Kisah Ramli Sauru, Penyintas Gempa Palu Asal Kelurahan Lere yang Tinggal di Eks Pos TNI
Ramli Sauru (76), warga Jalan Mas Mansyur Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat selama lima bulan terakhir tinggal di eks pos TNI.
Penulis: Haqir Muhakir |
TRIBUNPALU.COM, PALU - Ramli Sauru (76), warga Jalan Mas Mansyur Kelurahan Lere, Kecamatan Palu Barat, selama lima bulan terakhir tinggal di eks pos TNI yang berada di samping tanggul Sungai Palu.
Hingga Sabtu (23/3/2019), kakek yang sudah tujuh bulan mengalami lumpuh itu mengaku tidak mau pindah ke tenda darurat.
Ramli teguh dengan prinsipnya.
Ia tidak mau meminta-minta seperti pengungsi lainnya yang berasal dari pesisir pantai Kelurahan Lere.


Sejak Oktober 2018 lalu, Ramli bersama istrinya Rida (45) dan anaknya Abdul Hanan (10), menempati eks pos TNI berukuran 3x3 meter tersebut.
Pos TNI awalnya dibangun saat Kelurahan Lere dan Kelurahan Baru sering terlibat konflik.
Namun sejak konflik berakhir, pos itu tidak lagi digunakan TNI.
Keputusannya menempati eks pos TNI karena letaknya tidak jauh dari lokasi rumahnya.
Yakni, hanya berjarak 64 langkah orang dewasa dari tempatnya saat ini.
Rumah Ramli mengalami retak di sejumlah bagian akibat gempa bumi yang mengguncang Palu 28 September 2018 lalu.
Ia mengaku masih takut untuk tinggal di dalam rumah miliknya.
"Masih sering gempa, jadi takutnya kalau digoyang (gempa, red) terus, nanti dindingnya jatuh. Jadi tinggal di sini saja dulu," ujarnya.
Saat ini, anggota keluarga Ramli yang tinggal di rumah miliknya hanya anak-anaknya yang sudah dewasa.


Untuk tidur, Ramli bersama istri dan anaknya memanfaatkan kasur kecil dan tikar.
Pintu dan dindingnya pun menggunakan kain yang dirangkai sedemikian rupa, agar bisa menutupi tempat tidur di bagian dalam ruangan.