Palu Hari Ini
Tanaman Kakao di Sulteng Dianggap Tidak Lagi Produktif, Ini Kata Kemenkop UKM
Sulawesi menyumbang sekitar 60 persen produksi kakao nasional, dan Sulawesi Tengah menjadi kontributor terbesar sekitar 20 persen di antaranya.
Penulis: Robit Silmi | Editor: Fadhila Amalia
Laporan Wartawan TribunPalu.com, Robit Silmi
TRIBUNPALU.COM, PALU – Deputi Bidang Usaha Menengah Kementerian Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Kemenkop UKM) Republik Indonesia, Bagus Rachman, menyoroti kondisi tanaman kakao di Sulawesi Tengah yang dinilainya sudah berusia tua dan tidak lagi produktif.
“Kita dapatkan problem, kakao di Sulteng umurnya di atas 20 tahun. Padahal kakao itu produktif di usia 3 sampai 15 tahun,” ujar Bagus Rachman saat menjadi narasumber pada workshop bertajuk “From Central Celebes to Global Market: Strategi UMKM Merajut Pasar Ekspor” yang digelar Bank Indonesia (BI) Sulteng di Sriti Convention Hall, Kelurahan Kamonji, Kecamatan Palu Barat, Kota Palu, Kamis (16/10/2025).
Baca juga: Masjid Raya Baitul Khairaat Palu Catat Sejarah, Sabet Dua Rekor MURI Sekaligus
Ia menegaskan, kondisi tanaman yang sudah melewati masa produktif menyebabkan hasil panen menurun dan berdampak pada daya saing kakao Sulawesi Tengah di pasar ekspor.
“Kalau kita mau pertumbuhan ekonomi daerah terus bergerak, ekspor komoditas unggulan seperti kakao harus jadi prioritas,” katanya.
Bagus mengungkapkan, Sulawesi menyumbang sekitar 60 persen produksi kakao nasional, dan Sulawesi Tengah menjadi kontributor terbesar sekitar 20 persen di antaranya.
Namun, potensi itu belum sepenuhnya dimanfaatkan secara optimal karena lemahnya hilirisasi produk.
Baca juga: Tawuran Geng Motor di Palu Berujung Penangkapan, Polisi Temukan Celurit hingga Katapel
Diketahui, terdapat empat kabupaten penghasil kakao utama di Sulawesi Tengah, yakni Parigi Moutong, Sigi, Donggala, dan Banggai Kepulauan, dengan total luas lahan mencapai 289 ribu hektare.
Ia menilai, peremajaan tanaman perlu dibarengi dengan penguatan rantai nilai dari hulu ke hilir agar petani dan UMKM kakao tidak hanya menjual biji mentah, melainkan mampu mengolah menjadi produk bernilai tambah.
“Kita ingin kakao Sulteng tidak hanya dikenal sebagai bahan baku, tapi juga produk jadi yang bisa menembus pasar dunia,” tegasnya.
Baca juga: Harga Emas Hari Ini Kamis 16 Oktober 2025, Emas Antam Naik Lagi, Per Gram Rp 2,407,000
Usai menghadiri workshop di Kota Palu, Bagus Rachman dijadwalkan melanjutkan kunjungan kerja ke Kabupaten Parigi Moutong untuk meninjau langsung potensi perkebunan kakao dan kelapa di Kecamatan Sausu, Malino Karya Mandiri, dan Kotaraya.(*)
| Satgas Pengendalian Harga Beras Sulteng Gelar Sidak ke Pasar dan Ritel Modern di Palu |
|
|---|
| Wakil Wali Kota Palu Ajak Inovator Daerah Lindungi Karya dengan HAKI |
|
|---|
| Mohammad Nur Linggulembah Dilantik Jadi Dewan Pengawas Perumda Air Minum AVO Kota Palu |
|
|---|
| Pemkot Palu Dorong Integrasi Mitigasi Bencana dalam Kurikulum Sekolah |
|
|---|
| Pelayanan Bus Trans Palu Dihentikan Sementara, Target Kembali Beroperasi Januari 2026 |
|
|---|

Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.