3. Guru membagikan LKPD (Lembar Kerja Peserta Didik) (budaya positif
4. Guru menjelaskan petunjuk pengerjaan LKPD (budaya positif) (managemen diri)
5. Guru menyiapkan media ajar, kemudian
guru membimbing siswa untuk mengamati dan menyimak video tentang mengenal Berbagai Jenis Perasaan. (budaya positif) (managemen diri)
Diferensiasi Konten
1. Siswa menyimak video pembelajaran tentang mengenal berbagai perasaan. Link youtube: Mengenal Berbagai Jenis Perasaan
2. Setelah siswa mengamati video siswa melakukan diskusi dan menyampaikan pendapatnya tentang mengenal berbagai perasaan (Critical Thinking and Problem Solving) (kemampuan berelasi)
3. Setelah berpraktik dengan teman kelompok tentang mimik wajah dan berdiskusi hal-hal yang memicu berbagai perasaan, untuk mengasah kemampuan siswa dalam menebak berbagai perasaan (kinestetik) Communication
Guru memberikan games interaktif yaitu kelompok visual diarahkan menempel gambar di papan tulis dan kelompok audiotori diminta menebak mimik wajah berbagai perasaan yang tertempel. (budaya positif) (kemampuan berelasi)
Fase mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Diferensiasi Produk
1. Kelompok audiotori, peserta didik menulis berbagai perasaan terkait pengalaman pribadinya dalam minggu ini (Creativity) (kesadaran diri)
2. Kelompok visual, peserta didik membuat gambar mimik wajah tentang perasaannya yang paling berkesan di minggu ini (Creativity) (kesadaran diri)
3. Kelompok Kinestetik, peserta didik mempraktikkan secara bergantian dengan teman kelompoknya tentang berbagai perasaan dan hal-hal yang memicunya (Creativity) (kesadaran diri)
4. Setiap kelompok diberikan kesempatan menampilkan karyanya di depan kelas (budaya positif) (kemampuan berelasi)
Fase menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
- Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya tentang pembelajaran yang telah didikuti (pengambilan keputusan yang bertaggung jawab)
- Guru membagi soal Evaluasi kepada peserta didik (pengambilan keputusan yang bertaggung jawab)
- Guru melakukan penilaian (pengambilan keputusan yang bertaggung jawab)
Penutupan (Waktu 15 Menit)
- Guru membimbing siswa membuat kesimpulan kegiatan pembelajaran hari ini (managemen diri)
- Guru menyampaikan pendapatnya tentang manfaat pembelajaran yang telah diikuti. (pengambilan keputusan yang bertaggung jawab)
- Siswa dengan bimbingan guru menyampaikan refleksi secara lisan dari kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan dengan beberapa pertanyaan berikut, misal: a. Bagaimana perasaan kalian pada pembelajaran kali ini ? b. Apa bagian yang paling menarik dari pembelajaran hari ini? Mengapa? (pengambilan keputusan yang bertaggung jawab)
- Guru memberikan apresiasi atas semua usaha murid. (kesadaran sosial)
- Guru menyampaikan salam, pesan moral dan do'a penutup dipimpin siswa yang ditunjuk secara bergiliran. Religius (budaya positif)
Kunci jawaban Cerita Reflektif Modul 2 PSE Topik 3:
Cerita Reflektif
Bapak dan Ibu guru, Anda dapat mendemonstrasikan bagaimana menerapkan pembelajaran sosial emosional dengan metode experiential learning!
Kunci Jawaban:
Dalam suatu pembelajaran Pendidikan Pancasila, saya mencoba menerapkan metode experiential learning dengan mengintegrasikan nilai-nilai sosial emosional. Saat membahas topik tentang "Persatuan dalam keberagaman", saya mengajak murid untuk melakukan simulasi sidang mini perwakilan daerah. Setiap murid mewakili sebuah provinsi dan diminta menyuarakan aspirasi dari wilayah yang mereka representasikan, lengkap dengan latar budaya dan nilai-nilai lokal.
Aktivitas ini mendorong mereka untuk memahami perbedaan, mengelola emosi saat berdiskusi, dan menunjukkan empati terhadap perspektif teman sekelas. Setelah kegiatan berlangsung, kami melakukan sesi refleksi bersama untuk menggali perasaan mereka selama proses, tantangan yang dihadapi, serta nilai-nilai kebersamaan yang muncul.
Dari sini, saya menyadari bahwa pembelajaran sosial emosional dapat menyatu dengan materi pelajaran secara alami melalui metode experiential learning. Murid tidak hanya memahami konsep persatuan secara teoritis, tetapi juga merasakannya melalui pengalaman langsung yang jauh lebih membekas dan bermakna.
Kunci Jawaban Alternatif:
Menerapkan pembelajaran sosial emosional dengan metode experiential learning dapat dilakukan dengan menghadirkan pengalaman nyata yang melibatkan perasaan, interaksi sosial, serta refleksi mendalam. Salah satu contohnya adalah melalui proyek kelas bertema “Aku dan Temanku”, yang bertujuan membangun empati, kerja sama, dan kesadaran diri siswa.
Langkah awal, guru mengajak siswa dalam aktivitas ice breaking yang menyenangkan untuk mencairkan suasana. Selanjutnya, siswa dibagi dalam kelompok kecil dan diminta menyusun profil teman satu kelompok berdasarkan hasil wawancara. Dari kegiatan ini, siswa belajar mendengarkan aktif, menghargai perbedaan, dan mengenali kelebihan temannya. Proses ini memberikan pengalaman nyata tentang pentingnya kesadaran sosial dan keterampilan relasi.
Setelah kegiatan, guru memfasilitasi sesi refleksi dengan pertanyaan pemantik seperti: “Bagaimana perasaanmu saat mendengarkan cerita teman?”, “Apa yang kamu pelajari tentang perbedaan dan persamaan?” atau “Apa yang akan kamu lakukan jika melihat teman merasa sedih atau ditinggalkan?”. Sesi ini penting untuk menumbuhkan kesadaran diri (self-awareness) dan empati.
Guru juga bisa memperkuat kompetensi sosial emosional lain seperti self-management melalui kegiatan “Kotak Emosi”, di mana siswa diminta menuliskan emosi yang mereka rasakan saat bekerja kelompok, lalu mendiskusikannya bersama. Dengan begitu, siswa mengalami langsung bagaimana mengenali, menerima, dan mengelola emosinya dalam situasi sosial.
Dari kegiatan tersebut, guru tidak hanya menyampaikan nilai-nilai sosial emosional secara teori, tetapi membimbing siswa mengalami dan merefleksikannya secara aktif. Di akhir kegiatan, guru dan siswa menyimpulkan bersama apa makna yang didapat, serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari di sekolah dan di rumah.
Melalui pendekatan experiential learning dalam pembelajaran sosial emosional, siswa tidak hanya “tahu” bagaimana bersikap baik, tetapi benar-benar “merasakan” dan “mengalami” maknanya. Inilah yang akan memperkuat karakter dan membentuk iklim kelas yang positif.
TRIBUNNEWS.COM - Berikut kunci jawaban Modul 2 Topik 1 PPG Guru 2025 tentang Bagaimana Anda Memandang Pentingnya Penyusunan Rancangan Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Sosial Emosional?
Bapak/ibu guru diminta menjawab pertanyaan tentang Pentingnya Collaborative for Academic, Sosial and Emotional Learning (CASEL).
Bapak/ibu guru akan menemukan soal ini di Ruang GTK (yang dulunya adalah Platform Merdeka Mengajar atau PMM) Latihan Pemahaman Modul 2.
Contoh jawaban di artikel ini hanya sebagai panduan bagi Bapak/Ibu Guru saat merasa kesulitan dalam menjawab soal di Ruang GTK.
Bagaimana Anda Memandang Pentingnya Penyusunan Rancangan Pembelajaran Berbasis Pembelajaran Sosial Emosional?
Jawaban:
Penyusunan rancangan pembelajaran berbasis pembelajaran sosial emosional sangat penting karena mendukung pengembangan karakter, keterampilan sosial, dan kemampuan pengelolaan emosi peserta didik.
Hal ini menciptakan lingkungan belajar yang aman, positif, dan inklusif, serta meningkatkan efektivitas pembelajaran dan kesejahteraan psikologis siswa.
Jawaban Alternatif:
Saya memandang bahwa penyusunan rancangan pembelajaran berbasis pembelajaran sosial emosional (Social Emotional Learning/SEL) adalah langkah yang sangat strategis dan penting dalam dunia pendidikan saat ini. Pembelajaran tidak hanya berfokus pada aspek kognitif, tetapi juga perlu memperhatikan dimensi sosial dan emosional peserta didik agar proses belajar menjadi lebih utuh dan bermakna.
Pembelajaran sosial emosional membantu siswa mengenal dan mengelola emosi, membangun empati, menjalin hubungan sosial yang sehat, serta mengambil keputusan yang bertanggung jawab. Dengan mengintegrasikan aspek-aspek ini ke dalam rancangan pembelajaran, guru dapat menciptakan ruang kelas yang lebih harmonis, aman secara psikologis, serta mendorong keterlibatan aktif siswa dalam proses belajar.
Di sisi lain, rancangan pembelajaran yang menyentuh aspek sosial emosional juga mampu mencegah perilaku negatif seperti bullying, konflik antar teman, atau kecemasan akademik. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai karakter yang ingin dibentuk dalam Profil Pelajar Pancasila.
Oleh karena itu, saya percaya bahwa menyusun pembelajaran berbasis SEL bukan hanya relevan, tetapi merupakan fondasi penting bagi terciptanya generasi yang cerdas secara intelektual dan matang secara emosional.
*) Disclaimer: Kunci jawaban Modul 2 Topik 2 PPG 2025: Integrasi PSE Dalam Rencana Pembelajaran di atas hanya sebagai referensi bagi guru yang mengikuti PPG 2025 untuk mengerjakan di Ruang GTK.
Urutan soal bisa saja acak dan berbeda dengan yang diterima.
(Tribunnews.com/Farra)(Tribunnews.com/Nurkhasanah)(Tribunnews.com/Sri Juliati)(Tribunnews.com/Muhammad Alvian Fakka)(Tribunnews.com/Oktavia WW)