Kemungkinan Adanya 'Migrasi' Suara Jelang Pilpres 2019, Bisakah Terjadi?

Dalam satu pekan terakhir, sejumlah lembaga survei mengeluarkan hasil survei mereka soal elektabilitas dua pasang calon presiden dan wakil presiden.

TRIBUNNEWS.COM/KOMPAS.COM
Capres nomor urut 01 Joko Widodo dan Capres nomor urut 02 Prabowo Subianto, saat Debat Pilpres pertama di Hotel Bidakara, Pancoran, Jakarta Selatan, Kamis (17/1/2019). 

Misalnya, kata Firman, lama kelamaan masyarakat menyadari ada sisi Prabowo yang merupakan nilai positif dan akhirnya memengaruhi pilihan mereka.

Faktor ketiga, mesin politik yang bekerja, dan keempat adalah program-program yang ditawarkan.

Namun, ada faktor X yang disebut Firman sebagai blessing in disguise.

Ini merupakan situasi yang terjadi mendadak dan tidak diprediksi sebelumnya.

Situasi ini membawa kerugian bagi salah satu paslon yang melakukan blunder.

Namun, bisa menjadi berkah bagi lawan politiknya.

Firman mengatakan, semua faktor itu bisa menyebabkan hasil hitung yang jauh berbeda dengan prediksi lembaga survei.

Menurut Firman, masing-masing tim sukses pasangan calon harus mewaspadai fenomena ini.

Jadi incaran timses

Limpahan suara dalam jumlah besar merupakan hal yang didambakan oleh masing-masing pasangan calon.

Tim sukses kedua kubu akan berusaha sampai akhir untuk mendapatkan dukungan mereka yang belum menentukan pilihannya.

Bahkan, terhadap mereka yang sudah punya pilihan.

Anggota Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Rizaldy Priambodo mengatakan, mereka juga menyasar soft voters, pendukung tidak loyal, Jokowi-Ma'ruf.

"Mengejar swing voters tidak cukup ya. Kita kerjar juga yang soft, istilahnya kita kampretkan," ujar Rizaldy.

Dia yakin bahwa migrasi suara besar-besaran akan terjadi pada hari pencoblosan.

Menurut dia, hal itu tidak perlu dilihat dari penelitian lembaga survei.

Namun, cukup dirasakan lewat kunjungan-kunjungan Prabowo-Sandiaga ke sejumlah provinsi.

"Selalu reaksinya luar biasa. Dari situ juga terbaca yang namanya migrasi suara atau saya istilahkan sebagai hijrah suara, pasti ada," kata dia.

Sebagai yang diincar, Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf juga waspada.

Meski demikian, TKN tidak terlalu khawatir pendukung Jokowi-Ma'ruf akan mengalihkan dukungannya kepada Prabowo-Sandiaga.

Juru bicara TKN, Ace Hasan Syadzily mengatakan Jokowi-Ma'ruf punya modal besar untuk mempertahankan elektabilitas mereka.

Modal yang dimaksud adalah kepuasan terhadap kinerja Jokowi sebagai petahana.

"Kami memiliki modal utama yaitu kepuasan publik atas kinerja Pemerintahan Jokowi yang mencapai 70 persen. Rakyat mengapresiasi kinerja Pak Jokowi terutama di bidang ekonomi, infrastruktur, pemenuhan kebutuhan sembako dan lain-lain," kata Ace.

Dengan tingkat kepuasan yang tinggi, dia merasa tidak mudah untuk mengubah pilihan pendukung Jokowi-Ma'ruf.

TKN juga akan terus mengkapitalisasi tingkat kepuasan ini agar dapat dikonversi menjadi suara di Pilpres 2019.

Modal kepuasan publik ditambah dengan tawaran program yang lebih menarik, seperti Kartu Sembako Murah, Kartu KIP Kuliah dan Kartu Pra Kerja, diyakini akan menambah efek elektoral yang maksimal.

"Di sisa waktu 1 bulan ini, dengan selisih yang jauh melebar, menambah optimisme kami untuk memenangkan Pilpres. Kami akan terus meningkatkan kerja secara maksimal agar target 70 persen ini dapat tercapai," kata dia.

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul ""Migrasi" Suara Jelang Pilpres 2019, Mungkinkah Terjadi? "

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved