Apa Arti Kata Bajingan? Kata yang Tengah Jadi Perbincangan di Media Sosial, Apakah Bermakna Umpatan?

Editor: Imam Saputro
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Apa arti dari Bajingan yang tengah jadi perbincangan di media sosial? Bajingan saat ini lebih dikenal sebagai kata dengan konotasi negatif dan sering jadi kata makian.

TRIBUNPALU.COM - Apa arti dari Bajingan yang tengah jadi perbincangan di media sosial?

Bajingan saat ini lebih dikenal sebagai kata dengan konotasi negatif dan sering jadi kata makian.

Padahal, mungkin tak banyak yang tahu, bajingan dalam sejarahnya adalah profesi yang mulia.

Apa itu bajingan?

Dikutip dari National Geographic, bajingan adalah profesi yang umum bagi masyarakat Jawa dan sudah ada sejak zaman Mataram Islam atau abad ke-16 Masehi.

Ya, bajingan adalah profesi kusir gerobak sapi, salah satu warisan kearifan lokal Indonesia yang sudah ada sejak zaman dulu.

Profesi ini memegang erat kekerabatan dan kerukunan yang diwadahi oleh paguyuban penarik gerobak sapi atau para bajingan.

Sejarah bajingan

Bajingan atau penarik gerobak sapi di Bantul(KOMPAS.COM/MARKUS YUWONO)

Menurut sejarahnya, sapi adalah hewan yang disukai pada masa Kerajaan Mataram. Sementara gerobak sapi berawal dari Kerajaan Mataram yang telah menganut ajaran islam.

Bajingan jadi profesi penting karena menjadi bagian mobilitas atau transportasi masyarakat Mataram yang meliputi Yogyakarta, dan eks-Karesidenan Surakarta.

Selain membawa manusia, gerobak sapi yang dikemudikan bajingan juga mengangkut hasil panen yang dihasilkan oleh masyarakat.

Sebab pada masa kolonial Hindia-Belanda, masyarakat pribumi tidak dapat menaiki transportasi mewah sebagaimana para pejabat Eropa.

Mereka hanya dapat menunggangi gerobak sapi yang ditarik bajingan untuk mobilitas sehari-hari.

Hal itu pun juga terbatas bagi masyarakat pribumi dengan ekonomi menengah ke atas.

Pasca kemerdekaan, bajingan dapat berfungsi juga untuk mengangkut material seperti truk di zaman sekarang.

"Pasca kemerdekaan hingga hari ini, masyarakat Bantul, Yogyakarta, masih melestarikan paguyuban para penarik gerobak sapi," tulis Dito Ardhi Firmansyah dalam skripsinya.

Halaman
123

Berita Terkini