Berita Viral

Alasan Nenek Tini di Gowa Rela Tinggal di Gubuk Reot Asal Selalu Dekat Makam Suami

Kisah hidup nenek Tini (67), seorang wanita lanjut usia dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan Viral di Media Sosial. 

Editor: Lisna Ali
KOMPAS.COM/ABDUL HAQ YAHYA MAULANA T.
KISAH NENEK TINI - Kisah hidup nenek Tini (67), seorang wanita lanjut usia dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Viral di Media Sosial. 

TRIBUNPALU.COM - Kisah hidup nenek Tini (67), seorang wanita lanjut usia dari Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Viral di Media Sosial

Pasalnya, nenek Tini (67) rela tinggal digubuk dalam kondisi memprihatinkan, sama sekali tanpa aliran listrik, jauh dari fasilitas yang layak.

Lokasi gubuk itu diketahui berada di Bujulu, Kelurahan Bontoparang, Kecamatan Parangloe, Kabupaten Gowa.

Area ini merupakan jalur trans Sulawesi yang menghubungkan Gowa dengan kawasan wisata populer Malino.

Alasan utama Nenek Tini memilih lokasi itu adalah karena dekat dengan pemakaman suaminya.

Keputusan ini menimbulkan kontroversi karena Tini menolak berkali-kali tawaran warga untuk tinggal di rumah yang lebih layak.

Tini tegas menyatakan bahwa ia tak mau jauh dari makam sang suami yang telah lama meninggalkannya.

Baca juga: Delis Julkarson Hehi Tegaskan Komitmen Morut Percepat Akses Keuangan Daerah

Kehidupan Nenek Tini mulai sulit setelah ia kehilangan rumah warisan suaminya yang lebih layak.

Rumah tersebut, diambil alih oleh anak tirinya segera setelah suaminya meninggal dunia.

Nenek Tini diketahui tidak memiliki keturunan dari pernikahannya tersebut.

Setelah terusir, Nenek Tini sempat menumpang tinggal di perumahan guru SD Negeri Bujulu demi dekat makam.

Ia kemudian sempat dijemput dan dibawa kembali oleh kerabatnya ke kampung halaman di Desa Tassese, Kecamatan Manuju.

Namun, pada bulan Februari, Nenek Tini kembali. Ia memutuskan untuk menetap di gubuknya yang sekarang.

"Waktu bulan Februari tiba-tiba datang menangis, katanya mau tinggal di sini supaya bisa dekat dengan kuburan suaminya karena merasa tenang," kata Abdul Azis Daeng Ngeppe, warga setempat.

Penolakan terhadap bantuan warga juga dilandasi oleh prinsip Nenek Tini yang tidak ingin menyusahkan orang lain.

Dari pantauan Kompas.com dilokasi, gubuk Tini sangat sederhana, hanya beralaskan tanah dengan ranjang tidur berukuran kecil.

Untuk memasak, ia memanfaatkan ruang terbuka di belakang gubuk sebagai dapur darurat, menggunakan kayu hutan sebagai sumber energi.

Baca juga: Baksos PDGI Sulteng, Pelayanan Kesehatan Gigi untuk Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas III Palu

Fasih Berbahasa Mandar

Menariknya, Nenek Tini fasih berbahasa Mandarin, selain bahasa Jawa dan Makassar. 

Ia mengaku dibesarkan di Surabaya dan bekerja di rumah orang Tionghoa yang memperlakukannya seperti anak sendiri. 

"Saya besar di Surabaya dan lama kerja sama orang Cina di situ, saya belajar bahasa Cina, bahasa Jawa juga saya kuasai," kata Tini sambil tersenyum. 

Kisah hidup Nenek Tini menyentuh banyak pihak, termasuk Kapolres Gowa, AKBP Muhammad Aldy Sulaiman, yang mengunjungi gubuknya. 

Ia mengaku prihatin dengan kondisi tempat tinggal Tini dan memerintahkan personel Polsek Parangloe untuk rutin memantau keamanan di sekitar gubuk tersebut. 

"Kami sudah perintahkan personel Polsek agar rutin memantau kondisi nenek Tini dan berharap pemerintah, dalam hal ini instansi terkait seperti dinas sosial, bisa memberikan solusi bagi nenek Tini, sebab gubuk ini sejatinya memang tidak layak huni," kata Aldy saat memberikan santunan kepada Nenek Tini pada Jumat, (10/10/2025).(*)

Artikel telah tayang di Kompas.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved