat. Catatlah semua masukan dan sempurnakan rencana yang telah dibuat.
Kunci Jawaban:
Untuk membuat Ali semangat kembali dalam menjalani kehidupan sehari-harinya maka butuh dorongan dari keluarga, sekolah dan lingkungan tempat dia tinggal yang baru. Hal-hal yang dapat dilakukan guru misalnya membantu Ali beradaptasi dengan lingkungan sekolahnya dan juga menyusun pembelajaran yang menuntut semua siswa untuk berdiskusi dan berkolaborasi, topik yang diberikan dalam pembelajaran juga bisa diganti dengan tema perkotaan untuk menumbuhkan keberanian Ali kembali untuk bercerita.
Kunci Jawaban Alternatif:
Analisis Permasalahan Ali
Permasalahan Ali perlu diidentifikasi secara spesifik terlebih dahulu. Asumsikan permasalahan Ali adalah:
- Kesulitan Belajar: Ali mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran tertentu (misalnya, matematika atau bahasa Inggris).
- Motivasi Rendah: Ali kurang termotivasi untuk belajar dan seringkali menunda-nunda tugas.
- Perilaku Kurang Disiplin: Ali sering terlambat masuk kelas atau tidak mengerjakan tugas.
Keterkaitan dengan Konsep yang Dipelajari
- Peran Guru: Guru berperan sebagai fasilitator, motivator, dan pembimbing. Guru harus mampu mengidentifikasi kebutuhan belajar Ali, memberikan dukungan yang sesuai, dan menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan.
- Catur Pusat Pendidikan: Pendidikan Ali tidak hanya menjadi tanggung jawab sekolah, tetapi juga keluarga, masyarakat, dan alam sekitar. Keempat pusat pendidikan ini harus saling mendukung dan bekerja sama untuk menciptakan lingkungan belajar yang holistik bagi Ali.
- Kodrat Alam dan Kodrat Zaman: Pendidikan Ali harus disesuaikan dengan potensi dan minatnya (kodrat alam), serta dengan tuntutan dan perkembangan zaman (kodrat zaman). Guru harus mampu merancang pembelajaran yang relevan dengan kehidupan Ali dan mempersiapkannya untuk menghadapi tantangan masa depan.
Rencana Aksi
Identifikasi Masalah Lebih Mendalam:
- Lakukan observasi terhadap perilaku Ali di kelas.
- Wawancarai Ali untuk memahami kesulitan dan minatnya.
- Berkomunikasi dengan orang tua Ali untuk mendapatkan informasi tambahan.
Penyusunan Rencana Pembelajaran Individual (PPI):
- Berdasarkan hasil identifikasi masalah, susun PPI yang disesuaikan dengan kebutuhan belajar Ali.
- Tentukan tujuan pembelajaran yang spesifik, terukur, dapat dicapai, relevan, dan terikat waktu (SMART).
- Pilih metode dan media pembelajaran yang sesuai dengan gaya belajar Ali.
- Rencanakan evaluasi pembelajaran yang berkelanjutan.
Implementasi PPI:
- Laksanakan PPI secara konsisten dan teratur.
- Berikan dukungan dan bimbingan kepada Ali secara individual.
- Ciptakan lingkungan belajar yang positif dan inklusif.
Evaluasi dan Refleksi:
- Lakukan evaluasi terhadap kemajuan belajar Ali secara berkala.
- Refleksikan efektivitas PPI dan lakukan penyesuaian jika diperlukan.
- Libatkan Ali dan orang tuanya dalam proses evaluasi.
Rancangan Pembelajaran (Contoh untuk Kesulitan Matematika)
Topik: Operasi Hitung Campuran
Tujuan Pembelajaran:
- Ali dapat menyelesaikan soal operasi hitung campuran (penjumlahan, pengurangan, perkalian, pembagian) dengan benar.
Metode Pembelajaran:
- Pendekatan Kontekstual: Mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari Ali.
- Demonstrasi: Guru memberikan contoh soal dan cara penyelesaiannya.
- Latihan Soal: Ali mengerjakan soal-soal latihan secara mandiri dan berkelompok.
- Permainan: Menggunakan permainan matematika untuk meningkatkan motivasi belajar Ali.
Media Pembelajaran:
- Alat Peraga: Benda-benda konkret yang dapat digunakan untuk memvisualisasikan operasi hitung.
- Lembar Kerja: Soal-soal latihan yang bervariasi.
- Aplikasi Matematika: Aplikasi yang dapat digunakan untuk belajar matematika secara interaktif.
Evaluasi:
- Tes Tertulis: Soal-soal operasi hitung campuran.
- Observasi: Mengamati partisipasi Ali dalam kegiatan pembelajaran.
- Portofolio: Kumpulan hasil kerja Ali selama proses pembelajaran.
Diskusi dengan Teman Sejawat
Setelah menyusun rencana aksi dan rancangan pembelajaran, diskusikan dengan teman sejawat. Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan:
- Apakah rencana aksi dan rancangan pembelajaran sudah sesuai dengan kebutuhan Ali?
- Apakah metode dan media pembelajaran yang dipilih sudah tepat?
- Bagaimana cara meningkatkan motivasi belajar Ali?
- Bagaimana cara melibatkan orang tua Ali dalam proses pembelajaran?
Contoh Masukan dari Teman Sejawat:
- "Sebaiknya gunakan lebih banyak alat peraga yang konkret agar Ali lebih mudah memahami konsep operasi hitung."
- "Coba gunakan pendekatan problem-based learning agar Ali lebih aktif dalam belajar."
- "Libatkan orang tua Ali dalam memberikan dukungan dan motivasi di rumah."
Penyempurnaan Rencana
Berdasarkan masukan dari teman sejawat, lakukan penyempurnaan terhadap rencana aksi dan rancangan pembelajaran. Misalnya:
- Menambahkan penggunaan alat peraga yang lebih konkret.
- Menggunakan pendekatan problem-based learning dalam pembelajaran.
- Menjalin komunikasi yang lebih intensif dengan orang tua Ali.
Catatan Tambahan
- Fleksibilitas: Rencana aksi dan rancangan pembelajaran harus fleksibel dan dapat disesuaikan dengan perkembangan Ali.
- Kolaborasi: Libatkan semua pihak yang terkait (guru, orang tua, teman sejawat) dalam proses pembelajaran Ali.
- Kesabaran: Membantu Ali mengatasi kesulitan belajar membutuhkan kesabaran dan ketekunan.
Dengan pendekatan yang holistik dan kolaboratif, diharapkan Ali dapat mengatasi kesulitan belajarnya, meningkatkan motivasinya, dan mencapai potensi terbaiknya.
Kunci Jawaban Alternatif:
Koneksi Permasalahan Ali dengan Konsep Pendidikan:
Perubahan lingkungan dan cuaca menjadi tantangan bagi Ali. Sesuai konsep Kodrat Alam, guru dan lingkungan sekolah harus membantu Ali beradaptasi. Dari Kodrat Zaman, Ali yang aktif dan sosial di masa digital perlu diberi ruang aktualisasi. Peran guru sangat penting dalam memfasilitasi transisi ini. Melalui Catur Pusat Pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat, dan peserta didik), sinergi perlu dibangun untuk mendukung Ali.
Rencana Aksi:
- Membangun komunikasi intensif dengan Ali secara personal.
- Melibatkan ibu Ali dan guru BK dalam konseling ringan yang berfokus pada penguatan diri dan semangat baru.
- Mengarahkan Ali untuk terlibat kembali dalam ekstrakurikuler, misalnya sebagai mentor junior futsal atau pembuat konten olahraga sekolah.
Rancangan Pembelajaran:
- Gunakan metode project-based learning dengan tema lokal, misalnya membuat kampanye video tentang pentingnya olahraga di wilayah pesisir.
- Libatkan siswa dalam kerja kelompok heterogen agar Ali bisa membentuk relasi baru.
- Sisipkan tugas reflektif tentang adaptasi terhadap perubahan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia atau PPKn.
Masukan Teman Sejawat:
- Buat program orientasi siswa pindahan yang melibatkan OSIS dan ekskul.
- Ali diberikan peran dalam kegiatan sekolah agar merasa dibutuhkan.
Kunci Jawaban Alternatif:
Koneksi dengan Konsep:
Ali mengalami kejutan budaya karena perubahan sosial dan geografis. Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara harus menyatu dengan lingkungan anak (Kodrat Alam). Guru sebagai “pamomong” perlu menjadi pengarah yang hadir. Sinergi antara sekolah dan keluarga sangat penting, sesuai konsep Catur Pusat Pendidikan.
Rencana Aksi:
- Membentuk tim kecil yang mendampingi Ali (misalnya teman sebangku dan dua anggota ekskul).
- Mengajak Ali mengenal lingkungan pesisir melalui kegiatan belajar luar kelas.
- Sekolah bekerja sama dengan komunitas lokal (misalnya klub futsal desa) agar Ali tetap bisa mengembangkan minatnya.
Rancangan Pembelajaran:
- Mata pelajaran Geografi atau IPS dapat dikaitkan dengan ekosistem pesisir.
- Dalam PJOK, guru mengintegrasikan permainan futsal mini dengan menyesuaikan kondisi lapangan sekolah.
- Bahasa Indonesia memberi tugas wawancara tokoh lokal di bidang olahraga atau nelayan muda inspiratif.
Masukan Teman Sejawat:
- Buat komunitas siswa aktif berbasis minat, seperti “Komunitas Sportivitas”.
- Tambahkan jam dialog mingguan antar siswa untuk memperkuat kelekatan sosial.
Kunci Jawaban Alternatif:
Analisis Permasalahan Ali dalam Bingkai Filosofi Ki Hadjar Dewantara
Permasalahan Ali bukan sekadar "tidak punya teman" atau "cuaca panas," melainkan indikasi dari disorientasi dalam proses adaptasi kodrat alam dan kodrat zaman di lingkungan baru, yang diperparah oleh perubahan pada catur pusat pendidikan-nya.
Kodrat Alam dan Kodrat Zaman:
- Kodrat Alam (Bakat/Minat): Ali adalah anak yang periang, aktif, dan memiliki minat kuat pada futsal serta pergaulan luas. Ini adalah bagian dari kodrat alaminya yang butuh ruang ekspresi.
- Kodrat Zaman: Lingkungan perkotaan sebelumnya memungkinkan Ali untuk berinteraksi dengan mudah dan terlibat dalam kegiatan futsal yang populer. Perubahan ke daerah pesisir dengan cuaca panas dan mungkin minimnya fasilitas futsal atau komunitas sejenis, berarti kodrat zamannya tidak lagi terakomodasi. Ali kehilangan platform untuk mengekspresikan diri dan bersosialisasi sesuai karakteristiknya.
Konsep Catur Pusat Pendidikan:
- Keluarga: Keluarga Ali (ayah dan ibu) sudah suportif dan proaktif dalam mencari sekolah, namun mungkin belum sepenuhnya memahami dampak psikologis mendalam dari perubahan lingkungan terhadap Ali, terutama dari sisi sosial-emosional.
- Sekolah (Baru): Sekolah baru belum berhasil menjadi pusat yang menarik bagi Ali. Aktivitas intrakurikuler dan ekstrakurikuler (futsal) yang dulu menjadi pemicu semangatnya, kini terasa hambar karena ketiadaan teman yang cocok atau minat yang sama.
- Masyarakat (Baru): Lingkungan pesisir yang baru belum menyediakan "ruang pergaulan" yang Ali butuhkan, baik dalam minat olahraga maupun dinamika pertemanan sebaya/kakak kelas yang dulu ia nikmati. Ini menyebabkan Ali menarik diri.
- Perguruan Tinggi/Organisasi Pemuda: Meskipun Ali kelas 11, konsep pemuda dan pergaulan luasnya sangat relevan. Ketiadaan jaringan pemuda dengan minat sama di lingkungan baru membuatnya kehilangan wadah.
Peran Guru
Sebagai wali kelas, guru memiliki peran penting sebagai penuntun (among).
- Ing Ngarsa Sung Tuladha: guru perlu menjadi teladan dalam empati dan proaktivitas dalam mendekati Ali.
- Ing Madya Mangun Karsa: guru harus menciptakan suasana kelas yang mendorong Ali berani berinteraksi dan mengidentifikasi minat baru.
- Tut Wuri Handayani: guru perlu memberikan dorongan dan dukungan agar Ali bisa beradaptasi dan menemukan kembali semangatnya, tanpa memaksa.
Rencana Aksi dan Rancangan Pembelajaran untuk Ali
Tujuan Umum: Mengembalikan semangat belajar dan sosialisasi Ali dengan mengakomodasi kodrat alam dan zaman serta mengoptimalkan peran catur pusat pendidikan.
Peran Utama Guru: Fasilitator, Penghubung, dan Penuntun.
1. Rencana Aksi Awal (Guru)
Dialog Empati (Individual/Keluarga):
Guruakan segera memanggil Ali untuk dialog personal yang santai dan empatik, bukan interogasi. Fokus mendengarkan perasaan Ali tanpa menghakimi. "Bagaimana kabarmu, Ali? Bapak perhatikan kamu agak murung. Ada yang bisa Bapak bantu?"
Lanjutkan dengan dialog terpisah dengan Ibu Ali untuk mendapatkan informasi lebih detail mengenai minat dan kebiasaan Ali sebelum pindah.
Tujuan: Membangun kepercayaan, menunjukkan kepedulian, dan memahami akar masalah lebih dalam dari perspektif Ali dan keluarganya.
Identifikasi Potensi & Minat di Lingkungan Baru:
- Internal Sekolah: Guru mencari tahu ekstrakurikuler lain di sekolah yang mungkin bisa memicu minat Ali (misalnya, ada klub olahraga lain selain futsal, atau klub sains/IT yang juga butuh siswa aktif).
- Eksternal Sekolah/Masyarakat: Jika ada, guru bisa mencari informasi tentang komunitas olahraga (selain futsal) atau kegiatan pemuda di daerah pesisir tersebut yang bisa Ali ikuti (misalnya, voli pantai, renang, komunitas pecinta alam, e-sports).
- Tujuan: Menawarkan alternatif platform ekspresi dan sosialisasi yang relevan dengan kodrat alam dan zaman di lingkungan baru.
Diskusikan dengan Teman Sejawat:
- Pertanyaan untuk Diskusi: "Rekan-rekan guru, saya memiliki siswa baru bernama Ali yang dulunya sangat aktif dan periang di lingkungan perkotaan, menyukai futsal dan pergaulan luas. Namun, setelah pindah ke daerah pesisir ini, ia jadi pendiam dan menarik diri. Bagaimana cara kita bisa membantu Ali menemukan kembali semangatnya di lingkungan sekolah dan masyarakat baru yang mungkin berbeda dengan sebelumnya? Adakah ide kegiatan yang bisa menyalurkan energinya atau membantunya bersosialisasi secara bertahap?"
- Fokus Masukan: Strategi peer support, integrasi materi pelajaran dengan konteks lokal, atau ide kegiatan ekstrakurikuler/komunitas yang unik di daerah pesisir.
2. Rancangan Pembelajaran & Intervensi untuk Ali (Berdasarkan Masukan Awal)
Konsep Inti: Memanfaatkan kekuatan lama (aktif, pergaulan) di lingkungan baru, secara bertahap.
Strategi In-Class (Pelajaran):
- Integrasi Konteks Lokal (Kodrat Alam & Zaman): Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, Ekonomi, atau IPA, berikan tugas proyek yang membutuhkan observasi langsung lingkungan pesisir dan interaksi.
- Contoh: Proyek "Potensi Ekonomi Pesisir Kita" (Ekonomi/IPS) atau "Ekosistem Laut: Ancaman dan Peluang" (IPA). Ali bisa ditugaskan untuk melakukan wawancara singkat (dengan panduan pertanyaan tertulis) dengan nelayan lokal atau pelaku usaha pariwisata kecil, atau mendokumentasikan (foto/video singkat) kehidupan pesisir. Ini memanfaatkan kodrat "aktif" dan potensi digitalnya.
- Metode Diskusi Kelompok Kecil yang Terstruktur: Saat diskusi, Ali ditempatkan di kelompok yang berisi siswa ramah dan suportif (yang direkomendasikan teman sejawat). Ali diberi peran spesifik yang tidak terlalu menuntut verbal, misalnya pencatat ide, pembuat mind map visual, atau operator proyektor jika ada presentasi. Secara bertahap, dorong ia untuk menyampaikan satu poin hasil kelompok.
Tujuan: Memberikan Ali platform untuk berkontribusi sesuai kemampuannya saat ini, sembari melatih interaksi sosial dalam skala kecil dan relevan dengan lingkungan barunya.
Strategi Out-of-Class (Ekstrakurikuler & Sosial):
- Penjajakan Minat Alternatif: Ajak Ali untuk mencoba ekstrakurikuler yang melibatkan aktivitas fisik atau kelompok kecil, meski bukan futsal (misalnya, tenis meja, bulutangkis, atau club pecinta alam yang bisa eksplorasi pantai/hutan bakau). Ajak siswa lain yang sudah dikenal guru sebagai siswa positif dan ramah untuk menemani Ali mencoba.
- Program "Sahabat Sebaya": Libatkan satu atau dua teman sekelas Ali yang proaktif dan memiliki empati untuk menjadi "sahabat" informal yang mengajaknya berinteraksi saat istirahat atau sepulang sekolah. Ini adalah implementasi Tut Wuri Handayani dari guru melalui siswa lain.
- Menghubungkan dengan Komunitas Lokal: Jika ada, bantu Ali mencari informasi klub olahraga atau kegiatan pemuda di luar sekolah yang cocok. Bisa jadi ada komunitas futsal kecil, atau olahraga pantai lain yang populer di sana.
- Tujuan: Membuka kembali pintu sosialisasi dan aktivitas fisik yang sesuai kodrat Ali di lingkungan barunya, membangun jejaring pertemanan baru secara organik.
3. Masukan dan Penyempurnaan Rencana (Contoh Diskusi dengan Teman Sejawat)
Masukan dari Teman Sejawat (Misalnya Guru BK/Guru Olahraga):
- "Untuk Ali, mungkin kita bisa libatkan dia di klub fotografi sekolah, atau klub jurnalisme. Dengan minatnya pada gadget dan keaktifannya, dia bisa jadi fotografer atau videographer yang mendokumentasikan kegiatan sekolah, termasuk futsal! Ini membuatnya tetap terhubung dengan olahraga favoritnya tapi dengan peran baru yang tidak langsung menuntut interaksi fisik intens dengan tim baru." (Guru BK)
- "Ali ini kan aktif, mungkin dia juga bisa diajak gabung tim persiapan acara sekolah, jadi dia bisa terlibat di balik layar, bantu setting alat, atau jadi koordinator lapangan. Ini melatih tanggung jawab dan ketemu banyak orang secara fungsional." (Guru Olahraga)
- "Cuaca panas di pesisir bisa diatasi kalau kegiatan olahraganya sore hari atau di dalam ruangan. Mungkin kita bisa dorong sekolah mengadakan turnamen futsal antar kelas internal, dan Ali bisa diminta bantu menjadi panitia teknis atau official tim, bukan sebagai pemain inti dulu." (Guru Olahraga)
Penyempurnaan Rencana:
- Libatkan dalam Peran "Dibalik Layar" yang Aktif: Selain proyek akademik, saya akan menawarkan Ali peran sebagai dokumentator kegiatan ekstrakurikuler (futsal atau lainnya) menggunakan kamera atau ponselnya. Atau, sebagai bagian dari tim teknis/panitia acara sekolah. Ini memanfaatkan kodrat aktif dan digitalnya, memberinya purpose dan kesempatan bertemu teman baru tanpa tekanan langsung harus "bergabung" sebagai anggota tim.
- Inisiasi Kegiatan Olahraga Kecil dan Terjadwal: Berkoordinasi dengan guru olahraga untuk mungkin mengadakan sesi futsal sore (saat cuaca lebih sejuk) atau di lapangan indoor (jika ada), yang sifatnya lebih santai dan inklusif. Dorong Ali untuk berpartisipasi atau membantu sebagai asisten pelatih/wasit.
- Komunikasi Rutin dengan Orang Tua dan Ali: Memastikan komunikasi tiga arah (guru-siswa-orang tua) tetap berjalan untuk memantau perkembangan emosi dan sosial Ali. Berikan reinforcement positif atas setiap kemajuan kecil yang ditunjukkan Ali.
Dengan rencana yang lebih komprehensif dan masukan dari rekan sejawat ini, diharapkan Ali dapat secara bertahap menemukan kembali semangatnya, beradaptasi dengan lingkungan baru, dan mengembangkan potensi dirinya sesuai kodrat alam dan zamannya.
Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara
Asas Trikon yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara terdiri dari Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris, dapat membantu guru dalam menerapkan pembelajaran bermakna yang bagi peserta didik. Asas ini membantu guru untuk menerapkan pembelajaran yang terbuka sesuai dengan konteks alam dan zaman, namun tetap mengedepankan identitas diri masing-masing peserta didik. Berikan contoh penerapan masing-masing asas dalam proses pembelajaran.
Berikut kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Menyikapi Keberagaman di Ruang GTK dalam PPG 2025.
Cerita Reflektif
Asas Trikon yang dikemukakan Ki Hadjar Dewantara terdiri dari Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris, dapat membantu guru dalam menerapkan pembelajaran bermakna yang bagi peserta didik. Asas ini membantu guru untuk menerapkan pembelajaran yang terbuka sesuai dengan konteks alam dan zaman, namun tetap mengedepankan identitas diri masing-masing peserta didik. Berikan contoh penerapan masing-masing asas dalam proses pembelajaran.
Kunci Jawaban:
Penerapan asas kontinyu: Peserta didik dituntut belajar terus-menerus untuk memperluas pemahaman mereka terhadap materi yang telah dipelajari.
Penerapan asas konvergen: Peserta didik diberikan kebebasan untuk dapat belajar dari berbagai sumber
Penerapan asas konsentris: Peserta didik dalam melakukan pembelajaran dapat dilakukan melalui diskusi kelompok, presentasi yang mendorong untuk mengembangkan kemampuan sosial dan emosional mereka.
Kunci Jawaban Alternatif:
Asas Trikon Ki Hadjar Dewantara—Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris—adalah panduan kuat bagi guru dalam menciptakan pembelajaran bermakna yang relevan dengan konteks peserta didik, sekaligus menjaga identitas mereka.
1. Asas Kontinyu: Proses Berkesinambungan
Asas ini menekankan bahwa pengembangan diri dan pembelajaran harus berjalan terus-menerus dan tidak terputus.
Contoh Penerapan: Dalam pelajaran Bahasa Indonesia, siswa kelas 4 diminta membuat jurnal membaca yang diisi setiap kali mereka selesai membaca buku cerita. Setiap bulan, mereka menuliskan refleksi tentang karakter favorit, pelajaran yang didapat, atau tantangan yang dihadapinya. Guru secara rutin memberikan umpan balik dan siswa bisa melihat perkembangan pemahaman serta minat baca mereka sepanjang tahun. Ini menunjukkan bahwa literasi adalah proses yang terus berlanjut.
2. Asas Konvergen: Mengambil Hal Baik dari Berbagai Sumber
Asas ini berarti pendidikan harus bersatu atau menyatu dengan berbagai aliran pemikiran dan pengalaman dari seluruh dunia, namun tetap relevan dengan konteks lokal.
Contoh Penerapan: Untuk topik perubahan iklim dalam pelajaran IPA atau IPS, siswa diajak meneliti bagaimana negara-negara maju mengatasi masalah ini melalui teknologi atau kebijakan inovatif. Kemudian, mereka berdiskusi dan mengadaptasi ide-ide tersebut menjadi solusi sederhana yang bisa diterapkan di lingkungan sekolah atau rumah mereka, misalnya membuat mini-hydroponics atau sistem daur ulang sampah organik. Ini menggabungkan pengetahuan global dengan implementasi lokal.
3. Asas Konsentris: Berpusat pada Diri dan Konteks Lokal
Asas ini berarti pengembangan pendidikan harus berpusat pada potensi unik masing-masing peserta didik dan konteks kebudayaan lokal.
Contoh Penerapan: Dalam pelajaran Seni Budaya, siswa tidak hanya mempelajari seni dari daerah lain, tetapi juga diajak menjelajahi seni atau tradisi unik yang ada di komunitas lokal mereka. Misalnya, mewawancarai pengrajin batik setempat, mempelajari tarian tradisional dari sesepuh, atau mendokumentasikan kuliner khas daerah. Hasilnya bisa berupa pameran karya, pertunjukan, atau buku resep keluarga. Ini menekankan keunikan individu dan kekayaan budaya yang dimiliki peserta didik.
Kunci Jawaban Alternatif:
Berikut contoh penerapan Asas Trikon (Kontinyu, Konvergen, dan Konsentris) dalam proses pembelajaran yang bermakna dan sesuai konteks alam dan zaman, namun tetap menjaga identitas peserta didik:
1. Asas Kontinyu (Berlangsung secara berkesinambungan)
Contoh Penerapan:
Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru mengajak siswa membuat jurnal harian sejak awal semester. Jurnal ini tidak hanya menilai kemampuan menulis, tetapi juga mencatat perkembangan emosional dan pemikiran siswa. Setiap minggu, guru memberi umpan balik dan siswa memperbaiki tulisannya. Pembelajaran berlangsung berkesinambungan dari yang sederhana ke kompleks, dari pengenalan kata hingga pembuatan esai reflektif.
2. Asas Konvergen (Menggabungkan unsur lokal dan global)
Contoh Penerapan:
Saat membahas tema “Keragaman Budaya” dalam pelajaran IPS, guru mengajak siswa mempelajari budaya lokal (misalnya tradisi laut masyarakat pesisir) dan membandingkannya dengan budaya global seperti festival maritim di negara lain. Siswa kemudian membuat presentasi yang menunjukkan kesamaan nilai dan perbedaan bentuk, sehingga tercipta pemahaman lintas budaya tanpa kehilangan identitas lokal.
3. Asas Konsentris (Bertolak dari yang dekat menuju yang jauh)
Contoh Penerapan:
Dalam pelajaran IPA, ketika membahas ekosistem, guru memulai dari lingkungan sekitar sekolah atau rumah siswa (misalnya kebun, sungai, atau pantai terdekat) sebagai contoh ekosistem nyata. Setelah siswa memahami lingkungan terdekat, pembelajaran dikembangkan ke konteks nasional dan global, seperti ekosistem hutan hujan Amazon atau terumbu karang di laut dunia.
Ketiga asas Trikon ini membantu guru menyusun pembelajaran yang bermakna, kontekstual, dan berakar pada nilai-nilai kebudayaan siswa sendiri, namun tetap membuka wawasan ke arah yang lebih luas.
TRIBUNNEWS.COM - Inilah kunci jawaban cerita reflektif pada Modul 3 PPG 2025: Setelah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang Sistem Trisentra, mari melakukan refleksi sesuai dengan konteks sekolah masing-masing. (1) Bagaimana pola hubungan antar pusat pendidikan dalam konteks sekolah Bapak/Ibu? (2) Bagaimana memastikan bahwa trisentra pendidikan di sekolah Bapak/Ibu memiliki visi dan misi yang sama? (3) Apa yang dapat dilakukan agar tercipta kerjasama yang harmonis antara ke-3 pusat pendidikan?
Pertanyaan ini muncul saat bapak/ibu guru selesai mengerjakan Latihan Pemahaman Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 1 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Penguatan Budi Pekerti melalui Tri Sentra Pendidikan di Ruang Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK).
Kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 FPPN Topik 1 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara ditujukan bagi bapak/ibu guru peserta program Pendidikan Profesi Guru (PPG) tahun 2025
Bagi bapak/ibu guru peserta PPG 2025 yang kesulitan mengerjakan Cerita Reflektif Modul 3 Topik 1 materi Penguatan Budi Pekerti melalui Tri Sentra Pendidikan dapat menggunakan kunci jawaban di bawah ini sebagai referensi.
Sistem Trisentra Ki Hadjar Dewantara
Setelah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang Sistem Trisentra, mari melakukan refleksi sesuai dengan konteks sekolah masing-masing. (1) Bagaimana pola hubungan antar pusat pendidikan dalam konteks sekolah Bapak/Ibu? (2) Bagaimana memastikan bahwa trisentra pendidikan di sekolah Bapak/Ibu memiliki visi dan misi yang sama? (3) Apa yang dapat dilakukan agar tercipta kerjasama yang harmonis antara ke-3 pusat pendidikan?
Berikut kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 Filosofi Pendidikan dan Pendidikan Nilai (FPPN) Topik 3 Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara sebagai Landasan Pendidikan Nasional materi Penguatan Budi Pekerti melalui Tri Sentra Pendidikan di Ruang GTK dalam PPG 2025.
Cerita Reflektif
Setelah membaca tulisan Ki Hadjar Dewantara tentang Sistem Trisentra, mari melakukan refleksi sesuai dengan konteks sekolah masing-masing. (1) Bagaimana pola hubungan antar pusat pendidikan dalam konteks sekolah Bapak/Ibu? (2) Bagaimana memastikan bahwa trisentra pendidikan di sekolah Bapak/Ibu memiliki visi dan misi yang sama? (3) Apa yang dapat dilakukan agar tercipta kerjasama yang harmonis antara ke-3 pusat pendidikan?
Kunci Jawaban:
1. SMA XXX sudah menjalin pola hubungan kerja sama yang baik antara orang tua (lingkungan keluarga), sekolah (lingkungan perguruan), dan masyarakat (lingkungan pergaulan pemuda).
2. Cara SMA XXX memastikan bahwa trisentra pendidikan memiliki visi dan misi yang sama adalah dengan mengadakan kegiatan parenting setiap semester.
3. Membangun komunikasi yang efektif antara ke-3 pusat pendidikan.
Kunci Jawaban Alternatif:
Refleksi atas Sistem Trisentra Ki Hadjar Dewantara (keluarga, sekolah, masyarakat) dalam konteks sekolah saya mengungkapkan hal-hal berikut:
1. Pola Hubungan Antar Pusat Pendidikan di Sekolah Saya:
Pola hubungan antara ketiga pusat pendidikan (keluarga, sekolah, masyarakat) di sekolah kami cenderung bervariasi dan belum sepenuhnya terintegrasi secara optimal.
Hubungan sekolah dengan keluarga cukup intens, terutama melalui grup komunikasi daring, pertemuan orang tua, dan komite sekolah. Namun, interaksi seringkali berpusat pada masalah akademik atau perilaku.
Keterlibatan masyarakat (termasuk lingkungan sekitar dan lembaga non-formal) masih terbatas, seringkali hanya dalam bentuk dukungan acara atau kunjungan sesekali. Hubungan ini lebih banyak bersifat adhoc (situasional) daripada struktural dan berkelanjutan.
2. Memastikan Visi dan Misi yang Sama:
Memastikan trisentra memiliki visi dan misi yang sama adalah tantangan. Saat ini, visi-misi sekolah sudah jelas, namun belum tentu dipahami dan dihayati sepenuhnya oleh semua pihak di keluarga dan masyarakat.
Untuk menyamakannya, kami perlu:
- Sosialisasi Berkelanjutan: Visi dan misi sekolah harus dikomunikasikan secara terus-menerus dan dalam berbagai format (bukan hanya tulisan di dinding) kepada orang tua dan perwakilan masyarakat.
- Diskusi Partisipatif: Mengadakan forum diskusi (misalnya, focus group discussion atau rembug warga sekolah) untuk melibatkan orang tua dan tokoh masyarakat dalam merumuskan atau menyelaraskan tujuan pendidikan bersama.
- Program Bersama: Meluncurkan program yang melibatkan ketiga pihak, di mana visi misi tersebut tercermin dalam aktivitas nyata.
3. Menciptakan Kerjasama Harmonis:
Agar tercipta kerjasama harmonis:
- Komunikasi Terbuka dan Dua Arah: Membangun saluran komunikasi yang mudah diakses dan mendorong masukan dari semua pihak, tidak hanya dari sekolah ke keluarga/masyarakat.
- Peran Aktif Orang Tua dan Masyarakat: Memberikan kesempatan nyata bagi orang tua dan masyarakat untuk berkontribusi dalam kegiatan sekolah (misalnya, volunteering, menjadi narasumber, mentoring).
- Program Berbasis Kebutuhan Komunitas: Mengidentifikasi kebutuhan bersama antara sekolah, keluarga, dan masyarakat, lalu merancang program bersama yang memberikan manfaat nyata bagi ketiga pihak. Misalnya, program kebersihan lingkungan yang melibatkan siswa, guru, dan warga.
- Saling Percaya dan Menghargai: Membangun budaya saling percaya antarpihak, mengakui peran dan kontribusi masing-masing, serta menghargai perbedaan pandangan.
Kunci Jawaban Alternatif:
Refleksi Sistem Trisentra Pendidikan Ki Hadjar Dewantara
(1) Pola hubungan antar pusat pendidikan di sekolah saya—yakni antara sekolah, keluarga, dan masyarakat—sudah mulai terjalin, meskipun belum optimal. Sekolah berperan sebagai tempat utama pembelajaran formal, sementara keluarga lebih fokus pada pembentukan karakter di rumah. Masyarakat, meskipun belum terlibat secara langsung, sering menjadi lingkungan tempat anak belajar bersosialisasi dan mengembangkan nilai-nilai sosial. Namun, komunikasi dan sinergi ketiganya belum berjalan maksimal dan sering berjalan sendiri-sendiri.
(2) Untuk memastikan trisentra memiliki visi dan misi yang sama, perlu adanya kesepahaman dan komunikasi yang berkesinambungan antara guru, orang tua, dan tokoh masyarakat. Sekolah dapat memfasilitasi pertemuan rutin melalui komite sekolah, forum orang tua, serta kegiatan yang melibatkan masyarakat seperti kerja bakti, seminar parenting, atau pentas seni. Visi pendidikan yang menekankan pembentukan karakter, kecerdasan, dan keterampilan harus terus disosialisasikan agar menjadi panduan bersama.
(3) Agar tercipta kerjasama yang harmonis, diperlukan sikap saling menghargai, keterbukaan, dan peran aktif dari semua pihak. Sekolah harus terbuka terhadap masukan keluarga dan masyarakat, serta menyediakan ruang partisipasi dalam kegiatan pendidikan. Keluarga didorong untuk terlibat tidak hanya dalam urusan akademik, tetapi juga perkembangan karakter anak.
Sementara masyarakat dapat dilibatkan melalui program kemitraan seperti penyuluhan, kunjungan profesi, atau program penguatan budaya lokal. Dengan komunikasi dan kolaborasi yang erat, trisentra pendidikan akan menjadi satu kesatuan yang utuh dalam membentuk manusia Indonesia yang merdeka dan berkarakter.
*) Disclaimer: Kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 3 FPPN topik Filsafat Pancasila dan Pemikiran Ki Hajar Dewantara ini hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.
(Tribunnews.com/Sri Juliati)
Soal dan Kunci Jawaban PTS Bahasa Inggris Kelas 7 Kurikulum Merdeka: The Beginning |
![]() |
---|
Soal dan Kunci Jawaban PTS IPS Kelas 7 Semester 1 Kurikulum Merdeka: Keluarga Awal Kehidupan |
![]() |
---|
Soal dan Kunci Jawaban PTS Bahasa Indonesia Kelas 8 Kurikulum Merdeka 2025 |
![]() |
---|
Soal dan Kunci Jawaban PTS PKN kelas 5 SD/MI Kurikulum Merdeka 2025: Pancasila dalam Kehidupanku |
![]() |
---|
Soal dan Kunci Jawaban PTS PAI Kelas 5 SD/MI semester 1 Kurikulum Merdeka: Arti Al-Ma'un adalah . . |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.