Cerita Anggota Basarnas yang Harus Lakukan Amputasi Kaki Penambang di Lubang Tambang yang Longsor
"Akhirnya saya melakukan tindakan tersebut,namun sudah terlebih dulu mengikat pahanya agar tidak akan pendarahan banyak,kemudian saya mulai memotong."
Setelah mendapat persetujuan dari keluarga untuk segera melakukan tindakan, maka Ia yang terus berkomunikasi dengan Almarhum Tedy.
Saat itu, ada dokter namun tidak memungkinkan untuk masuk ke dalam tambang karena tidak memiliki ilmu rescue untuk masuk lubang.
Akhirnya Mahyudin yang memberanikan diri masuk ke lubang.
Tindakan medis seperti bius lokal dan oksigen sudah dipasang kepada korban.
"Akhirnya saya melakukan tindakan tersebut, namun sudah terlebih dulu mengikat paha Tedy agar tidak akan pendarahan banyak. Saat saya mulai memotong, saya bercerita dengan Tedy untuk memotong batu terlebih dahulu baru memotong kaki Tedy," jelasnya.
Kurang lebih 1 jam lebih memotong kaki korban karena kondisi dalam lubang sempit sehingga butuh waktu.
"Pada momen ini saya merasakan kesedihan karena Tedy sempat berteriak sakit sampai akhirnya kami berhasil keluarkan dia dari dalam lubang," ungkapnya.
Namun sayang, Tedy tak berhasil selamat walaupun tim dokter telah melakukan tindakan maksimal untuk menyelamatkan Tedy.
Upaya penyelamatan Tedy adalah evakuasi terakhir secara manual sebab selanjutnya evakuasi dilakukan menggunakan alat berat.
Mahyudin mengaku baru sekali ini melakukan evakuasi di lokasi tambang yang memang sangat berbahaya.
"Saat masuk dalam lubang tambang, saya ikhlas sebab misi saya adalah ingin membantu sesama," tutupnya saat ditemui di lokasi kejadian.
Saat ini Tim Gabungan Basarnas selama 24 jam tanpa henti terus melakukan evakuasi korban yang masih tertimbun longsor di dalam tambang.(*)
Artikel ini telah tayang di tribunmanado.co.id dengan judul Cerita Mahyudin Banyak Mayat Tertindih Batu di Tambang Bakan, Tolong Tedy dengan Amputasi Kakinya.