Banggai Hari Ini
Pertamina EP DMF dan Masyarakat Adat 'Sulap' Kokolomboi Bangkit Lewat Hutan dan Madu
Data dari pemerintah desa setempat menunjukkan 15,05 persen dari penduduk Desa Leme-leme adalah penduduk pra sejahtera.
Penulis: Asnawi Zikri | Editor: Regina Goldie
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Asnawi Zikri
TRIBUNPALU.COM, BANGGAI – Di tengah krisis iklim dan maraknya deforestasi, sebuah kisah harapan tumbuh dari hutan tropis Kokolomboi, Desa Leme-leme Darat, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi Tengah.
Pertamina EP Donggi Matindok Field (DMF), bagian dari Zona 13 Regional Indonesia Timur Subholding Upstream Pertamina, bersama masyarakat adat Togong-Tanga, membuktikan bahwa konservasi hutan dan peningkatan kesejahteraan bisa berjalan berdampingan.
Melalui inovasi sosial, PT Pertamina EP DMF memperkuat sinergi bersama masyarakat, pemerintah desa, dan pemangku kepentingan dalam menjaga kawasan konservasi Kokolomboi yang menjadi rumah bagi satwa endemik langka seperti Tarsius Peling, Gagak Banggai, dan Kuskus Beruang.
Baca juga: Ditreskrimum Polda Sulteng Akan Audit Investigasi Kampus Unisa Selama 7 Hari
“Bagi kami, menjaga hutan bukan hanya soal pohon, tapi soal warisan dan masa depan,” ujar Sofiana Nur Khasanah, pendamping program dari Pertamina EP DMF, pada acara Media Gathering 2025 Pertamina EP Regional Indonesia Timur, di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Senin (23/6/2025).
Perusahaan hulu Migas yang beroperasi di Kabupaten Banggai ini sejak tahun 2021 telah melaksanakan program pemberdayaan masyarakat adat Togong Tanga, yang merupakan suku asli Sea-Sea.
Data dari pemerintah desa setempat menunjukkan 15,05 persen dari penduduk Desa Leme-leme adalah penduduk pra sejahtera.
Mereka memenuhi kebutuhan hidupnya melalui kegiatan pertanian dengan sistem ladang berpindah, illegal logging, merambah hutan, dan berburu satwa baik untuk kebutuhan komersil maupun konsumsi pribadi.
Baca juga: Migas Indonesia Terus Tancap Gas di Tengah Tantangan Geopolitik Global
Selain itu, alih fungsi hutan juga terjadi untuk pembukaan area perkebunan, permukiman, dan juga pembangunan jalan.
Eksploitasi secara berlebihan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu, termasuk dengan mengambil kayu, rotan, hingga berburu binatang di hutan juga memperparah degradasi.
Berdasarkan data dari Pemerintah Kabupaten Banggai Kepulauan menunjukkan bahwa sebesar 144,86 hektare kondisi lahan di kawasan hutan sangat kritis.
Upaya perbaikan antara lain dengan pemantauan berbasis komunitas, pengembangan hutan adat, festival tradisional berskala internasional, serta pengembangan ekowisata.
Masyarakat adat Togong-Tanga juga memiliki sistem yang disebut “Tamakonya” yang menjadi ritual adat mereka sebelum melakukan penebangan pohon.
Menjelajah Keindahan Air Terjun Kamumu, Surga Tersembunyi di Luwuk Utara Sulteng |
![]() |
---|
Desa Makapa Banggai Terendam Banjir, Ruas Jalan dan Sawah Ikut Terdampak |
![]() |
---|
Kecelakaan Maut di Batui Banggai Sulteng, Pemotor Tewas usai Tabrakan dengan Pikap |
![]() |
---|
BREAKINGNEWS: Hujan Deras Picu Banjir di Desa Kami Wangi Banggai, 32 KK Terdampak |
![]() |
---|
Longki Djanggola Reses di Banggai Sulteng, Warga Keluhkan SK PPPK dan Sertifikat Elektronik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.