Khutbah Jumat, 25 Juli 2025: Kembangkan Dakwah yang Mencerahkan
Khutbah Jumat adalah ceramah agama disampaikan khatib sebelum pelaksanaan salat Jumat.
TRIBUNPALU.COM - Kementerian Agama (Kemenag) merilis Khutbah Jumat untuk Jumat (25/7/2025).
Khutbah Jumat adalah ceramah agama disampaikan khatib sebelum pelaksanaan salat Jumat.
Khutbah merupakan bagian penting dari ibadah salat Jumat dan memiliki beberapa fungsi, seperti memberikan nasihat, bimbingan moral, dan pesan-pesan agama kepada jamaah.
Teks khutbah "Mengembangkan Dakwah yang Mencerahkan" ini membahas tentang Masjid yang ramah anak.
Baca juga: 25 Juli 2025 Memperingati Hari Pencegahan Tenggelam Sedunia dan Hari Kuliner Sedunia
Membentuk Masjid Ramah Anak
Khutbah Pertama
الْحَمْدُ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِينُهُ وَتَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا. مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ ، أَشْهَدُ أَنْ لا إلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ، وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله، أُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ، فَقَدْ قَالَ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيمِ: يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ 2 ولا تموتُنَّ إِلَّا وَأَنتُمْ مُسْلِمُونَ. وَقَدْ قَالَ: وَمَنْ أَظْلَمُ مَنْ مَنَعَ مَسْجِدَ اللَّهِ أَنْ يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُه وَسَعَى فِي خَرَائِمَا أُولَبِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَنْ يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَايفين لهم في الدُّنْيا خزي وَلَهُمْ فِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ.
Hadirin sidang Jum’at yang dirahmati Allah,
Al-Qur’an menyebut anak dengan berbagai varian istilah: walad, mawlūd, thifl, ibn, bint, ghulam, dzurriyah, maupun ḥafadah. Lalu, Al-Qur’an juga menyifati anak dengan beberapa atribut seperti wahbah (karunia) sekaligus amānah dan juga fitnah (ujian). Ketiga sifat ini mengisyaratkan bahwa orang tua harus mengambil peran dengan maksimal terhadap tumbuh kembang anaknya sebagai bukti syukur terhadap anak sebagai karunia dan tanggung jawab terhadap anak sebagai amanah serta pembuktian bahwa ia bisa melalui ujian berupa anak.
Pada konteks modern saat ini, melihat anaknya akrab dengan masjid merupakan salah satu hal yang diidamkan oleh orang tua.
Sejak anaknya berusia dini, berbagai upaya pembiasaan dilakukan oleh orang tua agar kelak anaknya memiliki hati yang terikat kepada masjid.
Mulai dari mengikutsertakan sang anak sejak dini untuk menunaikan salat fardu berjemaah di masjid, hingga memfasilitasinya untuk terlibat dalam ragam aktivitas pembelajaran agama yang bahkan saat ini hampir semua masjid dan musala memilikinya.
Keinginan orang tua menciptakan rasa rindu pada hati sang anak kepada rumah ibadahnya merupakan cita-cita yang begitu mulia. Dalam hadisnya yang berbicara perihal tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan dari Allah Swt di hari akhir, Rasulullah saw bersabda:
“Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi saw bersabda: “Tujuh golongan yang mendapat naungan Allah dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adil, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh, (3) seorang yang hatinya bergantung ke masjid, (4) dua orang yang saling mencintai di jalan Allâh, keduanya berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya, (5) seorang laki-laki yang diajak berzina oleh seorang wanita yang mempunyai kedudukan lagi cantik, lalu ia berkata, ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allâh.’ Dan (6) seseorang yang bersedekah dengan satu sedekah lalu ia menyembunyikannya sehingga tangan kirinya tidak tahu apa yang diinfakkan tangan kanannya, serta (7) seseorang yang berzikir kepada Allâh dalam keadaan sepi lalu ia meneteskan air matanya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Selain membentuk anak sehingga menjadi salah satu dari tujuh golongan yang diistimewakan Allah Swt di hari akhir, membudayakan cinta masjid kepada anak juga merupakan manifestasi dari tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Pada salah satu hadis yang populer, Nabi Muhammad saw memberikan perintah kepada setiap orang tua untuk melatih anaknya agar menjadi generasi yang taat beribadah.
عَنْ عَمْرِو بْنِ شُعَيْبٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ جَدِّهِ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مُرُوا أَوْلَادَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِينَ، وَاضْرِبُوهُمْ عَلَيْهَا، وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرٍ وَفَرِّقُوا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ.
"Dari Amr bin Syu'aib dari Ayahnya dari Kakeknya dia berkata, Rasulullah saw bersabda, "Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan salat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah dia apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya!" (HR. Abu Daud).
Jemaah Jum’at yang berbahagia,
Namun dalam praktik penanaman cinta terhadap anak, instrumen penting lainnya yang harus dipenuhi ialah menghadirkan rumah ibadah atau masjid ramah anak. Sebab banyak sekali ditemukan kasus anak yang enggan atau bahkan sampai trauma datang ke masjid atau musala karena mengalami pengalaman diskriminatif seperti diteriaki, dimarahi atau bahkan diusir.
Fenomena penganiayaan anak secara emosional ini sangat mengkhawatirkan, karena jika terus berulang akan menimbulkan childhood trauma dan berimbas pada perkembangan kepribadian dan cara pandang dunia anak. Tidak terbayangkan jika tunas generasi yang dibimbing untuk mengenal Tuhannya sejak dini justru akan menganggap rumah ibadahnya sebagai tempat yang mengancam, membahayakan dan harus dihindari.
Padahal, dalam Q.S. Luqman [31]: 13, Allah Swt merekam kisah Luqman yang sedang berbicara kepada anaknya dan menegaskan bahwa pengetahuan tentang agama serta praktiknya sangatlah penting diajarkan sejak dini.
وَإِذْ قَالَ لُقْمَنُ لِابْنِهِ، وَهُوَ يَعِظُهُو يُبْنَى لَا تُشْرِكْ بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ.
"(Ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, saat dia menasihatinya, "Wahai anakku, janganlah mempersekutukan Allah! Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu benar-benar kezalıman yang besar."
Baca juga: Akhirnya Jokowi Buka Suara Soal Pembimbing Skripsi, Tegaskan Bukan Kasmudjo
Hal semacam ini harus dihindari sebab ia akan menjadi penghalang bagi penanaman dan pengenalan akan nilai-nilai keagamaan yang hari ini sangat dibutuhkan oleh manusia modern. Perlu menciptakan kesadaran kolektif bagi setiap pihak yang terlibat dalam pengelolaan dan operasional rumah ibadah, terutama yang secara langsung akan berinteraksi dengan anak-anak. Mulai dari tingkat penyuluhan maupun sampai pembentukan kebijakan yang mendukung program masjid ramah anak.
Rumah ibadah seyogyanya menjadi pusat di mana konsep rahmatan lil ‘alamin itu diterapkan secara nyata. Lebih jauh, bahkan masjid di masa Rasulullah saw menjadi pusat peradaban Madinah. Bagaimana mungkin masjid bisa menempati poros utama dalam masyarakat Islam, jika masih ada tindakan diskriminatif terhadap anak-anak yang akan menjadi pengisi dan pemakmurnya di masa depan?
Hadirin jemaah yang mulia,
Menyambut baik wacana ekoteologi yang sedang digalakkan oleh Kementerian Agama, konsep masjid ramah anak dapat mengambil peran di dalamnya. Bagi setiap rumah ibadah Islam, mengajak anak-anak untuk mengenal nilai-nilai Islam dalam berinteraksi dengan lingkungan secara menyenangkan dapat menjadi strategi terkini yang bisa diterapkan. Dimulai dengan mengajarkan landasan normatif tentang etika Islam dalam relasi manusia dengan lingkungan dan berlanjut pada upaya menghabituasi perilaku paling sederhana dalam menjaga keberlangsungan lingkungan seperti memilah dan membuang sampah pada tempatnya.
Selain menunjukkan bahwa rumah ibadah memang tempat yang nyaman bagi anak-anak, rumah ibadah juga secara otomatis menjadi ruang pembelajaran yang punya andil signifikan terhadap pembentukan aspek kognitif maupun internalisasi norma-norma Islam dalam diri seorang anak. Dalam hal ini, masjid ramah anak merupakan elemen penting yang bisa disebut ujung tombak bagi penanggulangan krisis ekologis yang dimulai dengan membentuk paradigma yang melihat alam sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari eksistensi manusia.
Sebagai penutup, mari kita renungi Q.S. Al-Baqarah [2]: 114:
وَمَنْ أَظْلَمُ مَن مَّنَعَ مَسْجِدَ اللهِ أَن يُذْكَرَ فِيهَا اسْمُهُ وَسَعَى فِي خَرَابِمَا أُولَئِكَ مَا كَانَ لَهُمْ أَن يَدْخُلُوهَا إِلَّا خَائِفِينَ : لَهُمْ فِي الدُّنْيَا خِزْيٌ وَلَهُمْ فِي الْ ءَاخِرَةِ عَذَابٌ عَظِيمٌ.
"Siapakah yang lebih zalim daripada orang yang melarang masjid-masjid Allah digunakan sebagai tempat berzikir di dalamnya dan berusaha merobohkannya? Mereka itu tidak pantas memasukinya, kecuali dengan rasa takut (kepada Allah). Mereka mendapat kehınaan di dunia dan mendapat azab yang berat di akhirat."
Suara anak-anak yang sedang bermain dan gerak langkah kakinya yang berlalu-lalang mengelilinginya adalah bentuk paling sederhana dari zikir yang mampu mereka lakukan. Jangan sampai diskriminasi verbal maupun tindakan aktual terhadap anak-anak yang menikmati kedekatannya dengan masjid justru membawa kita menjadi golongan yang disebut dalam ayat. Sebab tanpa adanya generasi penerus yang mengisi dan memakmurkannya, sekokoh apa pun suatu masjid itu tampak dari luarnya, sejatinya ia telah roboh dan kehilangan fungsinya.
Khutbah Kedua
إِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ. أَشْهَدُ أَنْ لا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلَّمَ تَسْلِيمًا كَثِيرًا
Innal-hamda lillāhi, nahmaduhu wa nasta'īnu-hu wa nastaghfiruhu, wa na'ūdzu billāhi min syurūri anfusinā wa min sayyi'āti a'mālinā. Man yahdihillāhu fa lā mudhilla lah, wa man yudhlil fa lā hādiya lah.
Asyhadu allā ilāha illallāhu wahdahu lā syarīka lah, wa asyhadu anna Muhammadan 'abduhu wa rasūluh. Shallallāhu 'alā nabiyyinā Muhammad wa 'alā ālihi wa ash-hābihi wa sallama taslīman katsīrā.
Baca juga: Harga Emas Jumat 25 Juli 2025, Emas Antam Turun Lagi, Cek Harga Emas Terbaru
Artinya: "Sesungguhnya segala puji bagi Allah, kami memuji-Nya, meminta pertolongan-Nya, dan memohon ampun kepada-Nya. Kami berlindung kepada Allah dari keburukan diri kami dan dari kejahatan amal perbuatan kami. Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka tidak ada yang bisa menyesatkannya. Dan barang siapa yang disesatkan oleh Allah, maka tidak ada yang bisa memberinya petunjuk.(*)
Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com
Khutbah Jumat 15 Agustus 2025: Ujian Hidup Adalah Latihan Kesabaran bagi Umat Beriman |
![]() |
---|
Sambut HUT RI ke-80, Kemenag Kota Palu Gelar Jalan Sehat dan Lomba Antar Pegawai |
![]() |
---|
Bandara Internasional Sis Al-Jufri Didorong Jadi Embarkasi Haji, Jemaah Sulteng Tak Perlu Transit |
![]() |
---|
BREAKINGNEWS: Sulteng Siapkan Embarkasi Haji Palu, Tak Perlu Lagi Transit di Balikpapan |
![]() |
---|
Khutbah Jumat, 25 Juli 2025: Pentingnya Niat Untuk Amal Baik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.