TRIBUNPALU.COM - Mewabahnya pandemi virus corona atau Covid-19 meresahkan hampir seluruh penduduk di dunia.
Pada awal kemunculan wabah virus corona, SARS-CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 di Wuhan, China, gejala-gejala yang terjadi pada pasien yang terinfeksi sangat jelas sekali.
Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS, gejala-gejala awal yang harus dicurigai adalah demam tinggi di atas suhu 38,5 derajat celcius, batuk dan sesak napas.
• Isi Khotbahnya Buat Masyarakat Resah di Tengah Wabah Corona, Seorang Khatib Diamankan Polisi
• Peneliti Sebut Puncak Kasus Corona di Indonesia Bisa Segera Terlewati, Ini Syaratnya
Namun, saat ini sudah banyak terjadi perubahan gejala pada orang yang terinfeksi virus SARS-CoV-2.
Seseorang yang terinfeksi bisa mengalami gejala yang lebih berat atau malah tidak bergejala sama sekali yang disebut asimtomatik atau Orang Tanpa Gejala (OTG).
Lantas, bagaimana seseorang bisa terinfeksi virus SARS-CoV-2 dan tidak menunjukkan adanya gejala pada tubuh?
Menjawab hal itu, Dosen Departemen Ilmu Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Dr Panji Hadisoemarto MPH, menjelaskan bahwa interaksi antara manusia sebagai host dengan virus sebagai agent memang kompleks.
"Berat (atau) ringan gejala bisa dipengaruhi faktor host (sistem imun manusia) dan faktor agent (virulensi) atau gabungan keduanya," kata Panji kepada kompas.com, Kamis (9/4/2020).
Fenomena infeksi asimtomatik, kata dia, bukan hanya terjadi pada Covid-19 saja, tetapi juga pada kebanyakan atau mungkin semua jenis penyakit infeksi.
• PM Inggris Boris Johnson Diizinkan Keluar dari ICU, Donald Trump: Great News, Lekas Sembuh Boris!
• Raja Salman dan Putra Mahkota Mengasingkan Diri, 150 Anggota Kerajaan Saudi Positif Covid-19
Imunitas selalu disebutkan sebagai garda terdepan tubuh dalam melawan semua jenis kuman asing yang memasuki tubuh manusia. Jika imunitas seseorang lemah, maka reaksi atau respons berupa gejala yang dimunculkan oleh tubuh juga akan lebih berat. Begitu pun sebaliknya.
Namun, jika hanya dilihat dari faktor agent saja, belum diketahui secara pasti apakah perubahan gejala menjadi asimtomatik atau parah adalah pengaruh mutasi pada virus penyebab Covid-19.
"Setidaknya secara teori (bisa jadi ada mutasi). Tapi sampai sekarang belum ada bukti kuat kalau keparahan penyakit disebabkan oleh mutasi virus," ujar dia.
Panji menekankan bahwa sebenarnya yang menjadi masalah utama bukanlah asimtomatik atau tidak, tetapi apakah orang yang asimtomatik ini menjadi sumber penularan atau tidak.
• UPDATE Corona di Dunia per Jumat 10 April 2020 Pagi:Covid-19 di Amerika Serikat Tembus 468.566 Kasus
Ada dugaan kuat bahwa orang tanpa gejala atau asimtomatik masih dapat menularkan virus SARS-CoV-2 yang ada pada tubuhnya ke orang lain di sekitarnya tanpa disadari.
"Ini sangat merepotkan, karena sumber penularan jadi sulit teridentifikasi dan diisolasi," tutur dia.