Kisah Suhermin, Nenek Pemulung yang Hidup Sebatangkara
Tapi dengan usiannya saat ini, Nenek yang jadi janda sejak tahun 2000 ini tak mau mengaharapkan belas kasih orang lain.
Sudah hampir 20 tahun Suhermin bekerja berjuang hidup dengan mengais rezeki di tumpukan sampah.
Sejak suaminnya meninggal di tahun 2000, terpaksa ia bekerja berjam-jam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Usia memang tidak bisa berbohong. Kekuatan nenek Suhermin sudah melemah.
• Fakta-fakta Terkait Kontak Senjata di Poso, Adanya M16 sampai Bom Rakitan
Itu tampak saat ia mendorong sepeda ontel tua yang mengangkut karung berisikan sampah plastik.
Tangan dan kakinya tampak gemetar. Ia harus menempuh belasan kilo lagi untuk sampai di rumahnya.
Sesekali nenek Suhermin istirahat sambil memerhatikan botol dan gelas pelastik bekas kemudian memungutnya.
Akhirnya, di sebuah bundaran kota, Suhermin beristithan cukup lama sambil mengisahkan awal mula ia sampai memulung di bumi tadulako.
Tahun 1980, Suhermin menginjakkan kaki di Kabupaten Donggala.
• Longsor Tambang Bakan Sudah Sepekan,30 Orang Telah di Evakuasi
Maksud untuk mengais rezeki di tanah kaili.
Di sebuah pelabuhan, akhirnya Suhermin bertemu dengan seorang pria muda asal Desa Binangga.

Beberapa waktu kemudian, Suhermin lalu ditawari untuk menjalin pernikahan dengan paman pria yang pernah berkenalan dengan dia di pelabuhan Donggala waktu itu.
Saat itu Suhermin masih berusia 35 tahun.
Namun nasib berkata lain. Sang suami tak berumur panjang.
• Link Live Streaming Piala Presiden 2019 PSM vs Kalteng Putra, Rabu (6/3/2019) pukul 15.30 WIB
Usia pernikahannya hanya 6 bulan. Suaminya dipanggil menghadap Tuhan.
Kehidupan Suhermin berubah seketika setelah sang suami meninggal.