Parigi Moutong Hari Ini

Ketua PGRI Parimo Dorong Peran Perempuan Guru dalam Pengembangan Pendidikan

Menurutnya, tenaga pendidik perempuan memiliki kontribusi besar dalam membentuk karakter dan kualitas siswa di sekolah.

|
Penulis: Abdul Humul Faaiz | Editor: Fadhila Amalia
Faaiz/TribunPalu
PENGUKUHAN PENGURUS PGRI - Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Parigi Moutong, Gazali, berharap peran perempuan di dunia pendidikan semakin meningkat. Ia menyampaikan harapan itu saat laporan pada acara pengukuhan pengurus PGRI Kabupaten Parigi Moutong periode 2025–2030, di Aula Namiki Parigi, Rabu (13/8/2025). 

Laporan Wartawan TribunPalu.com, Abdul Humul Faaiz

TRIBUNPALU.COM, PARIMO – Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Parigi Moutong, Gazali, berharap peran perempuan di dunia pendidikan semakin meningkat.

Ia menyampaikan harapan itu saat laporan pada acara pengukuhan pengurus PGRI Kabupaten Parigi Moutong periode 2025–2030, di Aula Namiki Parigi, Rabu (13/8/2025).

Menurutnya, tenaga pendidik perempuan memiliki kontribusi besar dalam membentuk karakter dan kualitas siswa di sekolah.

Baca juga: Polres Sigi Gelar Gerakan Pangan Murah di Empat Titik, Beras SPHP Hanya Rp60 Ribu

“Perempuan punya sentuhan berbeda dalam mendidik dan membimbing anak,” kata Gazali.

Gazali mengatakan pihaknya sengaja mengundang Bunda Guru PGRI Parigi Moutong, Hestiwati Nanga, untuk memberi inspirasi kepada seluruh guru di daerah.

“Melalui bunda guru, kami ingin peran perempuan di pendidikan makin optimal,” ujarnya.

Ia menilai perempuan guru tidak hanya berperan di ruang kelas, tetapi juga dalam pengembangan organisasi dan komunitas pendidikan.

Gazali menegaskan PGRI siap memfasilitasi kegiatan yang mendorong pemberdayaan tenaga pendidik perempuan.

Menurutnya, pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan di organisasi pendidikan harus terus diperkuat.

Baca juga: Pengurus PGRI Parigi Moutong Periode 2025–2030 Resmi Dikukuhkan

Pada acara tersebut, Gazali juga menyampaikan laporan struktur organisasi PGRI Kabupaten.

Pengurus kabupaten terdiri dari delapan pengurus harian, 15 bidang, dan alat kelengkapan organisasi.

“Untuk ketua, wakil ketua, dan sekretaris dipilih melalui konferensi kabupaten kemarin,” ujarnya.

Sementara wakil sekretaris, bendahara, dan pengurus bidang dipilih melalui musyawarah pengurus PGRI kabupaten.

Gazali berharap seluruh pengurus, baik laki-laki maupun perempuan, dapat bekerja sama mewujudkan visi-misi organisasi.

“Dengan dedikasi dan integritas, kita bisa memperkuat peran PGRI di dunia pendidikan,” pungkasnya.

Sejarah PGRI :

Sejarah Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) berakar pada semangat perjuangan guru-guru pribumi di era kolonial, jauh sebelum Indonesia merdeka.

Organisasi ini telah berevolusi dari perjuangan nasib guru menjadi perjuangan nasional.

Awal Mula Organisasi Guru (1912-1945)

Persatuan Guru Hindia Belanda (PGHB) 1912: Organisasi guru pribumi pertama ini didirikan pada tahun 1912.

PGHB bersifat unitaristik dan berjuang untuk memperbaiki nasib para guru, seperti menuntut persamaan hak dan posisi dengan guru-guru Belanda.

Persatuan Guru Indonesia (PGI) 1932: Pada tahun 1932, PGHB secara sadar mengubah namanya menjadi

Persatuan Guru Indonesia (PGI)

Penggunaan kata "Indonesia" menunjukkan semangat nasionalisme yang semakin kuat dan membuat pemerintah Belanda khawatir.

Sayangnya, aktivitas PGI terhenti pada masa pendudukan Jepang, karena semua organisasi dilarang.

Kelahiran PGRI dan Peran Pasca-Kemerdekaan (1945-sekarang)

Tepat 100 hari setelah proklamasi kemerdekaan, pada 25 November 1945, para guru Indonesia dari berbagai latar belakang berkumpul dalam Kongres Guru Indonesia di Surakarta.

Kongres ini menghasilkan keputusan penting, yaitu:

Membentuk Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) sebagai satu-satunya wadah perjuangan guru.
Menetapkan tiga tujuan utama PGRI:

Mempertahankan dan menyempurnakan Republik Indonesia.

Mempertinggi tingkat pendidikan dan pengajaran sesuai dengan dasar-dasar kerakyatan.

Membela hak dan nasib buruh pada umumnya, dan guru pada khususnya.

Pada tahun 1994, untuk menghormati jasa para guru, pemerintah Indonesia melalui Keputusan Presiden Nomor 78 Tahun 1994 menetapkan tanggal 25 November sebagai Hari Guru Nasional, yang diperingati setiap tahun.

Hingga saat ini, PGRI terus berperan sebagai organisasi perjuangan, profesi, dan ketenagakerjaan yang bersifat independen dan non-partisan.

PGRI berupaya meningkatkan profesionalisme dan kesejahteraan guru serta menjadi mitra strategis pemerintah dalam memajukan pendidikan di Indonesia.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved